Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Gempa Meksiko, Bagai Leher Tercekik

Gambar
GEMPA MEKSIKO, BAGAI LEHER TERCEKIK Oleh : M. Anwar Siregar Meksiko diguncang gempa bumi, berkekuatan 8.4, Skala Richter (sumber USGS), kekuatan gempa ini merupakan gempa bumi terkuat dialami Meksiko pada abad 21 ini dan dalam sejarahnya termasuk gempa kuat selama 85 tahun terakhir, sebelumnya Meksko pernah mengalami gempa bumi strategis dari jarak 400 km dari pusat gempa di Pasifik dan menghancurkan Meksko dengan menelan korban gempa mencapai 10.000 jiwa pada tahun 1985. Gempa pada hari Jumat, 07/09/16 banyak meruntuhkan bangunan dan menewaskan lebih dari 61 orang hingga tulisan ini dibuat (10/09), serta ribuan orang mengungsi di tempat penampungan sementara. Jika di tahun 1985 Meksiko diguncang gempa strategis dari lautan akibat subduksi lempeng, maka sekarang ini Meksiko juga diguncang akibat penumbukan tekanan Lempeng Cocos terhadap Lempeng Amerika Utara yang menimbulkan tsunami setinggi 3 meter dapat mencapai wilayah utara ke Pasifik hingga   ke Jepang dan Vietnam, d...

Banjir, Penurunan Daya Dukung Lingkungan

Gambar
BANJIR , PENURUNAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN Oleh M. Anwar Siregar Banjir terjadi lagi disertai dengan bencana longsor, merupakan fenomena dalam dua bulan di tahun ini, dampak dari pembangunan yang mengabaikan dan melebihi daya dukung alam hanya akan membawa kehancuran pada kehidupan manusia saat ini dan generasi mendatang. Terlihat banjir di Sumatera Barat, yang memutuskan lintasan jalan ke Riau, selain itu Ibukota Jakarta dan sekitarnya juga mengalami musibah banjir kiriman, Bogor dan Bandung serta beberapa kota lainnya di Jawa  dan Sumatera  â€ťmenikmati musibah banjir”. Fenomena ini dampak dari pembangunan yang hanya menitikberatkan pada ekonomi semata sudah ketinggalan zaman. Paradigma pembangunan sekarang ini justru harus bergerak maju dengan mengutamakan pembangunan sosial dan ekologi, sebab saat ini kondisi ekologi di hulu hutan di pegunungan telah mengalami penurunan daya dukung lingkungan.   Analisa/ferdy. BAHAYA BANJIR: Hujan yang berkepanjangan pada ...

Menanti Geopark ketiga Indonesia

Gambar
MENANTI GEOPARK KETIGA INDONESIA Oleh M. Anwar Siregar   Landasan regulasi untuk geokonservasi di Indonesia adalah UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dengan aturan di bawahnya, yaitu Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Dalam regulasi tersebut diatur tentang kawasan lindung geologi yang salah satu bentuknya adalah Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG). Pelaksanaan KCAG, jelas, merupakan modal dasar untuk pengembangan geopark. Sebaliknya, pengembangan geopark di suatu kawasan idealnya telah pula didahului oleh penetapan kawasan tersebut sebagai KCAG. Saat ini Indonesia telah memiliki geopark kedua yaitu geopark (taman bumi) Gunung Sewu di Jawa Timur yang memanjang dari Barat ke Timur Pulau Jawa dan terkenal sebagai rangkaian pegunungan Karts. Geopark pertama Indonesia untuk dunia adalah geopark Gunung Batur di Pulau Bali.

Melihat Sistim Perusak Lingkungan Danau Toba

Gambar
MELIHAT SISTIM PERUSAK LINGKUNGAN DANAU TOBA Oleh : M. Anwar Siregar Untuk sekian kali penulis datang lagi ke Danau Toba, kondisi fisik Danau Toba tidak banyak berubah ketika berlibur di Parapat hingga Tomok, lalu dilanjutkan ke daratan tinggi Tanah Karo untuk menikmati keindahan air terjun Sipiso-piso, namun apa yang dilihat sungguh membuat miris, banyak ditemukan sampah dan kondisi perparkiran sedikit semrawut karena memang jalan sempit dan lahan terbatas, namun sebaliknya perkembangan perumahan dan permukiman justrunya yang sangat pesat dan sepertinya kurang terkendali dan tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan konsep pembangunan yang berkelanjutan berbasis lingkungan hijau dan apalagi Danau Toba sudah dimasukkan sebagai kawasan wisata strategis nasional, mengakibatkan banyak kawasan-kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai telah berubah menjadi daerah permukiman yang dihuni penduduk.