Dec 15, 2015

Megathrust Aceh-Simeulue Geologi Gempa :


KARAKTER GEMPA MEGATHRUST ACEH-SIMEULUE
Oleh : M. Anwar Siregar

Gempa tsunami Aceh kini memasuki umur 9 tahun, Gempa di Aceh-Simeulue tidak akan berhenti walau sesaat, dan gempa Pidie 2013 yang berpusat di lautan Aceh dengan kedalaman 84 km dengan kekuatan 6 Skala Richter itu menunjukkan bahwa seismitas energi dikawasan ini masih akan terus melepaskan energi akibat ketidakseimbangnya zona-zona energi penyerapan seismik diperbatasan lempeng, yang menyusun kerak bumi di tepi kontinen lempeng Eurasia, dan diketahui bahwa selama belum ditemukan keseimbangan isotatis maka gerak dinamis lempeng bumi akan selalu memacarkan suatu pendesakan dan “pengumpulan tenaga dalam gempa” yang akan berdenyut seperti nadi darah yang tersumbat untuk kemudian meletus atau dilepaskan secara tiba-tiba, dan merupakan gambaran ke gempa megathrust yang lebih besar lagi kekuatan mencapai 8,5 SR (versi BMKG), megathrust merupakan karakter gempa yang selama ini menjadi identik zona gempa di bagian utara sumatera.,
KARAKTER ACEH-SIMEULUE
Wilayah gempa lautan Aceh-Simeulue ataupun daratan gempa Singkil-Meulaboh-Pidie-Kutacane merupakan wilayah kegempaan paling teraktif di kawasan pantai barat maupun daratan Sumatera dengan periode pelepasan energi sangat singkat dengan zona penyerapan energi paling rendah diantara tiga zona subduksi megathrust yang ada di Pantai Barat Sumatera.
Karakter yang biasanya membentuk mekanisme gempa besar di wilayah Aceh-Simeulue adalah mekanisme pergerakan pergeseran lempeng akibat tumbukan lempeng besar yang menghasilkan deformasi sesar vertikal (thrust fault). Sesar vertikal dikarakterkan oleh pergerakan lempeng kerak bumi yang saling bertumbukan dan membentuk zona subduksi yang menimbulkan gaya yang bekerja baik horizontal maupun vertikal, efek dari model gerak sesar vertikal ini membentuk pegunungan lipatan, jalur gunungapi/magmatik, persesaran batuan, dan jalur gempa bumi serta terbentuknya wilayah tektonik tertentu.
Gempa Aceh 2004, gempa Nias-Simeulue 2005 merupakan hasil mekanisme tumbukan lempeng dengan pola sesar vertikal dengan fokus dangkal yang menyebabkan tsunami, pergerakan lempeng saling mendekati (dimainkan oleh Lempeng Indo-Australia) akan menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari lempeng akan menunjam (Lempeng Eurasia) ke bawah atau pecah, lalu terjadi pergeseran lempeng benua yang menghasilkan lentingan yang mengguncang lautan, Pergerakan dari zona gempa Aceh-Simeulue merupakan manifestasi dari pergerakan Lempeng Australia yang menyusup ke dalam Lempeng Eurasia dimana sebagian besar energi dipindahkan ke “pundak” pergerakan patahan zona kegempaan Aceh-Simeulue. Pemindahan energi tersebut dimaksudkan untuk mengakomodasi tumbukan bersudut dari Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia, salah satu karakter penyebab sering berlangsungnya gempa di kawasan Aceh-Simeulue.
Karakter gempa lainnya yang terdapat di kawasan Aceh-Simeulue adalah banyak ditemukan lembah-lembah maut berhadapan langsung dengan palung-palung laut dalam, merupakan gambaran umum gempa-gempa besar di masa mendatang karena pantai-pantai yang berhadapan langsung dengan pembenturan antar lempeng didasar laut. Hasil penelitian ilmuwan membuktikan hal tersebut, menemukan bahwa akibat gempa Aceh sejak tahun 2004 banyak ditemukan lembah-lembah maut di Laut Aceh disekitar zona subduksi Aceh menuju Palung Laut Dalam Andaman-Nikobar dengan kedalaman bervariasi antara 40-60 km. Dan arah deformasi kini semakin menekan zona megathrust Nias-Simeulue, Batas tumbukan dua lempeng di kawasan kegempaan Aceh-Simeulue, dapat diamati berupa jalur palung laut dalam di sebelah Barat Sumatera sampai ke Kep. Andaman. Lempeng Hindia menunjam dibawah Sumatera dengan kecepatan 50−60 cm/tahun dan kemiringan dari zona penunjamannya sekitar 12° (Sumber Natawidjaja, 2003; Prawirodirdjo, 2000). Batas antara lempeng yang menunjam dan massa batuan diatasnya disebut sebagai bidang kontak dari zona penunjaman atau disebut juga sebagai bidang zona subduksi. Gempa di kawasan Aceh-Simeulue masih berpotensi terlanda tsunami jika terjadi gempa bumi diatas 9.0 Skala Richter.
KARAKTER TSUNAMI
Kabupaten Simeulue sering diguncang gempa, merupakan aktivitas tektonik yang terjadi disepanjang pantai barat sumatera akibat pengumpulan energi yang terus menerus secara kontinu dan bertahun-tahun, pada suatu saat dapat menimbulkan guncangan gempa, yang ini menyebabkan sumatera masih tercabik gempa, apa yang terjadi dari Aceh-Simeulue hingga sekarang itu merupakan rangkaian aktivitas tektonik berumur ratusan tahun dan kapan meletusnya bisa dalam hitungan detik, bisa dekat, bisa jauh.
Rangkaian gempa yang menyebabkan tsunami dapat terjadi jika ada perubahan di lantai Samudera Hindia yang menyusup ke titik gempa dengan sudut landai, kurang dari 10 derajat, terjadi deformasi vertikal di lantai samudera sehingga ada air yang terangkat dari lantai samudera dan kolom air naik.
Karakter tsunami oleh gempa-gempa yang berlangsung di kawasan subduksi Aceh-Simeulue umumnya ditandai oleh rata-rata sudut penunjaman lantai samudera lebih landai dengan sudut dibawah 10 derajat, sedangkan Nias dan Mentawai mencapai 10 derajat, kelandaian ini juga berbeda jika terjadi tsunami di kawasan Pulau Jawa, penyebabnya karena lantai samudera di Pulau Sumatera lebih muda termasuk di kawasan subduksi Aceh-Andaman-Nias-Simeulue, terbentuk terpadatan dan sering mengalami daur ulang kerak bumi sekitar 55 juta tahun daripada Pulau Jawa, sedangkan usia lantai samudera di bawah Pulau Jawa sekitar 100 juta tahun dan jarang mengalami perubahan dan pergeseran kerak bumi yang menghasilkan gempa megathrust.
Dengan karakter usia muda, maka daya apungnya masih tinggi, densitasnya lebih ringan dan lantainya lebih landai serta aktif lebih bergerak dan menyusup dengan sudut penunjaman yang lebih landai sehingga akan menimbulkan gaya gesekan yang lebih kuat dengan skala gempa rata-rata mencapai diatas 7 SR. Dengan gambaran bukti tersebut, tidaklah mengherankan apabila giliran Simeulue suatu saat nanti dapat menghasilkan tsunami dahsyat lebih jauh di bandingkan gempa Aceh-Andaman tahun 2004 lalu.
KARAKTER RUANG
Pemahaman karakteristik gempa Aceh-Simeulue sangat penting dalam pembangunan tata ruang di Propinsi NAD untuk mengurangi bencana. Hal ini tidak terlihat pada rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh akibat gempa tahun 2004 lalu, belum menunjukkan suatu perencanaan tata ruang yang berketahanan gempa yang tangguh, masih ada ruang atau lahan yang telah diidentifikasi sebagai daerah rawan tsunami masih tetap ditempati dengan membangun prasarana hotel menjorok ke pantai, begitu juga standar fisik infrastruktur jalan dan jembatan masih mudah mengalami efek gempa yaitu efek goncangan berganda, fleisure dan likuafaksi akibat pembangunan yang tidak sesuai prosedur tetap standar teknis pembangunan jembatan. Masih terlihat beberapa kawasan pantai di Aceh dan Kepulauan Simeulue belum terbentengkan oleh prasarana dan sarana struktural fisik berupa pemecah gelombang tsunami. Tidaklah mengheran jika terjadi gempa lagi, masih akan ada korban dalam jumlah besar. Siapkah Rakyat Aceh dan Indonesia menghadapi megathrust berikutnya jika perilaku pembangunan tata ruang belum juga mencerminkan karakter tata ruang yang humanis dengan bencana, tidak mencerminkan pelajaran sejarah kebencanaan geologi gempa di masa lalu? Nestapa hanya menunggu waktu. Jadi, gempa Pidie merupakan salah satu gempa yang memberikan contoh, bahwa bagaimana pentingnya tata ruang dan konstruksi bangunan tahan gempa dalam mengurangi dampak bahaya, dan dengan guncangan kekuatan gempa 6 SR saja sudah banyak rumah mengalami kehancuran dan sarana jalan terbelah sepanjang lima meter.
Dengan kata lainnya, NAD belum tangguh menghadapi gempa besar berikutnya.
M. Anwar Siregar
Geolog, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer. Dipublikasi kembali, mengingat banyak melakukan CoPas (copy paste) tanpa menulis sumber asalnya.

No comments:

Post a Comment

Related Posts :