24 Nov 2015

Gempa dan Tambang

TAJUK PALUEMASGEOLOG 4

TAMBANG, GEMPA DAN BANJIR SERTA LONGSOR

Gonjang-ganjing politik lagi dan ribut-ribut anggota Dewan, tiada hari cari sensasi yang memuakkan, dan dilain pihak kondisi rakyat semakin terpinggir, pikiran dan tenaga anggota dewan saat ini fokus kepada bagaimana mendapat mega proyek dari berbagai cara. 
Semua sudah tahu, bagaimana parlemen senayan itu bekerja, coba kita perhatikan apakah ada solusi untuk memecahkan persoalan bangsa dalam mengatasi isu perkembangan ekonomi global yang lambat?Coba tanyakan kepada anggota dewan bagaimana mengurus sumber daya alam geologi tambang itu?
Bagaimana implikasi atau dampak dari keluarnya UU No.13 tahun 2013 yang mencakup pelimpahan wewenang tugas, pokok dan fungsi dari Dinas Pertambangan dan Energi di beberapa kota dan Kabupaten di Indonesia yang diambil alih pemerintah vertikal (Provinsi dan Pusat)?Apakah dengan bubarnya pengawasan pertambangan di daerah akan terjamin, dengan hal ini terutama bubarnya Distamben daerah apakah pelaksanaan perizinan dan pemetaan tambang dapat tepat waktu dan bagaimana jika terjadi bencana (biasanya yang melakukan tindakan pemetaan daerah bahaya akibat pertambangan liar adalah distamben di bidang geologi dan sumber daya mineralnya) dapat mencegah? Kecepatan waktu ke daerah bagaimana realisasinya di lapangan? karena pada kenyataan penulis lihat kadang daerah lebih mengetahui kondisi sosial dan sumber daya alam mereka, menunggu bantuan dari pemerintah vertikal kadang membuang waktu dan kadang menyebal dan juga ketika ada masalah baru bisa direspon setelah adanya konflik interes antara masyarakat, perusahaan dan pemerintah.
Catut nama presiden untuk mendapat mega proyek adalah perbuatan yang sangat memuakkan dan bukankah standar gaji mereka itu sudah sangat tinggi bagi ukuran rakyat Indonesia yang masih banyak hidup miskin? Perusahaan besar pertambangan seperti Freeport itu sudah lama mengisap darah (sumber daya alam indonesia) dengan tidak begitu peka akan kondisi ekonomi dan rakyat Indonesia terutama rakyat Papua. Milyaran Dollar telah dikeruk dalam kurung hampir 30 tahun namun yang didapat bangsa Indonesia tetap negara dengan hutang telah menembus 4.000 triliun rupian. Sungguh ironis bagi negeri yang kaya tetapi masih di bodohi oleh kepentingan kapitalisme yang mengagungkan pasar bebas namun kenyataan ini justrunya membuat perekonomian global lambat dan beberapa negara telah mengalami krisis.
Tambang Indonesia adalah sumber daya yang harus di kuasai negara untuk kepentingan hayat hidup rakyat yang luas dan di kembalikan untuk sumber kehidupan dan merupakan hak kedaulatan rakyat untuk dikelola negara secara adil dan makmur. Namun yang kita lihat, Indonesia belum merdeka atas kedaulatan energi, tambang, udara dan lautnya. Indonesia seperti bangsa penonton.
Dan hari ini dan beberapa hari ke depan kita akan disuguh diruang publik melalui berbagai musibah bencana alam geologi dan klimatologis yang silih berganti, upaya yang dilakukan pemerintah masih sangat lambat, kadang respon tidak tepat sasaran.
Lihatlah kejadian bencana sebelumnya, bencana kabut asap barus direspon ketika emisi pekat itu sudah berlangsung lebih tiga hari hingga satu bulan baru ada upaya darurat nasional, padahal dalam kondisi seminggu saja masyarakat sudah mengalami penyakit ISPA, pemerintah juga baru respon kalau sudah ada korban jiwa, kenapa usaha ini tidak dilakukan kendali mitigasi kebakaran dan perizinan yang harus diperketat?
Sekarang saudara kita mengalami musibah bencana gempa bumi di Kepulauan Halmahera, diperkirakan masih akan mengalami gempa susulan? dan bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi kejadian ini? dan apakah sudah ada tindakan mitigasi karena mengingat Patahan Jailolo merupakan bagian dari patahan Maluku yang menerus ke Papua (Patahan Ransiki)
Indonesia rawan gempa besar, dan Maluku merupakan zona persimpangan dan pertemuan mega lempeng bumi yang terdiri lempeng samudera Pasifik, Lempeng Indo Australia dan Lempeng Eurasia, tingkat kebencanaan geologi gempa sangat tinggi dan Kepulauan Maluku berada dalam zonasi puncak pergeseran batuan yang sangat tinggi ke zona tingkat VI.
Apakah upaya bencana gempa dan banjir sudah di upayakan yang lebih baik? Banjir juga telah menyertai beberapa kota di Sumatera dan ironisnya mereka saja mengalami bencana kabut seperti bencana banjir di Kampar berulang lagi, di Aceh dan dan Sumatera Utara dengan pionirnya adalah kota Medan, bagaimana dengan Ibukota RI? Jakarta sepertinya sudah terbiasa mengalami musim banjir tiada henti dalam tahun, semesra dengan Riau yang tiada henti menikmati isapan jerabu hitam dalam puluhan tahun.
Dibvalik bencana gempa dan banjir itu, longsoran atau pergeseran tanah akibat dari perubahan struktur material tanah yang mengalami distabilitas itu dapat juga disebabkan oleh gempa-gempa kontinu setelah terjadi gempa besar lalu gempa kecil susulan, namun juga terjadi oleh gempa kontinu dengan intesitas seismik rendah akan mengancam beberapa tata ruang dikota-kota yang sering mengalami musibah banjir dan gempa seperti Halmahera, Maluku Utara, Madina dengan gempa yang baru terjadi diawal November lalu Jakarta yang dikepung berbagai bencana geologi yang dapat menurunkan kekuatan struktur fisik permukaan tanahnya.

Sumber : dari berbagai sumber
Nusibah bencana gempa, banjir dan longsor kini pekarjaan rumah bagi semua pemerintahan di Indonesia, perlu diingat setiap kabupaten kota memiliki tingkat kerentanan wilayah yang mengalami bencana dapat mencai 90 persen berbagai jenis bencana datang mengancam. Sudahkah kita mempersiapkan tata ruang berketahanan bencana? Lihat saja tata ruang kota anda yang mudah mengalami bencana.



Geology Apakabar: Heading 4

TITLE PALUEMASGEOLOG 4
MINE, EARTHQUAKE AND FLOOD AND SLIDING

Politics broke down again and fuss members of the Board, no day find that sickening sensation, and on the other hand people are increasingly marginal condition, the mind and the power of the board members is now focused on how to get mega projects of different ways. 
All already know, how parliament senayan it works, let's see if there is a solution to solve the problems of the nation in addressing issues of global economic development is slow? Try asking the board members how to take care of the natural resources of geological mine?
How implications or the impact of the issuance of Law 13 of 2013 which includes the delegation of authority roles, responsibilities and functions of the Department of Mines and Energy in several cities and districts in Indonesia expropriated vertical (Provincial and Central)? Are the dissolution of the mining supervision area will be guaranteed, with this mainly dissolution Distamben region whether the implementation of the licensing and mine mapping can be timely and what if a disaster occurs (usually the action mapping hazard areas due to illegal mining is Distamben in the field of geology and mineral resources) can be prevented? Speed ​​time to the area how the realization in the field? because in fact the authors see areas sometimes more aware of the social conditions and their natural resources, waiting for help from the government vertical is sometimes a waste of time and sometimes deviate and also when there are new problems can be responded after the conflict of interest between people, companies and governments.
Pliers to get the name of the president of mega projects is a very revolting act and not the salaries they were already very high for the size of the people of Indonesia are still many live in poverty? Large companies such as Freeport's mining has long sucked the blood (natural resources Indonesia) with not so sensitive to the economic conditions and the Indonesian people, especially the people of Papua. Billions of dollars have been dredged in parentheses nearly 30 years but gained the Indonesian nation still has penetrated the nation with 4,000 trillion debt rupian. It is ironic for a country that is rich but still fooled by the interests of free-market capitalism that glorifies justrunya but this fact makes the slow global economy and some countries have experienced a crisis.
Indonesian mine is a resource that must be mastered state for the benefit of the people living life extensive and passed back to the source of life and is the sovereign right of the people to be managed in a fair and prosperous country. But we see, yet independent Indonesian sovereignty over energy, mining, air and sea. Indonesia as a nation of spectators.
And today and the next few days we will disuguh diruang public through various natural disasters geological and climatological successive efforts by the government is still very slow, sometimes the response is not well targeted.
Look at the events previous disasters, catastrophic smog balls responded when emissions jet that has lasted over three days to one month of the new efforts of national emergency, when the condition of a week people have suffered respiratory disease, the government also recently responses if there are casualties, why This effort is not made of fire mitigation and licensing control to be tightened?
Now the brother of the unfortunate earthquake in Halmahera Islands, will still be experiencing aftershocks? and how the government's efforts in dealing with this incident? and whether the existing mitigation measures for remembering Fault Jailolo is part of the fault Maluku continuous to Papua (Fault Ransiki)
Indonesia vulnerable to large earthquake, and Maluku is a zone of intersections and meeting mega tectonic plates that comprise the Pacific ocean plate, Plate Indo Australian and the Eurasian Plate , the level of seismic geological disaster is very high and the Maluku Islands are in zoning peak shift to rock a very high level zone VI.
Is the effort earthquake and floods in trying to do better? Flooding also has accompanied several cities in Sumatra and ironically they just experienced disasters such as the floods in fog Kampar over and over again, in Aceh and North Sumatra with pioneering is the city of Medan, what about Indonesia's capital? Jakarta seems to have become accustomed suffered flood season relentless in years, semesra with Riau relentless enjoy sucking jerabu black in decades.
Dibvalik earthquake and flood, avalanches or landslides as a result of changes in the structure of soil materials that undergo distabilitas it can also be caused by earthquakes continuous after a massive earthquake and a small earthquake aftershocks, but also occurs by the earthquake continuous with the intensity of the seismic low will threaten some of the layout in the cities are often the unfortunate floods and earthquakes as Halmahera, North Maluku, Madina with the recent earthquake occurred in early November, Jakarta beset various geological disasters may reduce the strength of the physical structure of the soil surface.
Source: from the various sources
Nusibah earthquakes, floods and landslides pekarjaan now home to all the governments in Indonesia, keep in mind every district of the city has experienced a level of vulnerability of disaster areas can mencai 90 percent of various types of disasters to come threatening. Have we prepare spatial disaster resilience? Just look at the layout of your city prone to disaster.

Gempa Maluku

Penjelasan Atas Terjadinya Gempa Maluku Hari Ini

Gempa yang terjadi di perairan antara Sulawesi dan Maluku itu terjadi akibat aktivitas subduksi ganda lempeng laut Maluku.

Penjelasan Atas Terjadinya Gempa Maluku Hari Ini 
Peta pusat gempa dan peringatan dini tsunami di Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Maluku akibat gempat berkekuatan 7,3 Skala Ritcher, Sabtu (15/11) pukul 09.30 WIB. (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika)
Gempa bermagnitudo 7,3 terjadi pada Sabtu (15/11) pukul 09.31 WIB. Dengan pusat gempa pada koordinat 1.95 Lintang Utara, 126.46 Bujur Timur, kedalaman 48 kilometer, gempa mengguncang wilayah Sulawesi Utara seperti Bitung dan Manado.
Bagaimana gempa tersebut terjadi? Pakar tektonik dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano, mengungkapkan, gempa yang terjadi di perairan antara Sulawesi dan Maluku itu terjadi akibat aktivitas subduksi ganda lempeng laut Maluku.
Subduksi ganda tersebut terbentuk akibat tekanan dari lempeng laut Filipina di sebelah timur, pada zona Halmahera, dengan laju penunjaman 6,7 cm per tahun. Di barat, lempeng Eurasia menekan ke timur dengan laju 1,7 cm per tahun pada zona Sangihe.
"Akibat penunjaman tersebut, terjadi kompresi arah barat dan timur di bagian tengah, " urai Irwan saat dihubungi Kompas.com, hari ini. Kompresi kemudian memicu aktivitas kegempaan.
Kompresi tersebut pada hari ini memicu gempa. Gempa terjadi dengan mekanisme sesar naik. Gempa seperti itulah yang biasa terjadi akibat di zona subduksi. Biasanya, gempa dengan mekanisme sesar naik juga yang memicu tsunami.
Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, gempa mengakibatkan tsunami kecil setinggi 0.03 meter di Manado dan 0,9 meter di Halmahera, Maluku. Gempa juga mengakibatkan sebagian bangunan di lantai 7 Hotel dan Plaza Lion Manado ambruk.
Meski gempa hari ini hanya memicu tsunami kecil, Irwan mengungkapkan bahwa wilayah antara Sangihe dan Halmahera punya potensi gempa yang tinggi. Gempa besar pernah terjadi tahun 1858 dan memicu tsunami.
Sementara potensi gempa tinggi, kesiapan menghadapi gempa tergolong rendah. Irwan mengatakan, peringatan dini tsunami di wilayah Halamera, Sangihe dan Sulawesi Utara masih belum terbangun dengan baik. Akibatnya, kerentanan tinggi. Perbaikan dan peningkatan kewaspadaan diperlukan.
(Yunanto Wiji Utomo/Kompas.com) dan National Geographic Indonesia



Visitor geology: Earthquake Maluku

Elucidation of the earthquake occurrence Maluku Today

An earthquake in the waters between Sulawesi and Maluku was caused by the activity of the double subduction plate Maluku sea.

Penjelasan Atas Terjadinya Gempa Maluku Hari Ini

Map of the epicenter and the tsunami early warning system in North Maluku, North Sulawesi, Central Sulawesi, Gorontalo, and Maluku due to the quake measuring 7.3 on the Richter Scale, Saturday (15/11) at 09.30 pm. (Meteorology, Climatology and Geophysics)
7.3 magnitude earthquake occurred on Saturday (15/11) at 9:31 pm. Coordinate with the epicenter at 1.95 degrees northern latitude, 126.46 East Longitude depth of 48 kilometers, the earthquake shook the region such as the North Sulawesi Bitung and Manado.
How did the earthquake happen? Specialists tectonics of the Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano, said the earthquake that occurred in the waters between Sulawesi and Maluku was caused by the activity of subduction double plate Maluku Sea.
Subduction double was formed by the pressure of the plates ocean Philippines in the east, the zone Halmahera, the subduction rate of 6.7 cm per year. In the west, the Eurasian plate presses eastward at a rate of 1.7 cm per year on Sangihe zone.
"As a result of the subduction, compression occurs west and east in the middle," Irwan explained when contacted Kompas.com, today. Compression triggering seismic activity.
Compression is today triggering earthquakes. The earthquake occurred with a reverse fault mechanism. Earthquake like that commonly occurs as a result in subduction zones. Typically, an earthquake with a reverse fault mechanism also triggered a tsunami.
Based on the information the Meteorology, Climatology, and Geophysics, the earthquake resulted in a small tsunami 0:03 meters tall and 0.9 meters in Manado in Halmahera, Maluku. The quake also resulted in part of the building on the 7th floor and Plaza Lion Hotel Manado collapsed.
Although today's earthquake just triggered a small tsunami, Irwan said that the area between the Sangihe and Halmahera has a high seismic potential. Large earthquakes have occurred in 1858 and triggered a tsunami.
While the potential of high earthquake, earthquake preparedness is low. Irwan said the tsunami early warning in the region Halamera, Sangihe and North Sulawesi still not developed well. As a result, the high vulnerability. Improvement and increased vigilance is needed.
(Yunanto Wiji Utomo / Kompas.com) and National Geographic Indonesia
 

18 Nov 2015

Sedimentasi Karbonat P. Seribu

Jumat, 30 Mei 2014


SEDIMENTASI KARBONAT PADA UMUR HOLOSEN, PULAU SERIBU, LAUT JAWA

1. Pendahuluan
Paper yang ditulis oleh penulis ini membahas tentang fisiografi dan keadaan bawah permukaan dari perkembangan sistem terumbu karang di Pulau Seribu. Sistem Pulau Seribu terletak di sebelah tenggara Laut Jawa, yang terdiri dari sebuah pulau terumbu karang yang panjangnya dari sekitar beberapa puluh meter hingga lebih dari satu kilometer. Para geologist dengan minatnya terhadap perkembangan reservoir karbonat di Indonesia mempunyai catatan pasti tentang endapan karbonat pada umur Holosen. Alasan mengenai studi ini sangat sederhana.
Kebanyakan setengah dari produksi kumulatif dan proporsi yang cukup dari sisa cadangan migas di lepas pantai Sumatera Selatan dan lepas pantai barat daya Pulau Jawa, berasal dari karbonat Miosen dari Formasi Parigi dan Baturaja. Lebih banyak yang kita ketahui mengenai bagaimana, mengapa, dan dimana mereka terbentuk. Kuncinya adalah proses dari formasi, diagenesis dan pengawetan, serta proses yang paling baik untuk menentukannya adalah dengan pengamatan lingkungan modern dan sejarah saat ini.
2. Proses Pembentukan Terumbu Karang di Pulau Seribu
Laut Jawa saat ini merupakan hasil dari transgresi atau kenaikan muka airlaut pada awal Holosen yang terjadi sekitar 11.000 tahun yang lalu. Pertumbuhan terumbu karang di Pulau Seribu pada waktu itu sangat cepat yaitu sekitar 5-10 mm tiap tahunnya. Keberadaan terumbu Holosen adalah sekitar 7000 tahun yang lalu di sekitar Selat Sunda. Hal ini menguatkan bahwa fragmen koral (karang) pada kedalaman 19 meter pada hasil core di Pulau Putri Barat berusia sekitar 7900 tahun yang lalu, yang tertutup oleh waktu dari permulaan yang nyata dari bangunan terumbu atau karbonat di kepulauan Seribu. Sedimentasi Holosen masih berupa endapan lapisan tipis.
Gambar 1. Kurva Kenaikan Muka Airlaut pada 10.000 Tahun yang Lalu pada Laut China Selatan
3. Akumulasi Sedimen
Endapan sedimen kebanyakan terendapkan pada bagian back reef flat hingga laguna yang didominasi oleh pecahan koral. Kebanyakan sampel data core yang ditemukan pada penelitian ini didominasi oleh koral (karang) dan mud deficient. Pada lubang bor yang dalam yaitu 32,8 m, bagian dasarnya berupa batulempung karbonatan yang mengandung kerikil, dan umurnya adalah Pleistosen. Penentuan umur tersebut berdasarkan pada umur pecahan koral yang terdapat pada kedalaman yang bervariasi yang mengindikasikan bahwa terdapat akumulasi secara vertical pada periode 10.000 hingga 4500 tahun yang lalu.
Gambar 2. Tempat Terendapkannya Akumulasi Sedimen di Pulau Seribu pada Tipe Zona Terumbu Menurut James, 1984
Dari hasil pengeboran, dapat diasumsikan bahwa endapan sedimen karbonat di Pulau Seribu terbentuk pada fasies terumbu reef flat, back reef, hingga ke zona lagoon. Tidak jauh di bawah permukaan diperoleh sampel intra-platform channel (saluran paparan luar) dan area paparan dalam ditemukan banyak material klastik yang berukuran halus adalah merupakan bukti, yang didominasi oleh komponen skeletal berupa koral. Pada hasil core di bagian atas Pulau Pabelokan dan Pulau Putri Barat terdiri dari pecahan coral kasar dan skeletal sand (pasir skeletal). Pada Pulau Putri Barat, karena proses recovery yang jelek, hanya pada kedalaman 5-12 meter saja yang dapat dijadikan pertimbangan bukti yang terpercaya. Pada core ini mengandung variasi sortasi sedang hingga pasir skeletal kasar, yang komposisinya terdiri dari terutama koral, pecahan cangkang foraminifera dan moluska, dan sedikit alga merah dan alga hijau. Intinya pada endapan sedimen di pulau Seribu ini didominasi oleh endapan koral (lebih dari 50%) dengan sedikit material alga merah dan hijau serta tidak adanya sampel khususnya yang baik.
4. Proses Diagenesis
Lingkungan freatik airtawar atau lingkungan yang masih terkena pengaruh airtawar di pulau tersebut saat ini masih kecil. Keseluruhan proses sementasi sangat terbatas namun seperti spary kalsit, dia mengisi calice koral dan meniscus yang jenuh Magnesium (Mg) kalsit di dekat permukaan beachrock. Semen karbonat dari laut termasuk aragonite yang fibrous atau berserat dan kalsit yang tinggi Mg (dolomite) yang mempunyai ikatan kimia pendek berupa belahketupat, dan peloidal kriptikristalin memenuhi keduanya. Keterbatasan mengenai dissolusi dari aragonite mengungkapkan semua fakta-fakta yang ada.
Gambar 3. Sementasi Spari Kalsit Freatik pada Borehole di Pulau Seribu
5 Kesimpulan pada Reservoir
Dari data core menunjukkan bahwa porositas dan permeabilitas dari batuan di Pulau Seribu relatif bagus, hal ini di lihat dari perbandingan presentase banyaknya pori-pori pada batuan dengan luas sayatan batuan yang dilihat dari mikroskop. Berikut adalah beberapa kenempakan hasil sayatan batuan sedimen karbonat yang ditemukan di Pulau Seribu.
  
Gambar 4. Sayatan Tipis Batuan pada Pulau Putri Barat
Gambar 5. Deskripsi Litologi Hasil Pengeboran Borehole-1 pada Pulau Pabelokan
Gambar 6. Sayatan Tipis Batuan pada Pulau Pabelokan (Borehole-1)
Batuan yang porositas dan permeabilitasnya bagus adalah pada batuan sedimen karbonat yang belum terubahkan, khususnya pada kelompok endapan coral-rudstone yang bertindak sebagai saluran aliran airlaut dan pengisi terumbu yang didominasi oleh koral. Tidak adanya suplai airtawar pada saat ini (periode Holosen) membatasi proses diagenesis, tapi seiring berjalannya waktu dan peningkatan suplai airtawar, kemungkinan akan menghasilkan perkembangan yang lebih baik, dimana porositas dan permeabilitas batuan bisa semakin bagus sehingga batuan sedimen karbonat di Pulau Seribu bisa menjadi tempat migrasi fluida termasuk minyak dan gas.
DAFTAR PUSTAKA
Park, Robert K., dkk. 1992. Holocene Carbonate Sedimentation, Pulau Seribu, Java Sea-The Third Dimension. IPA-Carbonate Rock and Reservoir of Indonesia : A Core Workshop


18 Nov 2015

Geology Visitor: Sedimentation Carbonate P. Thousand

Friday, May 30, 2014

CARBONATE SEDIMENTATION ON AGE Holocene, SERIBU ISLAND, JAVA SEA

1. Introduction
Paper written by this author discusses the physiographic and subsurface state of development of the coral reef system in the Thousand Islands. Thousand Island system located in the southeast of the Java Sea, consisting of an island coral reef in length from several hundred meters to over a kilometer. The geologist with his interest in the development of carbonate reservoirs in Indonesia has a definite record of carbonate deposition in Holocene age. The reason for this study is very simple.
Most half of the cumulative production and a significant proportion of the remaining oil and gas reserves off the coast of South Sumatra and off the southwest coast of Java Island, comes from the Miocene carbonate from Parigi Formation and Balfour. More is known about how, why, and where they are formed. The key is the process of formation, diagenesis and preservation, as well as the best process to determine this is by observation of modern and historical environment today.
2. Coral Reef Formation Process in the Thousand Islands
Java Sea today is the result of transgression or airlaut level rise at the beginning of the Holocene that occurred about 11,000 years ago. The growth of coral reefs in the Thousand Islands at that time was very fast which is about 5-10 mm annually. Holocene reefs are about 7000 years ago around the Sunda Strait. This confirmed that the fragment of coral (coral) at a depth of 19 meters in the core results in the West Island Women aged about 7900 years ago, which is covered by real time from the beginning of building the reef or carbonate in the Thousand Islands. Holocene sedimentation is still a thin layer of sediment.

Figure 1. The curve Rise Airlaut at 10,000 years ago in the South China Sea
3. Sediment Accumulation
Most sediments deposited in the back reef flat to the lagoon which is dominated by coral fragments. Most of the data sample cores were found in this study is dominated by coral (coral) and mud deficient. In the deep drill holes is 32.8 m, the bottom form karbonatan mudstone containing gravel, and its age is Pleistocene. Age determination is based on the life of coral fragments found in varying depths, indicating that there is a vertical accumulation in the period 10,000 to 4500 years ago.

Figure 2. Sediment Accumulation Terendapkannya place in the Thousand Islands in the Coral Zone Type According to James, 1984
From the results of drilling, it can be assumed that the deposition of carbonate sediments in the Thousand Islands coral reef facies formed in the flat, back reef, to the lagoon zone. Not far below the surface of the sample obtained by intra-platform channel (channel external exposure) and found a lot of exposure in the area of ​​clastic material that is sized fine is a proof, which is dominated by the form of coral skeletal components. At the core results at the top and Pabelokan Island Princess Island West consists of coral fragments and skeletal coarse sand (sand skeletal). Western Princess on the island, due to poor recovery process, only at a depth of 5-12 meters that can be considered reliable evidence. These cores contain variations on sorting skeletal medium to coarse sand, which is composed of mainly coral, broken shells of foraminifera and mollusks, and a bit of red algae and green algae. The point on sediment deposition in Thousand island is dominated by coral sediment (over 50%) with a little bit of red and green algae material and the absence of samples particularly good.
4. Process Diagenesis
Airtawar phreatic environment or an environment that was affected airtawar on the island is still small. Overall cementation process is very limited, but like spary calcite, he fills Calice meniscus saturated coral and Magnesium (Mg) calcite near the surface beachrock. Cement carbonate from the sea including the fibrous or fibrous aragonite and high-Mg calcite (dolomite), which has a short-form chemical bonds belahketupat, and peloidal kriptikristalin meet both. Limitations regarding the dissolution of aragonite disclose all the facts that exist.

Figure 3. Cementation Spari Calcite phreatic on Borehole in the Thousand Islands
5 Conclusions on Reservoir
Core data show that the porosity and permeability of rocks in the Thousand Islands is relatively good, it is seen from comparison of the percentage of the number of pores in the rock by rock incision area as seen from the microscope. Here are some results kenempakan incisions carbonate sedimentary rocks found in the Thousand Islands.
  

Figure 4. The incision Thin Stone on the Island Princess West

Figure 5. Description Lithology-1 Borehole Drilling Results at Island Pabelokan


Figure 6. The incision Thin rocks on the island Pabelokan (Borehole-1)

Rock porosity and good permeability is the carbonate sedimentary rocks that have not unalterable, especially in the group of coral sediment-Rudstone that act as flow channels and filler airlaut dominated by coral reefs. The absence of supply airtawar at this time (period of the Holocene) limit the diagenesis, but over time and increase the supply airtawar, is likely to produce a better development, where the porosity and permeability of rock can get better so sedimentary carbonate in Thousand Island could be a place migration of fluids including oil and gas.
BIBLIOGRAPHY
Park, Robert K., dkk. 1992. Holocene Carbonate Sedimentation, Pulau Seribu, Java Sea-The Third Dimension. IPA-Carbonate Rock and Reservoir of Indonesia : A Core Workshop
 

Kebakaran Gambut Bencana Berulang



“Spiral disaster”. Kebakaran Gambut – Bencana yg berulang

Posted on by Rovicky

“Spiral disaster”

Kalau dirunut awalnya ada usaha mulia untuk mengkonversi lahan gambut yg tidak bernilai ekonomis untuk diubah menjadi lahan pertanian/perkebunan. Salah satunya dg membuat parit/kanal. Termasuk dibakar belukarnya.
:-( “tujuannya baik ya pakde?”
:-D “yang penting ada pembelajaran dan jangan diulangi”
Saat itu api relatif mudah dikendalikan karena air masih banyak. Proses konversi lahan ini tujuannya awalnya sangat mulia untuk meningkatkan area pertanian/perkebunan supaya swasembada pangan. Tidak banyak yg mengatakan ini tindakan salah. Dan memang pengetahuan serta pemahaman lingkungan basah (wet land) tidak seperti saat ini.
Fakta lain adalah pembakaran hutan menjadi arang ini menjadikan siklus unsur hara memang dipercepat, berbeda bila melalui humus yg memerlukan waktu lebih lama. Tetapi akibat jangka panjang belum diketahui, mirip penggunaan energi nuklir sbg sumber energi yg saat ini diketaui banyak mudaratnya dan mulai ditinggalkan.
Cara drainasi ini belakangan dicurigai memicu dan mempercepat pengeringan lahan gambut yg akhirnya mampu terbakar secara alami.
Saat dintinjau tahun ini maupun beberapa tahun lalu banyak terlihat api terpicu secara alami. Seolah-olah kebakaran ini memang alami. Mungkin saja skrg alami tetapi kalau dirunut sangat mungkin akibat keteledoran sebuah tujuan mulia masa lalu.
Penanganan sekarang semestinya harus lebih cerdas. Mengambil air dibawah juga akan menurunkan muka air tanah. Kemungkinan juga akan mempercepat pengeringan lahan gambat yg secara berulang memicu kebakaran alami dimusim pnas berikutnya.
Jadi harus gimana ?
MIKIRR !!!

Disari dari Dongeng Geologi, Rovicky Putrohari

Populer

Laut Indonesia darurat sampah

  LAUT INDONESIA DARURAT SAMPAH Oleh M. Anwar Siregar   Laut Indonesia banyak menyediakan banyak hal, bagi manusia terutama makanan ...