Sep 6, 2018

Gejala Kegagalan Geopark Danau Toba

GEOPARK DANAU TOBA, GEJALA KEGAGALAN



Analisa/ferdy
GEOPARK TOBA: Sejumlah personal dari Basarnas melakukan persiapan guna pencarian korban KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Tigaras, Simalungun, Sumut, Selasa (27/6). Peristiwa tenggelamnya kapal KM Sinar Bangun bisa saja berdampak akan cita-cita pemerintahan Sumut untuk menjadikan Danau Toba masuk dalam Geopark Global Networking (GGN) pada September 2018 oleh tim asesor UNESCO.
Oleh M. ANWAR SIREGAR

Sungguh ironis. Danau Toba kembali menelan kor­ban jiwa untuk kesekian ka­linya. Apakah ini salah satu tanda kegagalan sebagai Geo­park Global Networking (GGN) September 2018? April tahun 2018 Danau To­ba juga gagal terpi­lih sebagai geopark terselip oleh Geo­park Ciletuh dan Rinjani.
Tim asesor dari UNESCO akan kembali lagi me­ninjau kesiapan untuk melihat syarat yang ditetapkan GGN. Ba­nyak faktor yang menyebab­kan mengapa Danau Toba (DT) yang sangat indah itu gagal. Ada beberapa point penting yang harus diperhati­kan agar DT tidak gagal lagi.

Dana
Faktor paling utama ada­lah kendala dana diaju­kan dalam APBD Provinsi. Kita telah mengetahui bahwa dua geopark baru Indonesia men­dapat dukungan penuh dari pemerintah provinsi mereka berupa dana yang luar biasa.
Para tim suksesor dalam hal ini terdiri para aka­de­misi, pene­liti, praktisi seni-budaya, birokrat, ma­syarakat serta BUMN. Untuk mendukung kerja besar itu, rata-rata dana diajukan mencapai Rp. 120 miliar hingga Rp. 600 mil­yar.
Namun mengapa Danau Toba hanya mendapat dana kisaran dibawah Rp 45 mil­yar yang sampai saat ini ang­garan itu belum mampu me­menuhi standar yang di­bu­tuhkan untuk menyelesaikan syarat dari UNES­CO.
Padahal kita mengetahui, bahwa pemerintah sudah me­masukkan Danau Toba seba­gai kawasan strategis pem­bangunan nasional. Danau Toba sudah dijadikan geo­park nasional pada tahun 2012.
Sedangkan Geopark Cile­tuh sebagai jaringan geo­­park nasional pada tahun 2015 bersama Geopark Rin­jani. Na­mun Geopark Ciletuh yang ter­pilih seba­gai geopark global dunia ketiga di Indonesia 2017, dan Geopark Rin­jani merupakan geopark du­nia ke empat yang ada di Indonesia pada april 2018.
Perjuangan cepat kedua geopark itu tidak lama, se­hingga kon­tras dengan geo­park DT yang sudah dua kali gagal. Saat ini tim belum be­kerja maksimal karena keter­batasan dan sarana infra­struk­tur yang mendukung.
Karena itu perlu kebijakan politik yang lebih tegas dan dana besar un­tuk memba­ngun DT sebagai Monaco of Asia di Sumatera Utara agar tidak gagal lagi. Kita harus be­lajar dari ke­gagalan yang lalu
Jangan Ego Sektoral
Ada syarat yang belum terpenuhi dalam GGN. Pe­nye­babnya menurut saya ego sektoral. Jangan ada kepen­tingan, terutama dari pe­ngua­sa di beberapa daerah di keliling lingkar da­lam Da­nau Toba. Hilangkan motif poli­tik dan eko­nomi yang banyak melatar­bela­kangi berbagai keputusan yang diambil para pemutus kebijakan. Untuk itu perlu sikap tegas dari peme­rin­tah Sumatera Utara.
Pelibatan berbagai kala­ngan seharusnya menjadi se­buah kekuatan untuk meng­golkan Danau Toba sebagai kawasan geopark vulkanik ter­besar kedua dunia dan ter­besar di Asia.
Danau Toba diusulkan se­ba­­gai geopark oleh para pakar dibidangnya. Namun meng­apa seka­rang ber­bagai sek­to­ral itu menjadi le­bih ego de­ngan meng­klaim diri (kabu­pa­ten/provinsi) lebih berke­penting­an? Di ma­na ide me­reka ketika gagasan itu belum ada atau setidaknya menyua­rakan usulan atau ide itu?
Ego sektoral dapat menye­bab­kan DT gagal sebagai geo­park untuk kesekian kali­nya. Untuk itu perlu visi dan misi politik yang se­laras dari berbagai sektor dan pemerin­tahan di Sumatera Uta­ra.
Misalnya gencar melaku­kan sosia­lisasi dan mem­ba­ngun inova­si agar masyara­kat me­lek wi­sa­ta, dan tidak menjadi penonton di rumah sen­diri. Ja­di perlu memba­ngun industri wi­sata berbasis geo­park dengan memenuhi syarat-syarat yang dite­tapkan GGN.
Inovasi Sosialisasi
Sosialisasi adalah salah satu kelemahan yang telah berulangkali dilakukan un­tuk memenuhi sejum­lah sya­rat yang ditetapkan dalam GGN, sosialisasi yang sangat miskin inovasi. Perlu inovasi agar masyarakat sekitar ling­kar Danau Toba menjadi ma­syarakat berbudaya pariwi­sata namun juga masyarakat tidak meninggalkan budaya agraris yaitu masyarakat pe­tani dengan memberdayakan masyarakat untuk menghasil­kan budaya wisata pangan.
Inovasi sosialisasi yang menjadi kelemahan anta­ra lain Konsep Promosi berupa kontrak iklan visual hasil rangkuman berbagai even wi­sata setahun penuh di berba­gai hotel di Indonesia dan luar negeri dan promosi non visual berupa rangkaian seri wisata atau grand prix wisata setiap kabupaten dan ide pen­dampingan atau saya sebut sebagai Fasilitator Wi­sata ba­gi masyarakat yang hidup se­bagai petani maupun non pe­tani.
Konsep Promosi sebaik­nya jangan bergantung pada 7 kabupaten yang ada di ling­kar dalam Danau Toba tetapi juga memanfaatkan daerah luar lingkar Danau Toba de­ngan menyediakan sarana visualisasi dan bekerjasama dengan berbagai agen wisata, perhotelan baik dalam Indonesia maupun luar negeri dengan cakupan dana yang cukup kepada rekanan untuk promosi pada time primer selama setahun penuh.
Selama ini promosi berba­gai even wisata kadang ma­sya­rakat Indonesia di ujung timur tidak mengetahui kalau ada pesta Danau Toba atau ber­bagai even lainnya, dan lebih parah lagi hotel-hotel hanya terbatas mempromosi destinasi wisata yang sudah terkenal. Seharusnya disini peran antar sektor bekerja­sama untuk mempromosikan kawasan Danau Toba dengan anggaran cukup untuk men­jual Danau Toba kepada wi­sa­tawan.
Inovasi promosi berbasis visual harus di lanjut­kan de­ngan berbagai konsep pro­mosi even wisata setiap bulan atau wisata grand prid, yaitu setiap ko­ta/kabupaten wajib mengadakan even wisata secara kontinu maksimal dua even sebulan atau bisa dise­suai­kan dengan kalender bu­lan terutama pada jad­wal li­bur terjepit, diusahakan even jangan di hari yang membu­tuhkan kondisi sibuk, tetapi hari yang membutuhkan wak­tu santai. Tiap bulan ka­len­der di Indonesia sering ada libur panjang akhir pe­kan. Tiap kabupaten harus ada even wisata, jangan me­nunggu pesta Danau Toba.
Even ini juga berfungsi se­bagai sumber pembangunan masyarakat agar melek wisa­ta dan perlunya peningkatan pengetahuan bagi masyarakat melalui pendampingan wisa­ta seperti pola pe­nyuluhan pertanian. Dibidang pariwi­sata, para FW berasal dari un­sur ANS Pemkab-Pem­prov/LSM/mahasiswa/aka­demisi/karang taruna/buda­yawan/seniman yang secara rutin memberikan informasi pengetahuan dan keteram­pil­an, ide kreativitas dan pendi­dikan wisata kepada masya­rakat.
Inovasi Edukasi Wisata
Selain itu, selama tahun berjalan aktivitas geo­park sudah harus berjalan. Syarat lainnya adalah eksplorasi seni dan budaya harus dilaku­kan secara kontinu melalui inovasi grand prid wisata se­tiap kabupaten, disini faktor dana sangat mendominasi demi terwujudnya Danau To­ba sebagai investasi yang terbesar Sumatera utara harus dimaksimalkan. Peranan pa­ra FW untuk melakukan so­sialisasi edukasi wisata setiap bulan kepada masyarakat di berbagai lokasi baik di geo area maupun di geo site mau­pun di luar lingkar Danau Toba.
Inovasi FW adalah salah satu yang belum di ma­suk­an dalam program peningkatan pendidikan wi­sata di area Da­nau Toba. Selain inovasi kurikulum pendidikan wisata yang berbasis geodiversity dan geologi di berbagai jen­jang pendidikan di Sumatera Utara guna mendidik masya­rakat berbudaya wisata, harus gencar dipromosikan dan ju­ga dapat meno­pang daya saing industri wisata ke de­pan dan men­didik masyara­kat dan berbagai stake holder untuk bersama menjaga ling­kungan dan fasilitas sarana dan prasarana fisik di kawa­san Danau Toba.
Daya Saing
Peningkatan kualitas ma­sya­rakat melalui edukasi wi­sata akan memberikan efek positif bagi pening­katan kun­jungan wisatawan dan juga mendorong peningkatan da­ya saing ekonomi dan pe­ning­katan pembangunan kua­litas infrastruktur kawasan Danau Toba dengan membu­ka rute penerbangan semakin banyak dari berbagai perusa­haan penerbangan swasta dan pemerintah agar dapat men­ja­wab tantangan berbagai even grand prid wisata kabu­paten, apalagi waktu dekat akan ada libur hari raya idul fitri dan libur sekolah.
Pemerintah provinsi perlu membenahi 3 sarana khusus yaitu sarana transportasi pe­layaran air antar pulau, un­tuk mengikuti kaidah kesela­matan ang­kutan air, sarana lingkungan sungai danau yang ter­kon­taminasi limbah dan peningkatan sarana infra­struktur energi untuk keter­sediaan energi listrik yang berbasis ramah lingkungan di berbagai daerah ling­kar Da­nau Toba agar tidak mengha­silkan byar pet. Semoga ter­pilih sebagai geopark dunia sep­tember tahun ini.
(Penulis adalah Pemerhati Tata Ruang Lingkungan dan Energi Gosfer)
dI Publikasi Harian ANALISA MEDAN Tanggal 15 juli 2018

No comments:

Post a Comment

Related Posts :