Tantangan Bulutangkis Indonesia
TANTANGAN BULUTANGKIS INDONESIA
TAHUN 2016
Oleh M. Anwar Siregar
Tahun 2015 telah
lewat, Indonesia
lebih banyak gagal dalam pencapaian terbaik, gagal di berbagai turnamen bergengsi,
baik perseorangan maupun beregu. Kegagalan demi kegagalan membuat banyak pertanyaan
dalam benak masyarakat Indonesia
yang menggemari bulutangkis maupun yang sekedar mencari tahu tentang
perkembangan prestasi bulutangkis Indonesia.
Tahun 2015 harus
di evaluasi dan direflesikan dalam bentuk perencanaan target 2016, karena pada
tahun 2016 akan banyak tantangan akan dihadapi atlet bulutangkis Indonesia.
Atlet dikawah cadradimuka Cipayung seharusnya mampu bangkit karena kemampuan
skill tidak kalah dengan pebulutangkis negara lain termasuk Tiongkok yang
disegani saat ini, asal atlet bulutangkis kita memanfaatkan semangat bertanding
yang tinggi. Sebab, semangat bertanding yang tinggi itulah menjadi tradisi Indonesia
menjadi kampiun dunia bulutangkis selama lebih 20 tahun.
TANTANGAN TARGET
Pada tahun 2016 Indonesia akan
banyak mengalami tantangan untuk mempertahankan tradisi bulutangkis Nasional di
pentas dunia, mengingat negara lain terus berkembang pesat ke depan. Tantangan
pertama adalah perkembangan pesat negara lain seperti Jepang, Malaysia, India
dan adalah negara yang sudah mampu mempecundangi Indonesia, Tim dan atlet
Indonesia selalu terjegal di babak semifinal, belum lagi negara Skandinavia
yang di wakili Denmark
dengan kualitas pemain yang semakin menakutkan dan bisa sebagai batu sandungan
bagi Indonesia
sebalum menuju puncak pada kejuaraan perseorangan seperti All England,
Olimpiade dan lain-lainnnya.
Atlet Indonesia sudah
harus fokus mengamati semua negara yang menjadi batu sandungan jika ingin
kembali juara di berbagai turnamen. Untuk Putra ada lima negara yang berpotensi
sebagai penghalang yaitu Jepang, Malaysia, Thailand, Korea dan India ditingkat
regional Asia, diluar negara ini adalah Denmark dan Inggris, Rusia dan Jerman.
Atlet Bulutangkis putra kita mulai kesulitan menghadapi atlet negara seperti
Rusia yang kuat di ganda putra dan ganda campuran, maupun beregu campuran
selain tetap fokus menghancurkan kekuatan Tiongkok.
Untuk Putri,
maka akan bertambah negara yang menjadi tantangan bagi Bellaetrix Manuputty
dkk, yaitu Spanyol dengan juara dunia tunggal putri, Carolina Marin yang sudah
berulangkali menaklukan para tunggal putri Indonesia. Indonesia
sangat lemah disektor tunggal putri dan sekedar ”penggembira”, jika kita amati
cara bermain atlet putri kita seperti kaki yang berat melangkah, terasa sudah
kalah sebelum bertanding.
Selain tantangan
utama berupa perkembangan pesat negara lain untuk mengembalikan tradisi juara,
atlet kita juga menghadapi tantangan target kedua yaitu tantangan juara di kejuaraan
yang diikuti selama tahun 2016. Ada tiga fokus
yang menjadi target yang diinginkan PBSI selama tahun 2016, Olimpiade Rio de
Janero, All England dan Piala Thomas seperti dilansir situs Badminton Indonesia.
Semua menjadi target juara bagi Indonesia.
Di olimpiade,
target Indonesia adalah merebut 2 medali emas, sementara di Piala Thomas
diharapkan bisa lolos ke semifinal, sedangkan All England Indonesia menargetkan
hasil juara lebih baik dari tahun lalu. Langkah tantangan target bagi tim putra
dimulai dari lolos kualifikasi Piala Thomas dan Uber di bulan Februari 2016.
Gambar : Tantangan Praven-Debby untuk mengangkat tradisi Indonesia (Sumber :Sindonews)
Tantangan ketiga, faktor regenerasi dan pembinaan.
Kondisi atlet utama yang sudah tua dan kualitas produk kemampuan sudah
diketahui pihak lawan. Problemnya, saat ini, pasokan pemain-pemain muda
tersebut sepertinya lambat disebabkan banyak pemain memilik cabut ke negara
lain seperti Singapura dan Taiwan karena kondisi pelatihan Cipayung dianggap
sudah ketinggalan. Regenerasi macet, dan kita masih mengandalkan tenaga
pemain-pemain tua seperti ganda campuran unggulan Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir.
Soal regenerasi, kita tertinggal jauh dibandingkan Tiongkok, terutama di sektor
tunggal wanita, tidak ada lagi pemain putri sehebat Susi Susanti. Maka dari
itu, tidak ada jalan lain. PBSI harus berani melakukan regenerasi. Di Cipayung
banyak stok pebulutangkis muda yang wajib diberi kesempatan. Terjunkan mereka
ke berbagai turnamen bulutangkis di luar negeri. Para bintang muda seperti
Anthony Suka Ginting, Shesar Hiren Rhustavito, Jonathan Christie, Ihsan Maulana Mustofa, dan
lain-lain harus segera diorbitkan untuk menggantikan para bintang tua yang sudah
mulai meredup sinarnya.
Tantangan selanjutnya adalah faktor mental
bertanding. Atlet kita secara dasar dan skill bulutangkis sebenarnya tidak
kalah dari atlet negara lain. Perbedaan kemampuan para pebulutangkis kelas
dunia tidak terlalu jauh, yang membedakan hanyalah semangat bertanding dan
pengalaman bagi atlet muda, yang sangat ini baru sebatas prestasi kejutan, yang
membedakan seorang pemenang dan pecundang sering kali bukan masalah skill
bermain bulutangkis, tapi masalah mental.
Karakter building nation harus tertanam bagi jiwa
atlet Indonesia karena bulutangkis adalah raga dari perjuangan bagi Bangsa
Indonesia ketika Indonesia baru merenggut dan mengecap kemerdekaannya.
Karakter nation building itulah yang harus
ditingkat, digenjot dan ditanam membara di dada atlet garuda Indonesia.
MIMPI BURAM
Tahun 2015 memang bisa dibilang pemain-pemain
utama Indonesia, prestasinya merosot tajam, dengan semakin tua pemain kita,
apakah tantangan target bisa terpenuhi? Jika memperhatikan sepanjang tahun
2015. Rasanya atlet kita semakin susah bersaing mengingat produk skill dan
mental belum siap, terutama atlet muda yang baru mulai juga di bidik lawan dan
prestasi masih angin-anginan.
Perhatian
pemerintah terhadap bulutangkis semakin getir. Coba tanya kepada Bapak Presiden
Jokowi apa ada tidak ide untuk peningkatan kemajuan prestasi Bulutangkis
Nasional? Seperti ide membangkitkan prestasi sepakbola dengan berbagai turnamen
untuk menghasilkan atlet berprestasi kelas dunia? Datang, Melihat, Berbicara
dan Membuka berbagai turnamen sepak bola yang prestasinya lebih buruk
dibandingkan cabang Bulutangkis.
Untuk direnungkan saat ini adalah bagaimana
membangkitkan kualitas pembinaan, menjaga metode pembinaan dan kerahasian
lainnya, dan jangan begitu mudah menerima atlet negara lain untuk latihan
dikawah cadradimuka Cipayung, mengingat kita sekarang kedodoran menghadapi atlet yang
pernah berlatih di Indonesia, seperti menghadapi atlet Philipina dan Spanyol
atlet kita mulai kepayahan dan diantara mereka sudah ada yang menjadi juara
dunia.
Mimpi kita untuk
melihat Indonesia
berjaya kembali terasa semakin lama, yang ada prestasi buram namun belum ke
titik nadir. Negara lain akan terus melaju kencang, harus ada upaya membumi
bagi kesatuan segenap insan masyarakat bulutangkis dan politik untuk membangkitkan
gairah prestasi dengan menghasilkan kualitas atlet yang mumpuni.
Semoga ada atlet
terlahir untuk menjadi juara lagi seperti era Rudi Hartono Kurniawan, dan
legenda-legenda bulutangkis Indonesia
yang pernah hadir mengharumkan bangsa dan negara Indonesia.
Untuk menghilangkan mimpi buram adalah panggil
kembali para pelatih Indonesia yang melatih diluar negeri, untuk sharing dengan pelatih
dalam negeri termasuk dengan pelatih daerah, alih transfer pengalaman. Jepang,
India Malaysia dan Spayol bisa berkembang karena kualitas mantan atlet
Indonesia yang menjadi pelatih.
Saatnya PBSI memikirkan hal ini, bersatu untuk
membangkitkan bulutangkis Indonesia kembali, mari bung rebut kembali
kejayaan kita.
M. Anwar Siregar
Penggemar Bulutangkis.
Komentar
Posting Komentar