Oct 4, 2018

Geopark Toba dan Energi PON 2024


Geopark Danau Toba dan Energi PON 2024

Oleh: M. Anwar Siregar

GUBERNUR Sumatera Utara yang baru akan menghadapi berbagai persoalan da­lam kurun lima tahun ke depan, perlu se­buah visi dan misi da­lam membangun Sumatera Utara yang me­nyentuh segala aspek kehidupan ma­sya­rakat dan industri guna menjaga ke­sinambungan pembangunan. Apapun latar belakang gubernur baru mereka akan menghadapi berbagai permasala­han mulai dari kondisi lingkungan, ben­cana banjir, tata ruang, energi dan kon­disi existing demografis dan sosial eko­nomi serta pariwisata strategis mau­pun sarana pemba­ngunan infrastruktur.
Melihat kondisi Sumatera Utara saat ini, maka gubernur sekarang akan menghadapi berbagai tantangan yang tidak mudah.
Gambar : Peta Kawasan Danau Toba (Sumber : dari berbgai sumber)
Tantangan Gubsu
Ada beberapa tantangan yang akan di hadapi gubernur terpilih sekarang dalam membangun Sumatera Utara antara lain: lingkungan alam dan tatanan struktur kebencanaan geologi provinsi Sumatera Utara yaitu terdapat tujuh gunung api dan rangkaian pegunungan Bukit Barisan sebagi tulang punggung Pulau Sumatera yang banyak membentang di Provinsi Su­ma­tera Utara dengan gunung api di bagian tengahnya. Tata letak gunung api disertai curah hujan cukup tinggi tersebut da­lam jangka ribuan tahun telah mengha­dir­kan dataran rendah di bagian timur yang cukup luas serta terbentuk oleh endapan sungai dan teluk.
Bagian barat berupa perbukitan yang me­miliki banyak pa­tahan dan curam, se­hingga di kawasan Barat ini sering terjadi ge­rakan tanah yang dapat menjadi ben­cana. Selain itu dataran sempit di barat menuju ke tengah berhadapan dengan tunjaman lempeng Indo Australia yang ber­gerak ke utara dan sewaktu-waktu menimbulkan gempa, yang di beberapa segmen garis pantai berpotensi tsunami. Oleh kondisinya tersebut bagian barat dari Provinsi Sumatera Utara tidak banyak dihuni dan walaupun demikian sering dipandang sebagai wilayah terting­gal yang selayaknya mendapat perhatian pembangunan.
Tantangan selanjutnya adalah pintu gerbang investasi indus­tri. Posisi Suma­tera Utara sebagai pintu gerbang pelaya­ran di pantai timur yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka seharus­nya mampu menerima banyak investasi pem­bangunan dari negara tetangga di wila­yah barat Indonesia. Dengan terba­ngun­nya bandara internasional Kua­la­na­mu dan adanya Kawasan Ekonomi Khu­sus Sei Mangkei seharusnya Suma­tera Utara sudah melejit ke depan seba­gai pro­vinsi terbesar di luar Jawa atau ter­besar ketiga di Indonesia dan harus dijadikan se­bagai tantangan bagi guber­nur Sumatera Utara di era se­karang seba­gai Provinsi pe­nerima industri manu­fak­tur dan pem­bangunan kawasan industri yang terbesar di luar Jawa dan terbesar ketiga di In­donesia harus ditingkatkan dan harus siap juga menghadapi peruba­han lingku­ngan (RTRW) yang akan ter­jadi dampak dari kemajuan industri yang berkaitan de­ngan pertumbuhan de­mo­grafis kota se­dang berkembang di be­be­rapa wilayah di Sumatera Utara, serta so­sial ekonomi yang ber­hubungan de­ngan investasi geo­park Danau Toba dan perkem­bangan laju infrastruktur yang berhubungan dengan prasarana Pekan Olah Raga Nasional tahun 2024 dimana Su­matera Utara sebagai tuan rumah bersama Provinsi Aceh.
Gambaran tantangan yang lebih jelas dapat dibagi dua, yaitu daya saing in­frastruktur dengan prioritas energi PON 2024 dan daya saing investasi pariwisata Danau Toba agar menjadi salah satu geopark global dunia.

Geopark Danau Toba
Alasan pemerintah memprioritaskan Danau Toba kawasan strategis nasional itu, karena kunjungan wisatawannya cu­kup tinggi sehingga sangat potensial men­jadi sumber besar penerimaan ne­gara. Bahkan Danau Toba ditargetkan men­jaring satu juta wisatawan asing pada 2019 mendatang.
Poin-poin tantangan bagi gubernur dalam investasi geopark Danau Toba da­pat di lihat dari beberapa kritikan yang mem­­bangun antara lain: Satu, geopark kaldera Toba dan ketidak­siapan kita dapat dilihat dari daya saing pemasaran dan konsep promosi yang berskala internasional. Dan ini sering merupakan ke­lemahan tantangan yang dihadapi gu­ber­nur untuk men­jadikan geopark Danau Toba menjadi sebuah investasi yang besar agar geopark Danau Toba se­makin dikenal masyarakat dunia.
Kedua, kondisi infrastruktur di Sumut ikut juga membuat ongkos distribusi lo­gistik barang menjadi sangat mahal ke­tim­bang sejumlah provinsi lain. Se­mua itu membuat citra Sumut menjadi ne­gatif di kalangan pengusaha. Mereka tertekan biaya operasional yang sangat tinggi di sini sehingga sulit meng­hasilkan barang ber­daya saing dari segi harga.
Tiga, harus diakui berbagai masalah mendasar yang terjadi di kawasan Danau Toba sampai saat ini belum juga tuntas. Misalnya soal pencemaran limbah yang masuk ke Danau Toba. Baik limbah rumah tangga, industri maupun dari kerambah-kerambah perusahaan dan masyarakat. Bahkan baru-baru ini, hasil penelitian Pusat Riset Perikanan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (SDM) Kelautan dan Perikanan, membuat kita semakin pesimis.
Dalam riset itu, disebutkan ada be­berapa sungai yang menjadi jalur limbah (fospor) ke Danau Toba
Keempat, selama ini memang ada ke­khawatiran di ma­syarakat bahwa Suma­tera Utara (Sumut) sulit bersaing dalam Ma­syarakat Ekonomi Asean yang sudah berlaku sejak awal 2016. Alasan kekha­wa­tiran itu adalah kelemahan da­lam infra­struktur, birokrasi perizinan ber­belit, defisit energi seperti listrik yang kerap padam alias gelap gulita, pasokan gas yang kadang langka dan membuat har­ganya menjadi sangat mahal diban­ding­kan provinsi lain, bahkan lebih ma­hal dari Singapura, Malaysia serta Viet­nam. Alasan lain adalah seringkali peja­bat, seperti walikota dan gubernur tersan­dung kasus korupsi se­hing­ga meng­gang­gu kepercayaan investor terhadap daerah ini.
Tantangan Energi PON
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei yang sudah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo terpaksa menun­da investasi bernilai triliunan rupiah ka­rena ketiadaan listrik. Hal ini pernah di­alami beberapa investor yang menga­la­mi ken­dala infrastruktur pasokan ener­gi listrik dan harus dijadikan penga­la­­man berharga bagi pembangunan sa­rana PON 2024 dan sarana infra­struk­tur Danau Toba tanpa ketersediaan listrik tetap per­cuma dan membuat investor akan me­nun­da usaha mereka. Begitu pula segala ke­mudahan perizinan dan insentif akan menjadi sia-sia jika tidak didukung oleh ja­minan pasokan listrik, energi seperti gas, serta infrastruktur fisik jalan ke ka­wasan strategis pembangunan seperti geopark Danau Toba.
Dampaknya dapat menjadi resiko yang sangat besar jika berinvestasi di daerah yang listriknya sering mengalami byar pett. Dan jika ini terjadi ketika ber­langsungnya PON akan sangat mema­lu­kan dan mendorong para investor me­min­dah­kan usaha ke daerah lainnya. Ma­kanya, para investor cende­rung memilih me­mbangun pabrik di Pulau Jawa ke­timbang di daerah-daerah di Sumatera Utara karena pasokan listriknya lebih terjamin.
Tantangan energi sangat berat bagi Gubernur Sumatera Uta­ra karena ini merupakan kendala utama bagi kalangan industri karena sulit beroperasi disebab­kan oleh harga gas sebagai sum­ber energi sangat mahal, mencapai US$ 12,76/mm­btu padahal di Jawa hanya US$6-US$8 per mmbtu, bahkan di negeri seberang hanya US$4-US$7 per mmbtu meski ko­moditas itu diimpor dari negeri kita. Pasokan listrik pun masih defisit sekira 300-600 MW sehinga seringkali industri ter­kena pema­daman (disari dari berbagai sum­ber).
Kelemahan ini merupakan gambaran tantangan gubernur Sumatera Utara, harus bergerak cepat agar kelemahan daya saing Sumut dapat ditingkatkan dengan memangkas jalur distribusi dan harga gas, membangun sejumlah pem­bang­kit listrik, menekan dwelling time di Pelabuhan Belawan, dan membangun sejumlah proyek jalan tol, selain mendo­rong transparansi dalam transaksi di pe­merintahan guna menekan korupsi. Se­mua langkah itu cukup positif bagi Su­mut agar bisa mengangkat daya saing Su­matera Utara ke depan. ***
* Penulis Pemerhati Tata Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer
Dipublikasi Pada Tanggal 30 Juli 2018 Harian ANALISA MEDAN

No comments:

Post a Comment

Related Posts :