Harmonisasi Tata Ruang
Gambar : Pergerakan Lempeng yang mengelilingi wilayah Kepulauan Indaonesia,
Perlu harmonisasi tata ruang untuk menghadapi bencana universal
HARMONISASI TATA RUANG
DENGAN BIJAK
Oleh M. Anwar Siregar
Pemerintah Indonesia harus menfokuskan perubahan peruntukan tata ruang
lahan khusus tata ruang hijau yang berhubungan dengan sumber ketahanan pangan
dan ketangguhan energi sebagai investasi abadi. Mengingat kondisi pembangunan
fisik tata ruang secara nasional belum terintegrasi dengan masalah bencana
geologis dan klimatologis secara komprehensif. Hal ini dapat dilihat dari
perencanaan tata ruang di daerah sempadan bahaya bencana gunung api, gempa bumi
dan gerakan tanah serta daerah aliran sungai yang mengalami kehancuran akibat
bencana multi dimensi, belum diketemukan keserasian utuh dalam pengendalian
perkembangan fisik secara horizontal maupun vertikal sehingga sering
menimbulkan efek bencana tersembunyi dan menjadi lingkaran setan untuk
mengatasi permasalahan tata ruang yang semakin terbatas.
Pemerintah
harus menunjukan kinerja perencanaan tata ruang dalam mengurangi dampak bencana
secara bijak agar tidak terjadi malapetaka sumber daya manusia dengan
memperhatikan pelestarian daya dukung lingkungan yang dapat menopang secara
berkelanjutan pertumbuhan dan perkembangan tata ruang suatu kota yang perlu
diusahakan, memperhatikan laju urbanisasi di kota yang sering mengubah tata
ruang kota yang telah direncanakan, karena kota adalah sebuah tempat kehidupan
yang heterogen, padat dan besar. Tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan
yang kontras, segregasi dalam ruang, relasi yang terpecah-pecah, ketakjelasan,
instabilitas (Louis Wirth, 1938), yang
dapat menimbulkan berbagai persoalan ikutan, masalah sosial dan kondisi
kesehatan lingkungan.
Walaupun
lingkungan berubah, perlu diusahakan agar tetap pada kondisi yang mampu untuk
menopang secara tertus menerus pertumbungan dan perkembangan, sehingga
kelangsungan hidup kita dan anak cucu yang dapat terjamin pada tingkat mutu
hidup yang semakin baik yang berbasis pembangunan lingkungan berkelanjutan,
yaitu mempertahankan lahan pangan abadi seperti lahan pertanian, lahan
keragaman dan tata guna air sebagai investasi abadi tanpa perlu dirusak dan
diperjual belikan.
ANCAMAN BENCANA UNIVERSAL
Banyak faktor
yang membuktikan bahwa Indonesia merupakan negeri dengan risiko kebencanaan
tinggi. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rawan bencana tsunami, gempa
tektonik disebabkan posisi lempeng bumi Indonesia berada di lempengan patahan
dunia sehingga berisiko terhadap efek seismik bumi. Akibat pertemuan lempeng
bumi ini maka Indonesia juga rawan bencana gunung api, tercatat Indonesia
memiliki gunung api aktif sebanyak 128 gunung api yang tersebar dari ujung
barat hingga ke ujung timur Kepulauan Indonesia yang setia saat terancam erupsi
vulkanik. Efek dari letusan gunung api dan gempa tektonik memberikan tekanan
bagi perubahan bentuk deformasi tata ruang bagi permukaan tanah sehingga daerah
yang dianggap aman dekat bahaya tetap “terjual” sebagai bungkus keserakahan
akibat tingginya biaya hidup disebuah kota sebagai tempat kehidupan.
Indonesia di
awal tahun 2014 mengalami musibah berbagai jenis bencana alam. Bencana letusan gunung
Sinabung masih melanjutkan erupsi hingga menjelang akhir tahun, gunungapi Sinabung
yang meletus kembali sejak 27 Agustus 2014 itu belum “berpikir” untuk istirahat
memuntahkan isi perutnya termasuk ketika kunjungan Presiden Joko Widodo,
Sinabung tetap “panas” dan membara tidak tahu kapan berakhir.
Bencana unirvesal
yang mengancam wilayah tata ruang Indonesia secara terus menerus sepanjang
tahun dan menguras segala potensi ekonomi bangsa sehingga menimbulkan kerugian
yang besar dibandingkan keuntungan yang didapat antara lain : bencana
klimatologis, bencana geologis, serta bencana ekonomi keserakahan, dan diantara
semua bencana tersebut yang paling menakutkan saat ini adalah bencana ekonomi
keserakahan karena bencana ini banyak menyebabkan dan melahirkan bencana baru,
seperti bencana perubahan iklim akibat pembakaran hutan akibat keserakahan
ekonomi, dampak lainnya dapat dilihat dengan penyusutan jumlah hutan di
Indonesia terkencang di muka bumi, peningkatan CO2 di dunia akibat kebakaran
hutan di Indonesia dan menjadikan Indonesia penghasil importir CO2 nomor satu,
ekspansi lahan dibatas hutan yang menimbulkan bencana kebodohan yaitu bencana banjir
tahunan yang menyebabkan Indonesia kehilangan sumber-sumber daya manusia yang
unggul akibat menjadi korban, kehilangan sumber daya pangan unggulan dan sumber
daya energi yang berakhir pada bencana kemiskinan.
HARMONISASI TATA
RUANG
Laju pembangunan
fisik yang pesat saat ini lebih banyak telah melupakan aspek etika lingkungan
budaya dan rona lingkungan yang telah
menyebabkan kondisi daya dukung lingkungan semakin menurun, alih fungsi lahan
tanpa dukungan data peta kerawanan bencana yang tidak sesuai akan menimbulkan
kebencanaan lingkungan. Suatu
rencana tata ruang haruslah memadukan dan menyerasikan tata guna air, dan
sumber daya alam lainnya. Semua unsur itu dipadukan dalam satu kesatuan tata
lingkungan yang harmonis, dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan
kependudukan yang serasi. Karena
itu, rencana tata ruang disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan
sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial.
Perilaku
pembangunan yang tidak mendukung ekosistem lingkungan yang terjadi saat ini
dengan berbagai musibah bencana banjir, longsor dan kebakaran disebabkan tidak
mendukung penataan ruang wilayah yang konsistensi. Perilaku penduduk yang
menginginkan daerah yang dapat berkembang pesat dengan pertumbuhan ekonomi
jangka pendek yang tidak memperhatikan kemampuan daya dukung lingkungan dalam
jangka panjang adalah faktor distabilitas utama kerusakan lingkungan dan
membutuhkan rehabilitasi lingkungan dalam jangka yang juga sangat lama, akan
mempengaruhi terhadap percepatan pembangunan bangsa.
Harmonisasi
lingkungan sebagai pengendali muklat dalam eskalasi kerusakan tata ruang sekaligus
salah satu upaya menguraikan resiko bencana alam seperti bencana banjir rutin
yang banyak melanda kota-kota di Indonesia dalam suatu tata ruang kota maka
masyarakat harus memahami dinamika ilmu lingkungan yang berkepentingan untuk
memastikan bahwa ruang-ruang yang ada didalam suatu kota harus secara bijak di
pergunakan oleh manusia tanpa terjadi perusakan-perusakan sumber daya alam tata
ruang kota seperti mencegah kerusakan tata ruang air, mencegah ancaman
kehilangan species-species tertentu.
BIJAK DIRI
Adanya pembangunan
tata ruang yang kurang baik dan tidak terencana dibeberapa kota di Indonesia
seperti eskalasi pembangunan fisik kota di perbatasan dengan tumbuh berbagai
jenis model perumahan, yang menyebabkan semakin sempitnya lahan hijau seperti
lahan pertanian berubah fungsi menjadi lokasi pergudangan alat-alat berat,
rumah tumbuh, mal-mal dilokasi daerah resapan air bersih. Selain itu, juga
terjadi kerusakan-kerusakan serius yang dipergunakan oleh manusia didalamnya
seperti menyangkut ancaman hilangnya biota darat dan laut akibat tingkat
pemakaian kesuburan tanah dalam teknologi kimia seperti pupuk yang mengandung
B3 tidak terkontrol serta ruang udara mengalami perubahan yang mengancam
lapisan ozon dan meningkatnya suhu global yang banyak bersinggungan dengan ruang-ruang konservasi menjadi korabn
dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, sehingga ruang hijau tidak pernah
memenuhi amanat UU Tata Ruang yang menwajibkan setiap kota minimal memiliki
aspek ruang hijau terbuka seluas 30 persen dari luas wilayah kota.
Manusia harus
bijak memandang kepentingan ruang terbuka hijau sebagai bentuk kepentingan umum
sekaligus sebagai upaya pengendali kerusakan lingkungan dan manusia/masyarakat
harus mampu mengontrol keinginan dalam merebut suatu kawasan hijau untuk
kepentingan ekonomi dengan memperhatikan kaidah yang mendukung kelestarian
suatu kawasan yang berfungsi sebagai sumber ketahanan kebutuhan masyarakat,
memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan
juga sebagai investasi lahan abadi bagi suatu kota, bermanfaat bagi kebutuhan ekologi,
sosial-budaya, ekonomi dan estetika.
M. Anwar Siregar
Enviromental
Geologist, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer
Komentar
Posting Komentar