Dec 21, 2015

Kutukan Kota Metropolitan

TAJUK PALUEMAS GEOLOG 6


KUTUKAN BANJIR KOTA METROPOLITAN
Beberapa kota di Indonesia sering mengalami banjir tahunan dampak dari kerusakan dan tidak berfungsinya tata ruang yang telah di susun, menimbulkan banyak kawasan kumuh, ruang-ruang terbuka hijau telah mengalami pengurangan dan mengurangi dampak fungsi utamanya yaitu meresapkan air dan menjaga keseimbangan alam lingkungan.
Laju pesat pembangunan fisik di kota besar di Indonesia salah satu yang memungkinkan terjadinya kerusakan lingkungan, imbas dari pencaplokan ruang hijau terbukan dan laju populasi manusia juga turut membuka peluang dalam pengurangan RTH serta urbanisasi yang terus meningkat sehingga kehidupan di perkotaan menjadi padat,
JAKARTA
Ibukota Jakarta dalam beberapa hari ini terus mengalami hujan sehingga beberapa wilayahnya mengalami banjir. Jakarta tidak perlu menunggu tetangga seperti kota Bogor, Bekasi dan Tangeran untuk memperbaiki kondisi tutupan lahan yang telah mengalami perubahan peruntukan di perbatasan wilayah agar tidak mengalirkan air dalam jumlah banyak ke Jakarta.
Usaha perbaikan ini sebenarnya sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta, namun sedikit kalah cepat pembangunan yang dilakukan dibanding hujan yang turun dan adanya musim yang tidak lazim pada beberapa tahun terakhir dampak iklim global di kawasan Asia Tenggara. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi pembangunan resort di tepi pantai, karena tanpa disadari daerah yang dipenuhi oleh bangunan di tepi pantai secara tidak sengaja bertindak sebagai penghalang air untuk mengalir lepas ke laut dan menyebabkan banjir beberapa saat di daerah yang terletak di belakangnya.
Kutukan banjir bagi kota Jakarta sudah di mulai sejak era tahun 1900-an, pembangunan yang “terlambat mengantisipasi ruang hijau dan daerah sanggahan banjir”. Selain itu kondisi tanah Jakarta terus menurun dengan kecepatan 2-6 cm pertahun, Disis utara yang menghadap laut Jawa, telah mengalami perubahan fisik ruang dengan banyaknya dibangun perhotelan dan infrastruktur yang menjorok ke pantai.
MEDAN
Keadaan tersebut diperparah dengan buruknya kondisi perbukitan di sekitar kota Medan seperti di daerah Deli Serdang dan juga Tanah Karo. Pohon yang menjadi pelindung utama agar air bisa terserap dengan baik ke tanah kini sudah hilang entah ke mana. Bukit menjadi gundul dan airpun kini tak bisa diserap oleh tanah dengan sempurna. Akibatnya hujan satu hari saja, kawasan Medan bisa terjadi banjir yang cukup besar. 
Masalah banjir merupakan masalah pemerintah. Bukan masyarakat yang harus membereskan masalah banjir secara pribadi. Banjir di Medan disebabkan gorong-gorong yang tak berfungsi secara optimal, baru ditindak ketika menjelang hujan dan tidak berkelanjutan. Permasalahan banjir dari hulu ke hilir itu mudah masuk ke wilayah kota Medan disebabkan tidak adanya koordinasi antar pemerintah dalam mebidangro.
Pemko Medan terlebih dahulu memperbaiki saluran drainase yang berada di sekitar sungai. Karena seluruh aliran air akan harus bermuara sungai serta memahami faktor fisik tanah setiap daerah yang sering mengalami banjir terutama saluran drainase yang ada di pinggir sungai Deli atau Babura. Dampak banjir dapat teratasi apabila pemerintah  melakukan pengorekan gorong-gorong secara berkelanjutan serta membuat sistem drainase yang sesuai kebutuhan debit air. Dia berpandangan selama ini Pemerintah Kota Medan serta Provinsi Sumatera Utara tak mau membenahi sistem drainase.
BANDUNG
Bandung merupakan kota di Jawa dalam 5 tahun terakhir ini sering berlangganan banjir seperti layaknya mengikuti jejak Jakarta. Yang mengherankan adalah, posisi topografi Bandung berada di kawasan daratan tinggi namun mengapa bisa banjir? Beda dengan Jakarta dan Medan ataupun Semarang serta Surabaya yang berada di daratan nyaris sejajar dengan permukaan air laut. Bandung merupakan kota dengan elevasi yang cukup tinggi yaitu rata-rata sekitar ±768 m di atas permukaan laut rata-rata (dpl) (mean sea level). Daerah utara Kota Bandung pada umumnya lebih tinggi daripada daerah selatan. Rata-rata ketinggian di sebelah utara adalah ±1050 dpl, sedangkan di bagian selatan adalah ±675 dpl. Bandung dikelilingi oleh pegunungan yang membuat Bandung menjadi semacam cekungan (Bandung Basin).
Bandung merupakan kota dengan bentuk morfologi yang landai ke daratan rendah dan kelilingi oleh tinggian sebagai Cekungan Bandung. Sehingga memperangkat air hujan atau aliran air mudah di tampung atau berkumpul seperti membentuk danau atau lebih jelas sebagai dari pengendapan danau.
Sering terjadinya banjir, karena jejak pembentuk geomorfologi fisik Bandung merupakan daerah pengendapan danau, dibawah kota Bandung sekarang, lapisan tanahnya merupakan lapisan tanah yang susah menyerap air karena terdiri tanah lempung dan merupakan Danau atau Danau Lempung. Selain disebabkan juga mulai pesatnya pembangunan fisik di Bandung yang terlihat dengan mulai terasa panas suhu udara di kota yang dulu sangat sejuk namun beberapa tahun terakhir ini bandung mulai terasa panas.
SEMARANG
Ketinggian topografi kota Semarang 5 m dpl. Selain posisi yang rendah banyak daerah resapan yang telah berubah fungsi untuk pemukiiman dan pabrik. Bahkan pada kawasan disepanjang pantai Semarang banyak yang ditimbun dengan mengorbankan tambak serta tanaman bakau untuk memperluas bangunanpabrik atau dibuat perumahan.Kota Semarang dengan kondisi topografi yang datar dan rendah di wilayah utara dan yang berupa pegunungan di wilayah selatan menjadikan salah satu penyebab banjir di Semarang. Pada musim penghujan, banjir lebih sering disebabkan oleh banjir kiriman yang terjadi karena lahan hulunya menerima hujan besar yang mengalir kedaerah hilirnya. Sedangkan pada musim kemarau, banjir lebih disebabkan oleh adanyaair laut pasang yang lebih populer disebut rob. Banjir rob adalah banjir akibat muka air laut sama dengan atau bahkan melebihi tinggi elevasinya terhadap suatu daerah,sehingga pada waktu pasang terjadi genangan, baik di aliran sungai maupun pada daerah rendah. Kota Semarang bagian utara memiliki beberapa daerah yang rawan terhadap rob, karena rata-rata ketinggian muka air tanahnya tidak berbeda jauh dengan permukaan air laut. Genangan ini tidak hanya terjadi pada saat musim hujan, melainkan juga terjadi pada saat tidak turun hujan yaitu akibat rob atau pasang air laut. Air pasang tersebut dapat menggenang akibat adanya kontak dengan daratan melalui sungai atau saluran yang bermuara ke pantai. Dimensi saluran yang tidak memadai untuk menampung debit air hujan, air buangan kota, dan air pasang yang masuk ke sungai menyebabkan air melimpah ke daratan. Genangan yang terjadi di daerah yang tidak produktif tidak menimbulkan masalah, tetapi untuk daerah yang produktif dapat menimbulkan kerugian (disari dari berbagai sumber pustaka).
MANADO
Manado mudah diterjang banjir dampak dari etika perencanaan tata ruang, akibat eksploitasi tata ruang lingkungan hutan, kawasan lindung dan selain juga dikondisikan oleh tatanan geologi kota Manado yang hampir membentuk cekungan karena 40 persen wilayahnya bertopografi curam diatas tektur ketajaman mencapai 35 derajat dan morfologi kota umumnya diletakan dikawasan rendah sehingga air mudah menuju ke daratan yang lebih rendah dari geomorfologi curam.
Selain bentuk geologi fisik, Kota Manado di perkirakan dibelah atau terdapat sungai aktif yang selama ini menampung air hujan mencapai 20 sungai dan selebih sungai yang hanya “aktif” jika neraca air permukaan sudah melampaui batas kemampuan sungai dalam menampung debit air hujan.
Dari ingatan penulis, ketika masih menetap di Makassar dan Manado, daerah sekitar Manado di era awal 90-an masih banyak terdapat hutan lebat. Mungkin ini salah satu penyebab terjadinya banjir di Manado akibat penggundulan hutan, hilang kawasan resapan air dan berkurang daerah ekologi hijau dan belum terpenuhinya amanah UU tata ruang yang mewajibkan tiap kawasan harus terdapat 30 % RTH.
Faktor lain yang dapat mengancam, tata ruang kota Manado maupun kota Makassar dan Surabaya adalah kondisi daratan langsung menghadap ke lautan, dan dimana wilayah ini sudah berubah peruntukan menjadi daerah resort perhotelan. Tidak ada buffer zone yang berbasis green biodiversity.
Kondisi yang memungkin banjir untuk dapat melaju kencang bagaikan tsunami maut.
PALEMBANG-ACEH
Perubahan  iklim semakin meningkat tajam, telah merosotkan daya dukung lingkungan, banjir di Aceh dipastikan telah merusak tata ruang lingkungan. Aceh dalam 12 tahun terakhir tiada absen menghadapi musibah bencana, mulai dari banjir, longsor, gempa bumi serta mendapat imbas dari bencana kabut asap dari provinsi tetangga. Sedanglam Palembang dikelilingi dan dibelah sungai Musi. kawasan padat pemukiman banyak dan berada di bantaran sungai ini dan tidak jelas lagi batas sempadan hijau sungai yang seharusnya ada selebar antar 15-20 meter.
Seperti halnya kota lain, Palembang bertumbuh kembang di kawasan yang ada arus pelayaran. Sungai-sungai besar yang melewati Palembang, begitu juga kota lainnya tidak ada lagi memiliki kawasan perlindungan setempat dan diubah menjadi kawasan budidaya dan komersil.
Jadi banjir datang melanda kota-kota besar tersebut, maka terjadilah banjir dimana-mana setiap tahun. Sebab : 1, hilang kawasan hijau, 2. berubah peruntukan tata ruang, 3. tidak memenuhi aturan UU tata ruang untuk 30 % RTH, 3. Tata ruang dibelah sungai besar tanpa zone green belt. 5. Lapisan tanah menjadi jenuh dalam menyerap air permukaan. 7. Buruknya drainase perkotaan. 8. tata ruang tidak berbasis geologis air dalam memahami karakter aliran air. 9. Kota dibangun lebih mementingkan kepentingan jangka pendek. 10. Sinkronisasi tata ruang antar kota tidak sinergis. 11. Tingkat kesadaran masyarakat dan stake holder mematuhi aturan UU. 12. Tata ruang berbasis lingkungan belum membumi di Indonesia.
Selamat menikmati bencana banjir tiap tahun jika point-point tersebut diatas tidak diimplementasi dalam paradigma pembangunan tata ruang yang humanis dengan karakteristik tatanan geologi kota.

Paluemasgeolog.







No comments:

Post a Comment

Related Posts :