Feb 2, 2016

Revolusi Danau Toba



TAJUK PALUMEMASGEOLOG 8

REVOLUSI CERITA DANAU TOBA, DESTINASI WISATA DUNIA
Oleh M. Anwar Siregar
 Danau Toba, danau vulkanik terbesar di Asia Tenggara dalam beberapa tahun terakhir ini terus menjadi pembicaraan dikalangan akademisi, pakar geologi dan kalangan pariwisata. Pemerintah Pusat saat ini akan mengembangkan wisata Danau Toba sebagai Monaco-nya Indonesia dan diharapkan lebih indah dibandingkan Coloseum Italia.
Berikut daftar sepuluh lokasi pariwisata yang akan dikembangkan pemerintah hingga akhir tahun: 1. Danau Toba, Sumatera Utara 2. Kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur 3. Mandalika, Nusa Teggara Barat, 4. Pulau Morotai, Maluku Utara, 5. Tanjung Lesung, Jawa Barat, 6. Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, 7. Kepulauan Seribu, DKI Jakarta 8. Wakatobi, Sulawesi Tenggara, 9. Daerah Istimewa Jogjakarta, 10. Pulau Belitung, Bangka-Belitung.
EVOLUSI ERUPSI
Danau Toba berukuran maksimal 100 km x 31 km dengan titik terdalam 529 meter di sebelah utara dekat Haranggaol. Perairan Toba mempunyai luas 1.130 km2, tidak termasuk Pulau Samosir seluas 647 km2 dan pulau-pulau kecil lainnya. Tebing-tebing curam setinggi 400-1.220 m mengelilingi Danau.
Di ujung barat laut danau, sobekan bumi terlihat nyata, jejak dinamika kulit bumi Sumatera yang tiada henti ditekan dari Samudra Hindia dengan kecepatan 6-7 cm per tahun, telah mendorong sebelah barat pulau ini ke arah barat laut, dan sisi sebelahnya lagi bergerak ke arah tenggara. Ujung robekan di barat laut danau itu merupakan jejak sesar normal, situs bumi yang menyimpan pengetahuan. Di ujung utara Danau Toba inilah tempat dimulainya tahap awal pembentukan gunung api, yang menurut Craig A. Chesner, Gunung Toba purba ini mulai membangun dirinya sejak 1.200.000 tahun yang lalu. Letusan Toba purba menghembuskan material letusan yang kemudian dinamai Haranggaol Dacite Tuff (HDT).
Tidak jauh dari gunung api purba ke arah barat laut danau, tak jauh dari titik letusan Gunung Toba Purba, terjadi letusan dahsyat generasi kedua dalam pembentukan Kaldera Toba. Menurut Craig A. Chesner, kaldera ini terbentuk pada 500.000 tahun yang lalu. Letusannya menghembuskan 60 km3 material yang dikenal sebagai Tuf Toba Menengah (MTT, Midle Toba Tuff), yang menghasilkan Kaldera Haranggaol, yang lingkaran kalderanya berbatasan dengan Kota Silalahi di barat dan Kota Haranggaol di timur. tak terbayangkan, 74.000 tahun yang lalu telah terjadi letusan megakolossal yang membentuk kaldera generasi ketiga, yaitu Kaldera Sibandang. Tiang letusannya mencapai ketinggian lebih dari 50 km, abu halus dan aerosolnya mencapai lapisan stratosfer sehingga menghalangi pancaran cahaya matahari ke bumi, yang berdampak besar pada kehidupan karena terjadi perubahan iklim. Abu letusannya tertiup angin menyebar ke separuh bumi, dari daratan Cina sampai ke ke Afrika Selatan. Material letusan supervulkano Toba ini menutupi sebagian besar Sumatera Utara, dan abunya tersebar menutupi seluruh Asia Selatan setebal 15 cm. Lapisan abunya terendapkan di Samudera Hindia, Laut Arabia, dan Laut Cina Selatan. Menurut Craig A. Chesner, endapan awan panas (ladu) menutup kawasan seluas 20.000 km2. Di beberapa tempat ketebalanya mencapai 400 m., namun, enadapan ladu itu rata-rata setebal 100 m.
Batas-batas lingkaran kalderanya mulai dari Pangururan di barat, melingkar ke utara mengikuti ujung utara Pulau Samosir, menerus ke sisi timur dan selatannya sampai batas Blok Uluan, termasuk ke dalamnya Selat Latung. Inilah lingkaran kaldera yang oleh Craig A. Chesner dikategorikan sebagai kaldera hasil letusan Toba generasi ketiga atau terakhir. Letusan pamungkas yang mahadahsyat ini menghembuskan 2.800 km3 material letusan yang dikenal sebagai Tuf
Toba Termuda (YTT, Youngest Toba Tuff), membentuk kaldera raksasa 87 x 30 km., yang kemudian terisi air hujan membentuk danau kaldera, danau volkanotektonik terbesar di dunia yang kemudian diberi nama Danau Toba.
Dalam tulisannya yang terbit pada tahun 1949, van Bemmelen memberikan jawaban atas keadaan rona bumi Pulau Samosir. Diawali dengan pembentukan “Tumor Batak”, lebarnya 150 km dan panjangnya 275 km, membentuk bangun lonjong berarah barat laut-tenggara, lalu terangkat menjadi cikal-bakal terbentuknya “Gunung Toba Purba”. Kubah itu kemudian meletus mahadahsyat, menghembuskan material ke angkasa, menyebabkan terjadinya kekosongan di dalam tubuh “gunung”, sehingga  bagian atas dari tubuhnya tak kuat lagi menahan beban, lalu runtuh. Dua blok raksasa itu melesak ambles lurus ke bawah, membentuk diding yang tegak di sekelilingnya. Air hujan mengisi runtuhan itu membentuk danau kaldera yang amat luas. Proses sedimentasi danau terus berlangsung, sehingga fosil ganggang (diatom) dan fosil daun dapat ditemukan di ketinggian Pulau Samosir, yang terhampar dengan ketebalan puluhan meter. Endapan itu memberikan keyakinan, bahwa daerah yang sekarang  bernama Pulau Samosir itu semula merupakan dasardanau kaldera yang kemudian terangkat ke permukaan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa sekitar 33.000 tahun yang lalu, Pulau Samosir masih di bawah permukaan danau.
Kegiatan magma yang menerebos ke permukaan telah memperkuat tekanan dari dalam, menyebabkan kubah di dasar kaldera terangkat kembali (resurgent doming), yaitu pengangkatan dasar kaldera karena adanya desakan magma. Bagian tengah blok mendapatkan tekanan yang lebih kuat, sehingga sisi timur dari blok barat terangkat lebih tinggi, sehingga Pulau Samosir sisi timur itu rona buminya lebih tinggi yang menurun halus ke bagian baratnya.
Kawasan ini merupakan lingkar luar sisi tenggara dari Kaldera Porsea. Letusan kaldera generasi pertama Toba ini terjadi 840.000 tahun yang lalu, menghembuskan material letusan sebanyak 500 km3, menghasilkan endapan ignimbrit Tuf Toba Tua (OTT, Old Toba Tuff). Dari Porsea perjalanan dilanjutkan ke Parapat. Kota Porsea ini berada di Blok timur yang terangkat kembali setelah 33.000 tahun lebih berada di dalam dasar danau. Kawasan ini disebut juga Blok Uluan, namun tidak terangkat setinggi Blok Samosir. Ujung selatannya berada pada ketinggian 1.200 m.dpl. dan di bagian utara, di Kota Parapat, ketinggiannya 1.100 m.dpl., dengan rata-rata permukaan Blok Uluan 1.400 m.dpl.. Tebing sisi barat Blok Uluan ini setinggi 300-360 m. bila diukur dari permukaan air danau samai permukaan daratannya
Berukuran menengah dan kecil dengan luas wilayah aliran (catchment area) sebesar 3.700 km2. Di samping itu, air berasal dari air hujan dengan curah hujan rata-rata 2.264 mm/tahun. Pengeluaran air dari Danau Toba terjadi di bagian selatannya melalui Sungai Asahan. Fluktuasi muka danau saat ini adalah 1,5 m, tingkat keasaman air pH 7,0 - 8,4, tingkat penguapan 15,8 cm/tahun, suhu air 25,6oC dan suhu udara 19,1-21,2 oC (Hehanusa, 2000). Ketinggian air Danau Toba saat ini 905 meter, tetapi sebelumnya diyakini pernah mencapai 1.150 m. Surutnya air danau karena air danau memotong lembah baru yang tersusun dari tuf di bagian selatan danau dan bersatu dengan lembah Sungai Asahan (van Bemmelen, 1949).
Pulau Samosir berukuran 45 km x 20 km. Pulau ini sebenarnya merupakan semenanjung yang disambungkan oleh tanah genting (isthmus) sepanjang 200 meter dengan wilayah di sebelah barat Danau Toba. Pada tahun 1906, Belanda membangun kanal di tanah genting ini, sehingga Samosir menjadi sebuah pulau.
Gambar : Diagram tiga-dimensi, menunjukkan Danau Toba, Pulau Samosir dan wilayah di sekitarnya. 
(van Bemmelen, 1949)
CERITA PEMERINTAH
Rizal Ramli mengatakan, pembangunan destinasi wisata Danau Toba telah dinanti rakyat Sumut selama puluhan tahun. Tahun ini, mimpi itu akan jadi kenyataan. Pemerintah pusat akan melakukan pembangunan infrastruktur menuju Danau Toba. Bukan hanya itu, waduk danau yang terbesar di Asia Tenggara ini akan disulap menjadi destinasi unggulan Sumut yang bakal menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Namun, dalam pembangunannya butuh dukungan dari pemerintah daerah maupun masyarakat sekitar Danau Toba yang mayoritas bersuku Batak. Kendati miliki keindahan alam yang elok dipandang, namun kondisi lingkungan dan air tawarnya jorok dan bau (Berbagai Sumber).
Danau Toba adalah danau terbesar di Indonesia yang terletak di tujuh kota Kabupaten yang melingkari Danau Toba, yang berjarak 176 km ke barat dari Ibukota Provinsi Sumatera Utara yaitu Medan. Menteri PU Pera, Basuki Hadimuljono menyebutkan, insfrastruktur jalan tol yang akan dibangun menuju destinasi Danau Toba sepanjang 116 kilometer dengan jarak tempuh waktu 90 menit. “Selama ini untuk mencapai Danau Toba dari Kota Medan-Parapat membutuhkan waktu 5-6 jam. Dengan adanya jalan alternatif yang akan dibangun pemerintah akan mempersingkat perjalanan wisatawan ke Danau Toba,” katanya. Jalan alternatif lain juga akan ditembus oleh pemerintah, seperti jalan dari Sibolga menuju Danau Toba, membangun jalan lingkar Samosir yang statusnya akan menjadi jalan nasional. Selain infrastruktur kereta api masih dalam kajian pemerintah (Sumber : Tribun Medan)
Plt Gubernur Sumut, T Erry Nuradi menyambut gembira komitmen pemerintah pusat dalam upaya pembangunan destinasi Danau Toba yang didukung dengan pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana pendukungnya. “Pemerintah daerah harus melakukan action dalam melakukan penertiban kerambah-kerambah yang ada di lingkungan Danau Toba, sebagai komitmennya mendukung program pusat mewujudkan destinasi wisata Danau Toba,” minta Erry. (sumber : Analisa dan Metro Pos) “Toba harus kita bikin Tourism Authority biar dikelola, biar tidak ada bupati terlalu banyak ikut campur tangan dalam mengelola. Nanti akan ada kepala otoritas,” tandas mantan Kepala Bulog itu
Yang pertama meliputi klasifikasi pasar yang akan ditargetkan menjadi pengunjung Danau Toba. Selanjutnya, promosi sesuai dengan klasifikasi pasar. Termasuk upaya untuk menjangkau pasar dan memperkenalkan lebih lengkap tentang danau toba.
 Kemudian, pihak pemerintah juga harus membenahi akseblitias ke kawasan Danau Toba. “Dan yang terakhir adalah pembenahan sumber daya manusia. Termasuk membenahi masyarakat agar menjadi masyarakat pariwisata,” paparnya.(sumber : Waspada dan Perjuang Baru)
Untuk dapat mengembangkan 10 kawasan tersebut, pemerintah akan memperbaiki sarana dan prasarana seperti akses transportasi, infrastruktur jalan, hingga ketersediaan air minum. Oleh karenanya perlu koordinasi antara kementerian teknis terkait seperti Kementeriaan Perhubungan (Kemenhub) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera).
REVOLUSI KEBANGKITAN
Danau toba harus bangkit sebagai destinasi dunia setelah pemerintah menjadi unggulan wisata di Indonesia dengan memusatkan pembangunan sarana dan prasarana dan masyarakat harus memanfaatkan momentum ini sebagai salah satu menuju kesejahteraan ekonomi dan tidak perlu lagi menjadi warga perantauan.
Pembangunan infrastruktur penunjang ekonomi yuang merupakan salkah satu faktor yang harus dibangun dan diselesaikan secara tepat jika inggin Danau Toba menjadi salah satu sumber penghidupan bagi dumia pariwisata karena mengingat daerah ini masih terkendala dalam arus barang dan jasa transportasi. Sebab secara umum pembangunan jalan merupakan salah satu instrumen infrastruktur yang menjadi faktor pertumbuhan ekonomi demi mendapatkan keunggulan dalam persaingan industri pariwisata dunia dan termasuk dalam era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), revolusi kebangkitan pembangunan wisata Danau Toba muklat diprioritaskan.
Untuk menuju revolusi kebangkitan, ada empat masalah revoplusi pembangunan wisata yang harus dituntaskan untuk menjkadikan wisata unggulan yang mendunia yaitu Masalah transportasi jalan, masalah antropologis, maslaah lingkungan, masalah geoverment dan masalah ekonomi wisata kraatif.
REVOLUSI ANTROPOLOGIS
Kebangkitan ini harus selaras dengan revolusi budaya antroplogis yang banyak mengedapankan kesukuan. Bahwa danau toba harus dilestarikan adalah milik kita bersama dan harus dijaga untuk dunia dan nasionalisasikan wisata ini sebagai miliki Indonesia untuk Dunia.
Budaya seperti ini harus segera direvolusi. Mental masyarakat harus segera direvolusi. Tata krama orang Batak yang dikenal kasar dan sangar jika dipandang harus diubah. Ke depan masyarakatnya smile (senyum) dalam menghadapi wisatawan.
PERAN GEOLOGI
Geologi harus berperanan dalam membangun geowisata Danau Toba, seperti yang sudah-sudah, ilmu geologi sangat penting untuk pembangunan Danau Toba terutama mewujudkan impian ketiga geopark Indonesia setelah Geopark Gunung Batur dan Geopark Gunung Sewu yang telah terwujud dan menduniakan Indonesia sebagai surga geopark di muka bumi. Ayo para geologi, mari membangun kejayaan Bangsa.

Palu Emas Geolog,


No comments:

Post a Comment

Related Posts :