May 14, 2018

Investasi Laut Indonesia dalam Perebutan

INVESTASI LAUT INDONESIA DALAM PEREBUTAN
Oleh M. Anwar Siregar
 (Medan Bisnis, 12 April 2018)
Pola pembangunan daratan saat ini tidak menunjukan sesuatu yang dapat dibanggakan. Indonesia gagal dalam meredam tingkat kerawanan tata ruang daratan dalam mengendalikan jumlah korban bencana bila terjadi gempa, dan semua gempa dahsyat lebih dominan terjadi di lautan.
Pola pembangunan riset dan ketataruangan kelautan adalah jawaban yang dapat menegaskan bahwa Indonesia bisa menjadi bangsa yang disegani karena visi bahari yang telah lama dikembangkan oleh nenek moyang dengan membuktikan hal tersebut sebagai bangsa ulung yang menguasai teknologi dan perencanaan ketataruangan pelabuhan pulau terpencil yang terintegrasi dengan daratan.

Pembangunan Perbatasan
Urgensi permasalahan perbatasan sangat diperlukan suatu paradigma pembangunan pulau perbatasan yang lebih difokuskan dengan mengubah orientasi kebijakan pembangunan dari dalam ke luar untuk mengembangkan kawasan pulau terdepan menjadi suatu kawasan usaha pertumbuhan yang baru dengan melihat potensi yang dapat dikembangkan bagi tiap pulau terluar Indonesia sebagai gerbang ekonomi dan perdagangan dengan pendekatan kesejahteraan, pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan laut (hub port) yang terdekat dengan kawasan pertumbuhan di negara tetangga dan tidak meninggalkan pendekatan keamanan dalam kerangka NKRI.

Strategis yang diperlukan dalam pembangunan perbatasan melalui pendekatan penanganan perbatasan secara komprehensif dan bukan secara parsial, terpadu dalam mengembangkan potensi-potensi kelautan, pengendalian ancaman bencana sesuai dengan karakteristik geologi serta diperlukan sistim pengadministrasian wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan lautan, menjadikan pulau terdepan sebagai pusat mega biodiversity karena memiliki kandungan hayati yang luar biasa besar. Memberikan peluang yang besar bagi provinsi yang berbentuk kepulauan dalam mengembangkan potensi geografisnya dengan mengembangkan sistim pengelolaan konservasi kelautan yang berkelanjutan berdasarkan ekosistim, wisata dan pertambangan serta mengembangkan sarana infrastruktur yang lengkap agar memiliki daya saing tinggi sebagai pengembangan pasar tunggal regional dan global yang berbatas dengan Negara tetangga.

Ancaman Sumber Daya Laut
Blok Ambalat merupakan satu dari 9 ladang migas terkaya di eksplorasi di wilayah Indonesia menghasil lebih dari 11.3 miliar barel dengan luas 6.700 km. Total sumber daya minyak bumi di perairan laut Indonesia adalah 40,1 miliar barel, gas bumi 217,7 trilium kaki kubik, cadangan emas dan perak berserakan dari Sumatera hingga Papua.

Potensi sumber daya kelautan Indonesia sangat tinggi, yaitu lebih dari 2.000 spesies ikan, lebih dari 80 genera terumbu karang atau sekitar 17,95 persen dunia, 850 jenis sponge, padang lamun dan kimia terbanyak dilaut Indonesia dan dunia serta hutan mangrove, menyimpan 6,5 juta ton ikan dan dapat dimanfaatkan nelayan 5,01 juta ton ikan dilaut seluas 5,8 juta kilometer persegi, dan terdapat juga 60 cekungan minyak dan gas bumi dan terdapat 29 cekungan baru yang mengandung 9,1 trilium barrel migas tersebar di Laut Selat Sulawesi, Maluku, Timor dan Samudera Indonesia. Diantara 60 cekungan migas tersebut 70 persen diantaranya di Lautan, selebihnya 30 persen di daratan Kalimantan, Sumatera, Papua dan Sulawesi. Dari 60 cekungan tersebut, 20 diantaranya minyak bumi yang telah dikelola dengan kapasitas mencapai 2,13 miliar barel, cadangan gas bumi mencapai 112,5 trilium kaki kubik, sisanya masih eksplorasi dan berprospek cukup menjanjikan sumber devisa.

Sumber daya laut di batas teritorial merupakan suatu ancaman serius dimasa mendatang apabila pemerintah tidak meyusun suatu landasan utama pembangunan pulau terdepan, hal ini telah diketahui dengan berbagai aktivitas illegal oleh Negara-negara tetangga dalam mencuri sumber daya kelautan sehingga Indonesia rugi ratusan miliar tiap tahun.

Beberapa wilayah kontinen RI yang berbatasan langsung dan merupakan sumber ancaman serius bagi keberlanjutan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) antara lain : Negara Malaysia, Papua New Guinea (PNG) dan Timor Leste. Kawasan perbatasan kontinen itu tersebar di tiga pulau, empat propinsi dan 15 kabupaten/kota yang memiliki karakteristik geologi kawasan perbatasan yang berbeda-beda, demikian juga dengan Negara tetangga yang berbatasan dengan RI.

Wilayah maritim Indonesia berbatas dengan 10 negara yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau, Australia, Timor Leste dan PNG. Kawasan perbatasan maritim umumnya berupa pulau-pulau terluar yang berjumlah 92 pulau, beberapa diantaranya berupa pulau-pulau kecil yang masih memerlukan penanganan administratitf nama pulau yaitu sebanyak 9.634 pulau dan masih ada 12.000 pulau belum berpenghuni.
Halaman depan kita perlu suatu pembangunan yang terintegrasi secara luas dan selaras dengan penataan ruang antar pulau-pulau karena terdapat 17.000 pulau yang masih memerlukan penanganan pembangunan.

Selain tersebut diatas, yang paling penting dan utama dalam konsep pembangunan kelautan yang berwawasan Nuasantara dari semua tersebut diatas adalah peningkatan alutista (alat utama sistim pertahanan) TNI AL perlu ditingkatkan untuk pengamanan perairan Indonesia sehingga TNI AL tidak perlu mengandalkan peta-peta kerawanan, apalagi menggeser kapal perangnya ke titik-titik terdepan atau lingkar luar RI tetapi mampu menggelarkan kekuatan kapal perangnya disepanjang pantai Indonesia. maka tingkat pencurian ikan oleh nelayan asing dapat ditekan dan kalau perlu dijadikan saja kapal nelayan itu sebagai �sasaran latihan�. Kelemahan ini telah sering dimanfaatkan Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam memasuki laut teritorial Indonesia karena beranggapan teknologi kapal Indonesia sudah �kuno�.

(Oleh:  M Anwar Siregar) Penulis adalah Enviromentalist Geologist, Pemerhati Tata Ruang Lingkungan-Kelautan dan Energi-Geosfer dan ANS di Pemprovsu

No comments:

Post a Comment

Related Posts :