Revolusi Danau Toba
TAJUK PALUMEMASGEOLOG 8
REVOLUSI CERITA DANAU TOBA,
DESTINASI WISATA DUNIA
Oleh M. Anwar Siregar
Danau Toba, danau vulkanik terbesar di Asia
Tenggara dalam beberapa tahun terakhir ini terus menjadi pembicaraan dikalangan
akademisi, pakar geologi dan kalangan pariwisata. Pemerintah Pusat saat ini
akan mengembangkan wisata Danau Toba sebagai Monaco-nya Indonesia dan
diharapkan lebih indah dibandingkan Coloseum Italia.
Berikut daftar sepuluh lokasi pariwisata yang akan
dikembangkan pemerintah hingga akhir tahun: 1. Danau Toba, Sumatera Utara 2. Kawasan Gunung
Bromo, Jawa Timur 3. Mandalika, Nusa Teggara Barat, 4. Pulau Morotai, Maluku
Utara, 5. Tanjung Lesung, Jawa Barat, 6. Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, 7.
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta 8. Wakatobi, Sulawesi Tenggara, 9. Daerah
Istimewa Jogjakarta, 10. Pulau Belitung, Bangka-Belitung.
EVOLUSI ERUPSI
Danau Toba
berukuran maksimal 100 km x 31 km dengan titik terdalam 529 meter di sebelah
utara dekat Haranggaol. Perairan Toba mempunyai luas 1.130 km2, tidak termasuk
Pulau Samosir seluas 647 km2 dan pulau-pulau kecil lainnya. Tebing-tebing curam
setinggi 400-1.220 m mengelilingi Danau.
Di ujung
barat laut danau, sobekan bumi terlihat nyata, jejak dinamika kulit bumi
Sumatera yang tiada henti ditekan dari Samudra Hindia dengan kecepatan 6-7 cm
per tahun, telah mendorong sebelah barat pulau ini ke arah barat laut, dan sisi
sebelahnya lagi bergerak ke arah tenggara. Ujung robekan di barat laut danau itu merupakan
jejak sesar normal, situs bumi yang menyimpan pengetahuan. Di ujung utara Danau
Toba inilah tempat dimulainya tahap awal pembentukan gunung api, yang menurut
Craig A. Chesner, Gunung Toba purba ini mulai membangun dirinya sejak 1.200.000
tahun yang lalu. Letusan Toba purba menghembuskan material letusan yang
kemudian dinamai Haranggaol Dacite Tuff (HDT).
Tidak jauh
dari gunung api purba ke arah barat laut danau, tak jauh dari titik letusan
Gunung Toba Purba, terjadi letusan dahsyat generasi kedua dalam pembentukan
Kaldera Toba. Menurut Craig A. Chesner, kaldera ini terbentuk pada 500.000
tahun yang lalu. Letusannya menghembuskan 60 km3 material yang dikenal sebagai
Tuf Toba Menengah (MTT, Midle Toba Tuff), yang menghasilkan Kaldera Haranggaol,
yang lingkaran kalderanya berbatasan dengan Kota Silalahi di barat dan Kota
Haranggaol di timur. tak terbayangkan, 74.000 tahun yang lalu telah terjadi
letusan megakolossal yang membentuk kaldera generasi ketiga, yaitu Kaldera
Sibandang. Tiang letusannya mencapai ketinggian lebih dari 50 km, abu halus dan
aerosolnya mencapai lapisan stratosfer sehingga menghalangi pancaran cahaya
matahari ke bumi, yang berdampak besar pada kehidupan karena terjadi perubahan
iklim. Abu letusannya tertiup angin menyebar ke separuh bumi, dari daratan Cina
sampai ke ke Afrika Selatan. Material letusan supervulkano Toba ini menutupi
sebagian besar Sumatera Utara, dan abunya tersebar menutupi seluruh Asia
Selatan setebal 15 cm. Lapisan abunya terendapkan di Samudera Hindia, Laut
Arabia, dan Laut Cina Selatan. Menurut Craig A. Chesner, endapan awan panas
(ladu) menutup kawasan seluas 20.000 km2. Di beberapa tempat ketebalanya
mencapai 400 m., namun, enadapan ladu itu rata-rata setebal 100 m.
Batas-batas
lingkaran kalderanya mulai dari Pangururan di barat, melingkar ke utara
mengikuti ujung utara Pulau Samosir, menerus ke sisi timur dan selatannya
sampai batas Blok Uluan, termasuk ke dalamnya Selat Latung. Inilah lingkaran
kaldera yang oleh Craig A. Chesner dikategorikan sebagai kaldera hasil letusan
Toba generasi ketiga atau terakhir. Letusan pamungkas yang mahadahsyat ini
menghembuskan 2.800 km3 material letusan yang dikenal sebagai Tuf
Toba
Termuda (YTT, Youngest Toba Tuff), membentuk kaldera raksasa 87 x 30 km., yang
kemudian terisi air hujan membentuk danau kaldera, danau volkanotektonik
terbesar di dunia yang kemudian diberi nama Danau Toba.
Dalam
tulisannya yang terbit pada tahun 1949, van Bemmelen memberikan jawaban atas
keadaan rona bumi Pulau Samosir. Diawali dengan pembentukan “Tumor Batak”,
lebarnya 150 km dan panjangnya 275 km, membentuk bangun lonjong berarah barat
laut-tenggara, lalu terangkat menjadi cikal-bakal terbentuknya “Gunung Toba
Purba”. Kubah itu kemudian meletus mahadahsyat, menghembuskan material ke
angkasa, menyebabkan terjadinya kekosongan di dalam tubuh “gunung”, sehingga bagian atas dari tubuhnya tak kuat lagi
menahan beban, lalu runtuh. Dua blok raksasa itu melesak ambles lurus ke bawah,
membentuk diding yang tegak di sekelilingnya. Air hujan mengisi runtuhan itu
membentuk danau kaldera yang amat luas. Proses sedimentasi danau terus
berlangsung, sehingga fosil ganggang (diatom) dan fosil daun dapat ditemukan di
ketinggian Pulau Samosir, yang terhampar dengan ketebalan puluhan meter.
Endapan itu memberikan keyakinan, bahwa daerah yang sekarang bernama Pulau Samosir itu semula merupakan
dasardanau kaldera yang kemudian terangkat ke permukaan. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa sekitar 33.000 tahun yang lalu, Pulau Samosir masih di bawah
permukaan danau.
Kegiatan
magma yang menerebos ke permukaan telah memperkuat tekanan dari dalam,
menyebabkan kubah di dasar kaldera terangkat kembali (resurgent doming), yaitu
pengangkatan dasar kaldera karena adanya desakan magma. Bagian tengah blok
mendapatkan tekanan yang lebih kuat, sehingga sisi timur dari blok barat
terangkat lebih tinggi, sehingga Pulau Samosir sisi timur itu rona buminya
lebih tinggi yang menurun halus ke bagian baratnya.
Kawasan
ini merupakan lingkar luar sisi tenggara dari Kaldera Porsea. Letusan kaldera
generasi pertama Toba ini terjadi 840.000 tahun yang lalu, menghembuskan
material letusan sebanyak 500 km3, menghasilkan endapan ignimbrit Tuf Toba Tua
(OTT, Old Toba Tuff). Dari Porsea perjalanan dilanjutkan ke Parapat. Kota
Porsea ini berada di Blok timur yang terangkat kembali setelah 33.000 tahun
lebih berada di dalam dasar danau. Kawasan ini disebut juga Blok Uluan, namun
tidak terangkat setinggi Blok Samosir. Ujung selatannya berada pada ketinggian
1.200 m.dpl. dan di bagian utara, di Kota Parapat, ketinggiannya 1.100 m.dpl.,
dengan rata-rata permukaan Blok Uluan 1.400 m.dpl.. Tebing sisi barat Blok
Uluan ini setinggi 300-360 m. bila diukur dari permukaan air danau samai
permukaan daratannya
Berukuran
menengah dan kecil dengan luas wilayah aliran (catchment area) sebesar
3.700 km2. Di samping itu, air berasal dari air hujan dengan curah hujan
rata-rata 2.264 mm/tahun. Pengeluaran air dari Danau Toba terjadi di bagian
selatannya melalui Sungai Asahan. Fluktuasi muka danau saat ini adalah 1,5 m,
tingkat keasaman air pH 7,0 - 8,4, tingkat penguapan 15,8 cm/tahun, suhu air
25,6oC dan suhu udara 19,1-21,2 oC (Hehanusa, 2000). Ketinggian air Danau Toba
saat ini 905 meter, tetapi sebelumnya diyakini pernah mencapai 1.150 m.
Surutnya air danau karena air danau memotong lembah baru yang tersusun dari tuf
di bagian selatan danau dan bersatu dengan lembah Sungai Asahan (van Bemmelen,
1949).
Pulau
Samosir berukuran 45 km x 20 km. Pulau ini sebenarnya merupakan semenanjung
yang disambungkan oleh tanah genting (isthmus) sepanjang 200 meter
dengan wilayah di sebelah barat Danau Toba. Pada tahun 1906, Belanda membangun
kanal di tanah genting ini, sehingga Samosir menjadi sebuah pulau.
Gambar : Diagram tiga-dimensi, menunjukkan Danau Toba, Pulau
Samosir dan wilayah di sekitarnya.
(van Bemmelen, 1949)
CERITA PEMERINTAH
Rizal Ramli mengatakan, pembangunan
destinasi wisata Danau Toba telah dinanti rakyat Sumut selama puluhan tahun. Tahun ini, mimpi itu akan jadi kenyataan.
Pemerintah pusat akan melakukan pembangunan infrastruktur menuju Danau Toba.
Bukan hanya itu, waduk danau yang terbesar di Asia Tenggara ini akan disulap
menjadi destinasi unggulan Sumut yang bakal menarik wisatawan lokal maupun
mancanegara. Namun, dalam pembangunannya butuh dukungan dari pemerintah daerah
maupun masyarakat sekitar Danau Toba yang mayoritas bersuku Batak. Kendati
miliki keindahan alam yang elok dipandang, namun kondisi lingkungan dan air
tawarnya jorok dan bau (Berbagai Sumber).
Danau Toba adalah danau terbesar di
Indonesia yang terletak di tujuh kota Kabupaten yang melingkari Danau Toba,
yang berjarak 176 km ke barat dari Ibukota Provinsi Sumatera Utara yaitu Medan.
Menteri PU Pera, Basuki Hadimuljono menyebutkan, insfrastruktur jalan tol yang
akan dibangun menuju destinasi Danau Toba sepanjang 116 kilometer dengan jarak
tempuh waktu 90 menit. “Selama ini untuk mencapai Danau Toba dari Kota
Medan-Parapat membutuhkan waktu 5-6 jam. Dengan adanya jalan alternatif yang
akan dibangun pemerintah akan mempersingkat perjalanan wisatawan ke Danau
Toba,” katanya. Jalan alternatif lain juga akan ditembus oleh pemerintah, seperti
jalan dari Sibolga menuju Danau Toba, membangun jalan lingkar Samosir yang
statusnya akan menjadi jalan nasional. Selain infrastruktur kereta api masih
dalam kajian pemerintah (Sumber : Tribun Medan)
Plt Gubernur Sumut, T Erry Nuradi menyambut
gembira komitmen pemerintah pusat dalam upaya pembangunan destinasi Danau Toba
yang didukung dengan pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana
pendukungnya. “Pemerintah daerah harus melakukan action dalam melakukan
penertiban kerambah-kerambah yang ada di lingkungan Danau Toba, sebagai
komitmennya mendukung program pusat mewujudkan destinasi wisata Danau Toba,”
minta Erry. (sumber : Analisa dan Metro Pos) “Toba harus kita bikin Tourism
Authority biar dikelola, biar tidak ada bupati terlalu banyak ikut campur tangan
dalam mengelola. Nanti akan ada kepala otoritas,” tandas mantan Kepala Bulog
itu
Yang pertama meliputi klasifikasi pasar yang akan
ditargetkan menjadi pengunjung Danau Toba. Selanjutnya, promosi sesuai dengan
klasifikasi pasar. Termasuk upaya untuk menjangkau pasar dan memperkenalkan
lebih lengkap tentang danau toba.
Kemudian, pihak pemerintah juga harus membenahi akseblitias ke kawasan Danau Toba. “Dan yang terakhir adalah pembenahan sumber daya manusia. Termasuk membenahi masyarakat agar menjadi masyarakat pariwisata,” paparnya.(sumber : Waspada dan Perjuang Baru)
Kemudian, pihak pemerintah juga harus membenahi akseblitias ke kawasan Danau Toba. “Dan yang terakhir adalah pembenahan sumber daya manusia. Termasuk membenahi masyarakat agar menjadi masyarakat pariwisata,” paparnya.(sumber : Waspada dan Perjuang Baru)
Untuk dapat mengembangkan 10 kawasan tersebut,
pemerintah akan memperbaiki sarana dan prasarana seperti akses transportasi,
infrastruktur jalan, hingga ketersediaan air minum. Oleh karenanya perlu
koordinasi antara kementerian teknis terkait seperti Kementeriaan Perhubungan
(Kemenhub) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera).
REVOLUSI KEBANGKITAN
Danau toba harus bangkit sebagai destinasi dunia
setelah pemerintah menjadi unggulan wisata di Indonesia dengan memusatkan
pembangunan sarana dan prasarana dan masyarakat harus memanfaatkan momentum ini
sebagai salah satu menuju kesejahteraan ekonomi dan tidak perlu lagi menjadi
warga perantauan.
Pembangunan infrastruktur penunjang ekonomi yuang
merupakan salkah satu faktor yang harus dibangun dan diselesaikan secara tepat
jika inggin Danau Toba menjadi salah satu sumber penghidupan bagi dumia
pariwisata karena mengingat daerah ini masih terkendala dalam arus barang dan
jasa transportasi. Sebab secara umum pembangunan jalan merupakan salah satu
instrumen infrastruktur yang menjadi faktor pertumbuhan ekonomi demi
mendapatkan keunggulan dalam persaingan industri pariwisata dunia dan termasuk
dalam era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), revolusi kebangkitan pembangunan
wisata Danau Toba muklat diprioritaskan.
Untuk menuju revolusi kebangkitan, ada empat
masalah revoplusi pembangunan wisata yang harus dituntaskan untuk menjkadikan
wisata unggulan yang mendunia yaitu Masalah transportasi jalan, masalah
antropologis, maslaah lingkungan, masalah geoverment dan masalah ekonomi wisata
kraatif.
REVOLUSI ANTROPOLOGIS
Kebangkitan ini harus selaras dengan revolusi
budaya antroplogis yang banyak mengedapankan kesukuan. Bahwa danau toba harus
dilestarikan adalah milik kita bersama dan harus dijaga untuk dunia dan
nasionalisasikan wisata ini sebagai miliki Indonesia untuk Dunia.
Budaya seperti ini harus segera
direvolusi. Mental masyarakat
harus segera direvolusi. Tata krama orang Batak yang dikenal kasar dan sangar
jika dipandang harus diubah. Ke depan masyarakatnya smile (senyum) dalam
menghadapi wisatawan.
PERAN GEOLOGI
Geologi harus berperanan dalam membangun
geowisata Danau Toba, seperti yang sudah-sudah, ilmu geologi sangat penting
untuk pembangunan Danau Toba terutama mewujudkan impian ketiga geopark
Indonesia setelah Geopark Gunung Batur dan Geopark Gunung Sewu yang telah
terwujud dan menduniakan Indonesia sebagai surga geopark di muka bumi. Ayo para
geologi, mari membangun kejayaan Bangsa.
Palu Emas Geolog,
Komentar
Posting Komentar