May 2, 2018

Dicari Gubsu dengan Visi Energi Baru Terbarukan

DiCARI GUBSU DENGAN VISIS EBT
Oleh M. Anwar Siregar
(Medan Bisinis, 07 April 2018)

Hari Rabu tanggal 27 Juni 2018 nanti, masyarakat Sumut akan menetapkan pilihannya untuk menentukkan Gubernur Sumut dalam lima tahun ke depan, ada satu pertanyaan selama ini dan selama masa kampanye, tidak satupun dari para gubernur yang ada menggagas harapan masyarakat lebih tegas dalam pengadaan, penggunaan serta pembangunan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) di Sumut.
Dalam lima tahun ke depan Sumatera Utara lebih membutuhkan pembangunan infrastruktur energi, karena masalah sumber energi saat ini merupakan isu yang sangat diperlukan dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan sebagai alternatif yang sangat dibutuhkan dunia industri agar terus memberikan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.


Pertanyaan masyarakat, kapankah Sumut dapat menggunakan energi terbarukan bagi masyarakat kecil, bagi kalangan industri UKM dan industri transportasi lalu di produksi secara massal sebagai alternatif penekanan penggunaan energi BBM, membantu penekanan kerusakan lingkungan akibat dampak BBM? Karena semua sudah tahu, apa yang menyebabkan terjadinya kelesuan ekonomi dan peningkatan jumlah penganguran dan kemiskinan adalah karena terbatasnya peningkatan pembangunan energi.

Apakah yang terpilih itu kelak dapat mengubah atau setidaknya menambahkan program visi pembangunannya dengan memasukkan unsur pembangunan energi terbarukan di Sumut agar masalah klasik yang selama ini menghantui kehidupan masyarakat dan industri khusus industri UKM yang banyak menampung dan menopang kehidupan masyarakat kecil itu bisa diberdayakan lebih tegas dalam kurun sebelum tahun 2020. Agar sesuai dengan bualan janji yang salah satu bunyi sudah pasti akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Sumut?
Apakah para calon gubernur sekarang mampu merealisasi pembangunan energi baru terbarukan di dalam program jangka menengah, dalam 3 tahun dengan memanfaatkan segala potensi yang ada di miliki Propinsi Sumut secara konsisten, bersinergis dengan berbagai kalangan untuk menyatukan satu misi dan visi dalam membangun energi di Sumut?

Kita tunggu saja, karena mengingat tema kampanye kebanyakan para cagub itu lebih berkonsentrasi pada dan bagaimana membangun infrastruktur yang membutuhkan dana triliun rupiah yang dapat saja menjadi batu krikil tajam menjatuhkan kekuasaan, memberikan pendidikan dan kesehatan gratis yang sebenarnya tidak pernah gratis karena masih ada saja pungli, ping-pong sana sini sehingga masyarakat miskin tidak boleh sekolah, tidak boleh berobat. Reformasi birokrasi yang sebenarnya sangat susah dan butuh waktu lebih 10 tahun merampingkan kelembagaan, korupsi sudah mengakar dan ini membutuhkan energi yang lebih besar.

Dalam lima tahun ke depan, seharusnya program-program pembangunan yang ada sebaiknya diselaraskan dengan kondisi riil masyarakat dan industri di Sumatera Utara, sehingga energi/pikiran perencana pembangunan di pemerintahan daerah Sumut dapat mengatasi kendala yang ada dengan menciptakan kondisi iklim bisnis dan investasi yang sehat untuk mempercepat pembangunan dan pengembangan energi alternatif dengan bekerjasama dengan berbagai Negara yang memiliki kemampuan dana serta alih teknologi yang dibutuhkan agar Sumatera Utara dapat melangkah lebih maju dalam memanfaatkan potensi energi yang ada dan menuju kemandirian energi.
Dan besarnya kebutuhan energi dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan ekonomi di wilayah Sumut sehingga penggunaan energi juga meningkat tajam, diperkirakan telah mencapai rata-rata rasio 9.0 persen per tahun dari maksimal pertumbuhan 10 persen. Kebutuhan ini seharus telah mendorong pemetaan masalah energi harus menjadi prioritas Gubernur dalam meningkatkan daya saing ekonomi ke lima tahun mendatang, karena kebutuhan energi akan semakin terserap oleh arus investasi industri di Sumatera Utara, peningkatan jumlah rumah tangga dan sektor lainnya yang terus berkembang pesat.

Efek dari kerterbatasan pembangunan energi dampaknya sangat luas, dan kita sudah merasakan hal itu, kenaikan harga-harga sembako, kenaikan TDL, PAM, dan ongkos transportasi, ada juga peningkatan laju kemiskinan yang semakin tinggi akibat beberapa perusahaan terpaksa gulung tikar karena tidak mampu melanjutkan operasional perusahaan. Premium saja sekarang langka, apa tidak menambah beban masyarakat miskin untuk membeli keperluan �energi� lainnya?

Potensi pengembangan EBT adalah jawaban tepat untuk menambah pasokan listrik di sumbangut yang telah mencapai 1.540 MW dari total kapasitas terpasang 1.881,4 MW di 13 lokasi, sedangkan daya listrik dari PLN di sumut belum ideal dan baru mencapai 95 MW atau kurang 30 persen dari ideal. Mengingat lagi pertumbuhan kebutuhan listrik per tahun 9 persen dari kebutuhan listrik yang ada mencapai 1.444 MW di tahun 2012, maka pada tahun 2013 pertumbuhan akan mencapai 108,16 MW dan tahun 2015 mencapai 115, MW. Jadi, pada tahun 2018 masih ada byar pett berlangsung.

Para calon gubernur Sumut perlu memanfaatkan potensi Energi Baru Terbarukan dan konservasi energi baru sebagai sumber daya saing industri. Sumut saat ini sudah harus bangkit dan tidak bergantung pada energi fosil dalam mengatasi berbagai krisis energi listrik seperti yang terjadi sekarang ini, kelangkahan gas dan krisis BBM PLN, terjadi byar pet, dalam sehari bisa terjadi pemadaman hingga tiga kali, diperparah lagi di Sumut masih terdapat 1.225 Desa tertinggal dalam pembangunan jaringan energi listrik. Jaringan Perusahaan Listrik Negara belum mampu menjangkau dan memenuhi kebutuhan energi di desa terpencil.Jika Sumatera Utara ingin dikenal dengan Provinsi bermartabat maju, ataupun transparan dan bersih sertra berdaya saing tinggi ada baiknya lakukan aksi pembangunan energi terbarukan dengan menggalakan konservasi EBT sekarang juga.

Penulis adalah pemerhati tata ruang lingkungan dan geosfer dan ANS Pemprovsu

No comments:

Post a Comment

Related Posts :