Kutukan Kota Metropolitan
TAJUK PALUEMAS GEOLOG 6
Paluemasgeolog.
KUTUKAN BANJIR KOTA METROPOLITAN
Beberapa kota di Indonesia sering mengalami
banjir tahunan dampak dari kerusakan dan tidak berfungsinya tata ruang yang
telah di susun, menimbulkan banyak kawasan kumuh, ruang-ruang terbuka hijau
telah mengalami pengurangan dan mengurangi dampak fungsi utamanya yaitu
meresapkan air dan menjaga keseimbangan alam lingkungan.
Laju pesat pembangunan fisik di kota besar di
Indonesia salah satu yang memungkinkan terjadinya kerusakan lingkungan, imbas
dari pencaplokan ruang hijau terbukan dan laju populasi manusia juga turut
membuka peluang dalam pengurangan RTH serta urbanisasi yang terus meningkat
sehingga kehidupan di perkotaan menjadi padat,
JAKARTA
Ibukota
Jakarta dalam beberapa hari
ini terus mengalami hujan sehingga beberapa wilayahnya mengalami banjir.
Jakarta tidak perlu menunggu tetangga seperti kota
Bogor, Bekasi dan Tangeran untuk
memperbaiki kondisi tutupan lahan yang telah mengalami perubahan
peruntukan di perbatasan wilayah agar
tidak mengalirkan air dalam jumlah banyak ke Jakarta.
Usaha perbaikan ini sebenarnya sudah
dilakukan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta, namun sedikit kalah cepat pembangunan yang dilakukan
dibanding hujan yang turun dan adanya musim yang tidak lazim pada beberapa
tahun terakhir dampak iklim global di kawasan Asia Tenggara. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi pembangunan
resort di tepi pantai, karena tanpa disadari daerah yang dipenuhi oleh bangunan
di tepi pantai secara tidak sengaja bertindak sebagai penghalang air untuk
mengalir lepas ke laut dan menyebabkan banjir beberapa saat di daerah yang
terletak di belakangnya.
Kutukan
banjir bagi kota Jakarta sudah di mulai sejak era tahun 1900-an, pembangunan
yang “terlambat mengantisipasi ruang hijau dan daerah sanggahan banjir”. Selain
itu kondisi tanah Jakarta terus menurun dengan kecepatan 2-6 cm pertahun, Disis
utara yang menghadap laut Jawa, telah mengalami perubahan fisik ruang dengan
banyaknya dibangun perhotelan dan infrastruktur yang menjorok ke pantai.
MEDAN
Keadaan tersebut diperparah dengan buruknya
kondisi perbukitan di sekitar kota Medan seperti di daerah Deli Serdang dan
juga Tanah Karo. Pohon yang menjadi pelindung utama agar air bisa terserap
dengan baik ke tanah kini sudah hilang entah ke mana. Bukit menjadi gundul dan
airpun kini tak bisa diserap oleh tanah dengan sempurna. Akibatnya hujan satu
hari saja, kawasan Medan bisa terjadi banjir yang cukup besar.
Masalah banjir merupakan masalah pemerintah. Bukan
masyarakat yang harus membereskan masalah banjir secara pribadi. Banjir di
Medan disebabkan gorong-gorong yang tak berfungsi secara optimal, baru ditindak
ketika menjelang hujan dan tidak berkelanjutan. Permasalahan banjir dari hulu
ke hilir itu mudah masuk ke wilayah kota Medan disebabkan tidak adanya koordinasi
antar pemerintah dalam mebidangro.
Pemko Medan terlebih dahulu memperbaiki saluran
drainase yang berada di sekitar sungai. Karena seluruh aliran air akan harus bermuara
sungai serta memahami faktor fisik tanah setiap daerah yang sering mengalami
banjir terutama saluran drainase yang ada di pinggir sungai Deli atau Babura. Dampak banjir dapat teratasi apabila
pemerintah melakukan pengorekan gorong-gorong secara berkelanjutan serta
membuat sistem drainase yang sesuai kebutuhan debit air. Dia berpandangan
selama ini Pemerintah Kota Medan serta Provinsi Sumatera Utara tak mau
membenahi sistem drainase.
BANDUNG
Bandung
merupakan kota di Jawa dalam 5 tahun terakhir ini sering berlangganan banjir
seperti layaknya mengikuti jejak Jakarta. Yang mengherankan adalah, posisi
topografi Bandung berada di kawasan daratan tinggi namun mengapa bisa banjir?
Beda dengan Jakarta dan Medan ataupun Semarang serta Surabaya yang berada di
daratan nyaris sejajar dengan permukaan air laut. Bandung merupakan kota dengan
elevasi yang cukup tinggi yaitu rata-rata sekitar ±768 m di atas permukaan laut
rata-rata (dpl) (mean sea level). Daerah utara Kota Bandung pada
umumnya lebih tinggi daripada daerah selatan. Rata-rata ketinggian di sebelah
utara adalah ±1050 dpl, sedangkan di bagian selatan adalah ±675 dpl. Bandung
dikelilingi oleh pegunungan yang membuat Bandung menjadi semacam cekungan
(Bandung Basin).
Bandung
merupakan kota dengan bentuk morfologi yang landai ke daratan rendah dan
kelilingi oleh tinggian sebagai Cekungan Bandung. Sehingga memperangkat air
hujan atau aliran air mudah di tampung atau berkumpul seperti membentuk danau
atau lebih jelas sebagai dari pengendapan danau.
Sering
terjadinya banjir, karena jejak pembentuk geomorfologi fisik Bandung merupakan
daerah pengendapan danau, dibawah kota Bandung sekarang, lapisan tanahnya
merupakan lapisan tanah yang susah menyerap air karena terdiri tanah lempung
dan merupakan Danau atau Danau Lempung. Selain disebabkan juga mulai pesatnya
pembangunan fisik di Bandung yang terlihat dengan mulai terasa panas suhu udara
di kota yang dulu sangat sejuk namun beberapa tahun terakhir ini bandung mulai
terasa panas.
SEMARANG
Ketinggian topografi kota Semarang 5 m dpl. Selain
posisi yang rendah banyak daerah resapan yang telah berubah fungsi untuk
pemukiiman dan pabrik. Bahkan pada kawasan disepanjang pantai Semarang banyak
yang ditimbun dengan mengorbankan tambak serta tanaman bakau untuk memperluas
bangunanpabrik atau dibuat perumahan.Kota Semarang dengan kondisi topografi
yang datar dan rendah di wilayah utara dan yang berupa pegunungan di wilayah
selatan menjadikan salah satu penyebab banjir di Semarang. Pada musim penghujan,
banjir lebih sering disebabkan oleh banjir kiriman yang terjadi karena
lahan hulunya menerima hujan besar yang mengalir kedaerah hilirnya. Sedangkan
pada musim kemarau, banjir lebih disebabkan oleh adanyaair laut pasang yang
lebih populer disebut rob. Banjir rob adalah banjir akibat muka air laut
sama dengan atau bahkan melebihi tinggi elevasinya terhadap suatu
daerah,sehingga pada waktu pasang terjadi genangan, baik di aliran sungai
maupun pada daerah rendah. Kota Semarang bagian utara memiliki beberapa daerah
yang rawan terhadap rob, karena rata-rata ketinggian muka air tanahnya tidak
berbeda jauh dengan permukaan air laut. Genangan ini tidak hanya terjadi pada
saat musim hujan, melainkan juga terjadi pada
saat tidak turun hujan yaitu akibat
rob atau pasang air laut. Air pasang tersebut dapat menggenang akibat adanya kontak
dengan daratan melalui sungai atau saluran yang bermuara ke pantai. Dimensi
saluran yang tidak memadai untuk menampung debit air hujan, air buangan kota, dan
air pasang yang masuk ke sungai menyebabkan air melimpah ke daratan. Genangan
yang terjadi di daerah yang tidak produktif tidak menimbulkan masalah, tetapi
untuk daerah yang produktif dapat menimbulkan kerugian (disari dari berbagai
sumber pustaka).
MANADO
Manado mudah
diterjang banjir dampak dari etika perencanaan tata ruang, akibat eksploitasi
tata ruang lingkungan hutan, kawasan lindung dan selain juga dikondisikan oleh
tatanan geologi kota Manado yang hampir membentuk cekungan karena 40 persen
wilayahnya bertopografi curam diatas tektur ketajaman mencapai 35 derajat dan
morfologi kota umumnya diletakan dikawasan rendah sehingga air mudah menuju ke
daratan yang lebih rendah dari geomorfologi curam.
Selain bentuk
geologi fisik, Kota Manado di perkirakan dibelah atau terdapat sungai aktif
yang selama ini menampung air hujan mencapai 20 sungai dan selebih sungai yang
hanya “aktif” jika neraca air permukaan sudah melampaui batas kemampuan sungai
dalam menampung debit air hujan.
Dari ingatan
penulis, ketika masih menetap di Makassar dan Manado, daerah sekitar Manado di
era awal 90-an masih banyak terdapat hutan lebat. Mungkin ini salah satu
penyebab terjadinya banjir di Manado akibat penggundulan hutan, hilang kawasan
resapan air dan berkurang daerah ekologi hijau dan belum terpenuhinya amanah UU
tata ruang yang mewajibkan tiap kawasan harus terdapat 30 % RTH.
Faktor lain yang dapat mengancam,
tata ruang kota Manado maupun kota Makassar dan Surabaya adalah kondisi daratan
langsung menghadap ke lautan, dan dimana wilayah ini sudah berubah peruntukan
menjadi daerah resort perhotelan. Tidak ada buffer zone yang berbasis green
biodiversity.
Kondisi yang memungkin banjir untuk
dapat melaju kencang bagaikan tsunami maut.
PALEMBANG-ACEH
Perubahan iklim semakin meningkat tajam,
telah merosotkan daya dukung lingkungan, banjir di Aceh dipastikan telah merusak tata ruang lingkungan. Aceh dalam 12 tahun terakhir tiada absen
menghadapi musibah bencana,
mulai dari banjir, longsor, gempa bumi serta mendapat imbas dari bencana kabut asap dari provinsi tetangga. Sedanglam Palembang
dikelilingi dan dibelah sungai Musi. kawasan padat pemukiman banyak dan berada
di bantaran sungai ini dan tidak jelas lagi batas sempadan hijau sungai yang seharusnya ada
selebar antar 15-20 meter.
Seperti halnya
kota lain, Palembang bertumbuh kembang di kawasan yang ada arus pelayaran.
Sungai-sungai besar yang melewati Palembang, begitu juga kota lainnya tidak ada lagi
memiliki kawasan perlindungan setempat dan diubah menjadi kawasan budidaya dan
komersil.
Jadi banjir
datang melanda kota-kota besar tersebut, maka terjadilah banjir dimana-mana
setiap tahun. Sebab : 1, hilang kawasan hijau, 2. berubah peruntukan tata
ruang, 3. tidak memenuhi aturan UU tata ruang untuk 30 % RTH, 3. Tata ruang
dibelah sungai besar tanpa zone green belt. 5. Lapisan tanah menjadi jenuh
dalam menyerap air permukaan. 7. Buruknya drainase perkotaan. 8. tata ruang tidak
berbasis geologis air dalam memahami karakter aliran air. 9. Kota dibangun lebih
mementingkan kepentingan jangka pendek. 10. Sinkronisasi tata ruang antar kota
tidak sinergis. 11. Tingkat kesadaran masyarakat dan stake holder mematuhi
aturan UU. 12. Tata ruang berbasis lingkungan belum membumi di Indonesia.
Selamat menikmati bencana banjir tiap tahun jika
point-point tersebut diatas tidak diimplementasi dalam paradigma pembangunan tata
ruang yang humanis dengan karakteristik tatanan geologi kota.
Paluemasgeolog.
Komentar
Posting Komentar