Feb 4, 2016

Tantangan Bulutangkis Indonesia

TANTANGAN BULUTANGKIS INDONESIA TAHUN 2016
Oleh M. Anwar Siregar
Tahun 2015 telah lewat, Indonesia lebih banyak gagal dalam pencapaian terbaik, gagal di berbagai turnamen bergengsi, baik perseorangan maupun beregu. Kegagalan demi kegagalan membuat banyak pertanyaan dalam benak masyarakat Indonesia yang menggemari bulutangkis maupun yang sekedar mencari tahu tentang perkembangan prestasi bulutangkis Indonesia.
Tahun 2015 harus di evaluasi dan direflesikan dalam bentuk perencanaan target 2016, karena pada tahun 2016 akan banyak tantangan akan dihadapi atlet bulutangkis Indonesia. Atlet dikawah cadradimuka Cipayung seharusnya mampu bangkit karena kemampuan skill tidak kalah dengan pebulutangkis negara lain termasuk Tiongkok yang disegani saat ini, asal atlet bulutangkis kita memanfaatkan semangat bertanding yang tinggi. Sebab, semangat bertanding yang tinggi itulah menjadi tradisi Indonesia menjadi kampiun dunia bulutangkis selama lebih 20 tahun.
TANTANGAN TARGET
Pada tahun 2016 Indonesia akan banyak mengalami tantangan untuk mempertahankan tradisi bulutangkis Nasional di pentas dunia, mengingat negara lain terus berkembang pesat ke depan. Tantangan pertama adalah perkembangan pesat negara lain seperti Jepang, Malaysia, India dan adalah negara yang sudah mampu mempecundangi Indonesia, Tim dan atlet Indonesia selalu terjegal di babak semifinal, belum lagi negara Skandinavia yang di wakili Denmark dengan kualitas pemain yang semakin menakutkan dan bisa sebagai batu sandungan bagi Indonesia sebalum menuju puncak pada kejuaraan perseorangan seperti All England, Olimpiade dan lain-lainnnya.
Atlet Indonesia sudah harus fokus mengamati semua negara yang menjadi batu sandungan jika ingin kembali juara di berbagai turnamen. Untuk Putra ada lima negara yang berpotensi sebagai penghalang yaitu Jepang, Malaysia, Thailand, Korea dan India ditingkat regional Asia, diluar negara ini adalah Denmark dan Inggris, Rusia dan Jerman. Atlet Bulutangkis putra kita mulai kesulitan menghadapi atlet negara seperti Rusia yang kuat di ganda putra dan ganda campuran, maupun beregu campuran selain tetap fokus menghancurkan kekuatan Tiongkok.
Untuk Putri, maka akan bertambah negara yang menjadi tantangan bagi Bellaetrix Manuputty dkk, yaitu Spanyol dengan juara dunia tunggal putri, Carolina Marin yang sudah berulangkali menaklukan para tunggal putri Indonesia. Indonesia sangat lemah disektor tunggal putri dan sekedar ”penggembira”, jika kita amati cara bermain atlet putri kita seperti kaki yang berat melangkah, terasa sudah kalah sebelum bertanding.
Selain tantangan utama berupa perkembangan pesat negara lain untuk mengembalikan tradisi juara, atlet kita juga menghadapi tantangan target kedua yaitu tantangan juara di kejuaraan yang diikuti selama tahun 2016. Ada tiga fokus yang menjadi target yang diinginkan PBSI selama tahun 2016, Olimpiade Rio de Janero, All England dan Piala Thomas seperti dilansir situs Badminton Indonesia. Semua menjadi target juara bagi Indonesia.
Di olimpiade, target Indonesia adalah merebut 2 medali emas, sementara di Piala Thomas diharapkan bisa lolos ke semifinal, sedangkan All England Indonesia menargetkan hasil juara lebih baik dari tahun lalu. Langkah tantangan target bagi tim putra dimulai dari lolos kualifikasi Piala Thomas dan Uber di bulan Februari 2016.
Gambar : Tantangan Praven-Debby untuk mengangkat tradisi Indonesia  (Sumber :Sindonews)
Tantangan ketiga, faktor regenerasi dan pembinaan. Kondisi atlet utama yang sudah tua dan kualitas produk kemampuan sudah diketahui pihak lawan. Problemnya, saat ini, pasokan pemain-pemain muda tersebut sepertinya lambat disebabkan banyak pemain memilik cabut ke negara lain seperti Singapura dan Taiwan karena kondisi pelatihan Cipayung dianggap sudah ketinggalan. Regenerasi macet, dan kita masih mengandalkan tenaga pemain-pemain tua seperti ganda campuran unggulan Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir. Soal regenerasi, kita tertinggal jauh dibandingkan Tiongkok, terutama di sektor tunggal wanita, tidak ada lagi pemain putri sehebat Susi Susanti. Maka dari itu, tidak ada jalan lain. PBSI harus berani melakukan regenerasi. Di Cipayung banyak stok pebulutangkis muda yang wajib diberi kesempatan. Terjunkan mereka ke berbagai turnamen bulutangkis di luar negeri. Para bintang muda seperti Anthony Suka Ginting, Shesar Hiren Rhustavito, Jonathan Christie, Ihsan Maulana Mustofa, dan lain-lain harus segera diorbitkan untuk menggantikan para bintang tua yang sudah mulai meredup sinarnya.
Tantangan selanjutnya adalah faktor mental bertanding. Atlet kita secara dasar dan skill bulutangkis sebenarnya tidak kalah dari atlet negara lain. Perbedaan kemampuan para pebulutangkis kelas dunia tidak terlalu jauh, yang membedakan hanyalah semangat bertanding dan pengalaman bagi atlet muda, yang sangat ini baru sebatas prestasi kejutan, yang membedakan seorang pemenang dan pecundang sering kali bukan masalah skill bermain bulutangkis, tapi masalah mental.
Karakter building nation harus tertanam bagi jiwa atlet Indonesia karena bulutangkis adalah raga dari perjuangan bagi Bangsa Indonesia ketika Indonesia baru merenggut dan mengecap kemerdekaannya.
Karakter nation building itulah yang harus ditingkat, digenjot dan ditanam membara di dada atlet garuda Indonesia.
MIMPI BURAM
Tahun 2015 memang bisa dibilang pemain-pemain utama Indonesia, prestasinya merosot tajam, dengan semakin tua pemain kita, apakah tantangan target bisa terpenuhi? Jika memperhatikan sepanjang tahun 2015. Rasanya atlet kita semakin susah bersaing mengingat produk skill dan mental belum siap, terutama atlet muda yang baru mulai juga di bidik lawan dan prestasi masih angin-anginan.
Perhatian pemerintah terhadap bulutangkis semakin getir. Coba tanya kepada Bapak Presiden Jokowi apa ada tidak ide untuk peningkatan kemajuan prestasi Bulutangkis Nasional? Seperti ide membangkitkan prestasi sepakbola dengan berbagai turnamen untuk menghasilkan atlet berprestasi kelas dunia? Datang, Melihat, Berbicara dan Membuka berbagai turnamen sepak bola yang prestasinya lebih buruk dibandingkan cabang Bulutangkis.
Untuk direnungkan saat ini adalah bagaimana membangkitkan kualitas pembinaan, menjaga metode pembinaan dan kerahasian lainnya, dan jangan begitu mudah menerima atlet negara lain untuk latihan dikawah cadradimuka Cipayung, mengingat kita sekarang kedodoran menghadapi atlet yang pernah berlatih di Indonesia, seperti menghadapi atlet Philipina dan Spanyol atlet kita mulai kepayahan dan diantara mereka sudah ada yang menjadi juara dunia.
Mimpi kita untuk melihat Indonesia berjaya kembali terasa semakin lama, yang ada prestasi buram namun belum ke titik nadir. Negara lain akan terus melaju kencang, harus ada upaya membumi bagi kesatuan segenap insan masyarakat bulutangkis dan politik untuk membangkitkan gairah prestasi dengan menghasilkan kualitas atlet yang mumpuni.
Semoga ada atlet terlahir untuk menjadi juara lagi seperti era Rudi Hartono Kurniawan, dan legenda-legenda bulutangkis Indonesia yang pernah hadir mengharumkan bangsa dan negara Indonesia.
Untuk menghilangkan mimpi buram adalah panggil kembali para pelatih Indonesia yang melatih diluar negeri, untuk sharing dengan pelatih dalam negeri termasuk dengan pelatih daerah, alih transfer pengalaman. Jepang, India Malaysia dan Spayol bisa berkembang karena kualitas mantan atlet Indonesia yang menjadi pelatih.
Saatnya PBSI memikirkan hal ini, bersatu untuk membangkitkan bulutangkis Indonesia kembali, mari bung rebut kembali kejayaan kita.
M. Anwar Siregar
Penggemar Bulutangkis.

No comments:

Post a Comment

Related Posts :