Mar 17, 2015

Waspadai Tanah Longsor Aek Latong : Geologi Disaster

Waspadai Tanah Longsor Aek Latong

Oleh: M. Anwar Siregar.

Gambar : Foto menunjukan longsoran di sekitar 100 meter dari Telaga Maut ALS, foto tahun 2013 (Sumber : Dok Foto Penulis)

Longsoran yang sering terjadi merupakan implikasi dari berbagai parameter geologis yang sedang bekerja di wilayah Aek Latong dan berkorelasi langsung dengan segment Patahan Semangko di lembah tektonik Sarulla. 
Hasil pengamatan langsung penulis dilapangan menemukan berbagai ancaman bencana gerakan tanah dalam dua tahun mendatang di beberapa titik jalur Aek Latong baru, yang akan memutuskan jalur logistik antar propinsi. 
Banyak data lapangan yang pernah penulis ajukan dalam konsultansi saran lingkungan untuk pembangunan jalur baru Aek Latong pada tahun 2011 lalu sebagai pengganti jalan Aek Latong lama, tidak dimanfaatkan sebagai rujukan informasi mitigasi geologi jalan dan jembatan maupun pola tata ruang ekologi untuk menekan dampak kerusakan longsoran terhadap tata guna lahan sebagai investasi masa depan tata ruang Sipirok.
Penulis temukan ada 11 titik elemen rekonstruksi gejala longsoran mematikan dan sudah mulai dengan longsoran kecil yang terjadi dalam dua minggu berturut-turut di Desa Bulu Payung, yang nyaris membawa korban lagi bus ALS. Lokasi longsoran ini merupakan gambaran masa depan bencana gerakan tanah yang terjadi berikutnya.
Data ini bukan untuk menakutkan pengguna jalan di wilayah tersebut tetapi bahan antisipasi agar siap menghadapi segala kemungkinan karena penulis mendata wilayah tersebut dari berbagai aspek parameter geologis, teknik rekayasa (geologi teknik sipil), geohidrologi, seismik batuan, geologi foto udara dan pengukuran deformasi fisik dengan GPS serta pengalaman penulis mengamati berbagai jenis bencana geologi.
Geologis Longsoran
Daerah gerakan tanah di Kecamatan Sipirok sudah penulis petakan sejak tahun 2010 sebelum pembangunan Aek Latong Baru dan termasuk juga dalam rapat konsultansi saran untuk kondisi lingkungan dari sudut aspek geologi Aek Latong baru. Geologis longsoran gerakan tanah di Sipirok diamati melalui beberapa parameter geologi yang pernah penulis usulkan dalam rapat-rapat konsultansi pembangunan jalan baru Aek Latong yang sekarang, karena ditemukan titik longsoran yang akan terjadi di masa mendatang dan ternyata terjadi di lokasi yang sama sekarang, yaitu track 33 dan 31 dari arah Desa Buluh Payung ke Sipirok
Faktor geologis masih bertransformasi di wilayah Sipirok untuk membentuk deformasi tatanan geologis yang semakin rumit khususnya di Aek Latong, termasuk daerah dengan tingkat kerentanan gerakan tanah yang sangat tinggi dengan meliputi 60 persen luas wilayahnya berada dalam ancaman gerakan tanah tinggi disebabkan oleh beberapa elemen faktor geologis yang sudah terpetakan tetapi masih belum juga di jadikan dasar informasi untuk investasi pembangunan jalan, jembatan dan tata ruang hijau maupun prasana fisik lainnya antara lain di kondisikan pertama, Faktor Topografi Sipirok
Daerah longsoran Aek Latong itu sudah sesuai dengan data Peta Kerentanan Gerakan Tanah (KGT) Sipirok yang dipetakan oleh tim penulis dengan zona kerentanan gerakan tanah tinggi dan tidak akan pernah berhenti. Tipe gerakan tanah di Aek Latong meliputi gerakan tanah rayapan dan longsoran di Desa Purba Tua terdapat dua titik, satu diantaranya masuk morfologi atau topografi terjal dan merupakan titik pertemuan langsung zona patahan lembah Sarulla, Titik longsoran 3-5 berada di jalur dinding penahan longsoran yang telah retak dan akan membesar bersama dengan waktu berlalu, berjarak 125 meter ke arah masuk Aek Latong Baru. Titik 6-7 berada di track 31 dan 33 arah keluar ke Taput, keduanya berjarak 20-50 meter, dan 8-9 berada di Telaga Maut ALS, keduanya berjarak 100 meter serta dua titik gerakan tanah bulanan berjarak 200 meter dari Telaga Maut ke Desa Bulu Payung.
Kedua, faktor geohidrologi. Data Peta Geohidrologi Regional yang penulis telah kompilasikan dalam bentuk peta Hidrogeologi Tapanuli Selatan diketahui bahwa wilayah Sipirok memiliki sumber daya air dengan produktivitas tinggi, dengan susunan litologi batuan yang mudah meluluskan air, mudah terjadi rembesan air tanpa terbendung atau aquifer pembawa air yang tak tertekan, serta curah hujan yang sangat tinggi.
Geologis air sangat berperan dalam memproses kehancuran kekuatan material tanah dan batuan, air berfungsi sebagai “oli” untuk melincin jalannya kehancuran, membantu material lepas, mendorong material bergeser lalu membuka kekuatan luar di sisi tebing maupun badan jalan sehingga akan terbentuk berbagai jenis gerakan tanah.
Ketiga, faktor seismik gempa. Faktor yang sangat menentukan untuk pengkajian resiko gempa untuk desain pembangunan sarana fisik dan aktivitas manusia (transportasi) di wilayah Aek Latong. Peta Satuan Formasi Batuan Sipirok menujukkan bahwa daerah ini tersusun oleh satuan yang belum padat dan Peta Pedologis juga menunjukan bahwa susunan material tanah yang menyusun pondasi jalan dan dinding penahan longsoran Jalan Aek Latong Baru itu merupakan sisa tanah pelapukan batuan vulkanik Nabirong dan Sibual-Buali dan Toba Purba yang ditujukan dengan tidak ditemukan batuan yang sangat keras. Percepatan puncak dasar batuan di Aek Latong sekitarnya berlangsung 100 tahun, menunjukkan batuan terus mengalami penghancuran dengan gempa a-seismik berlangsung kontinu sepanjang tahun dengan ditemukan zona hancuran di titik 31 dan 33 serta 100 meter dari Telaga Maut ALS.
Keempat, faktor stratigrafi batuan dan elastic rebound lanslides. Faktor ini disebabkan adanya zona hancuran batuan yang berulang dan memerlukan pijakan yang stabil maka akan mendorong wilayah yang stabil tertekan. Bekas gerakan tanah lama memerlukan “selimut” untuk mengobati luka sehingga mendorong adanya mobilisasi penekanan pada ruas patahan disegmen Renun Toru khususnya di patahan lokal Aek Latong. Penjalaran seismik akan menggoyang kekuatan tanah menjadi “bubur”, akibatnya akan ada selalu daerah sembulan, penurunan, penghancuran dan peregangan di Aek Latong sekitarnya. 
Kelima Faktor Ekologi gerakan tanah, jika diamati sepanjang jalan Aek Latong tanpa bukit-bukit seperti gersang sehingga air mudah sekali muncul kepermukaan sehingga dinding penahan longsor justrunya mudah retak dan hal ini sudah pernah penulis usulkan berupa saran peredam seismik dan sabuk hijau terutama tanaman yang pengakaran kuat.
Rekonstruksi Longsoran
Jika direkonstruksi gejala alam longsoran di masa mendatang, akan ada beberapa zona yang akan menjadi “PR” rumit, mulai dari Selatan disekitar Desa Purba Tua ke arah masuk Aek Latong Lama dan Baru terdapat zona hancuran, satu terjadi penurunan tajam di Aek Latong Lama, satu gejala longsoran ada diperbukitan tinggi Aek Latong baru, membentuk lembah dengan huruf “V”. 


Gambar : Papan Informasi gerakan tanah di Aek latong Baru, informasi tentang kerentanan gerakan tanah yang sering berlangsung di Aek Latong (Sumber : Dok Foto Penulis, 2013)


Daerah ini perlu faktor ekologis untuk di tanam di dinding Barat Aek Latong baru dan elastic rebound seismik untuk menangkal guncangan berganda di kearah punggung bukit Timur ke Timurlaut Aek Latong Baru. Zona longsoran berikutnya yang diperkirakan terjadi di sebelah Baratdaya sekitar Telaga Maut Latong, terdapat dua zona patahan saling menekan, satu struktur meninggi  menyebabkan longsoran sepanjang 50 meter, kedalaman 85 meter dengan pergeseran dan ketinggian datum yang berbeda mencapai 2o dan sebelah Timurlaut terjadi penurunan yang menekan dinding lembah Sarulla dan Gn. Tapulon Anjing.
Gejala turun naik permukaan akibat dampak ayunan seismik dengan membentuk sudut anggular tajam 100 meter ke dalam, membentur dinding perbukitan terjal yang telah mengalami pensesaran dengan ciri terjadinya longsoran sisi tebing barat ke arah Taput di Desa Bulu Payung pada bekas tubuh gunung Hella Toba. Daerah ini perlu peredam seismik dengan bantalan karet pada daerah bekas longsoran bukan sistim bronjong karena merupakan daerah gerakan tanah silih berganti setiap tahun. 
Dana pembangunan Rp 66 milyar itu sepertinya sia-sia membangun Aek Latong baru karena upaya pencegahan longsor dengan brojong belum mampu mengatasi kerusakan badan jalan karena mengingat energi seismik terfokus pada tiga zona hancuran yaitu di Utara, Timur dan Baratdaya Aek Latong.
(Penulis adalah Enviromental Geologist, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer) Dipublikasi HARIAN ANALISA MEDAN, Tgl 28 Desember 2014

http://analisadaily.com/lingkungan/news/waspadai-tanah-longsor-aek-latong/93648/2014/12/28

No comments:

Post a Comment

Related Posts :