18 Nov 2015

Informasi Geologi Kelautan : Geologi Kelautan



PENTINGNYA INFORMASI GEOLOGI KELAUTAN UNTUK PEMBANGUNAN PULAU TERPENCIL PERBATASAN
Oleh : M. ANWAR SIREGAR

Sejak dahulu kala, bangsa Indonesia telah dikenal sebagai bangsa bahari, yang artinya tidak lain adalah bangsa lautan, “Nenek moyangku adalah bangsa pelaut”….. “Yalesveva yayamahe”. Bangsa Indonesia harus hidup dengan dan dari laut, kalimat itu diatas kerap terdengar bila kita membicarakan tentang laut dan dikaitkan dengan kekuatan laut, teknologi kelautan ataupun penelitian kelautan, eksplorasi sumber daya alam kelautan, atau yang sekarang lebih aktual membicarakan tentang pembangunan pulau-pulau terpencil perbatasan di lautan dengan negara lain masih jauh tertinggal
Kita tahu, luas wilayah negeri ini dengan jumlah pulau terdiri 17.000 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 kilometer atau 2/3 dari luas wilayah Indonesia hádala merupakan lautan dan juga merupakan sumber kehidupan rakyat hinga sekarang. Atau dengan kata lain kita harus bisa memanfaatkan potensi yang dimiliki lautan Indonesia sebagai tumpuan masa depan bangsa.
PULAU DIPERBATASAN
Disinilah pentingnya informasi geologi kelautan dalam mengawasi dan mengenal karakteristik perbatasan Indonesia, mengenal batas-batas alamiah dari landas kontinen di Pulau perbatasan agar tidak terjadi tumpang tindih perbatasan seperti yang kita alami dengan kasus Blok Ambalat. Informasi geologi kelautan itu masih banyak belum digunakan dalam pembahasan batas-batas wilayah. Sedikitnya dana penelitian kelautan salah satu faktor yang mendorong Indonesia tertinggal jauh dalam memanfaatkan kelebihan lautnya, terutama dalam eksplorasi dan ekspedisi ilmiah kelautan. Pembuatan peta Oceanic-hidrografi, peta topografi kepulauan, dan peta penentuan batas landas kontinen maritim.
Gambar : Pulau kecil dan terpencil seperti ini banyak terdapat di Perbatasan RI dengan negara tetangga (Foto Dok Penulis)
Ancaman keutuhan dan jati diri kita sebagai bangsa mengalami ancaman serius, diperlukan pengawasan dan penegakan kedaulatan pertahanan dan keamanan terutama dilaut pulau terpencil diperbatasan. Seperti Pulau-pulau di Natuna, Pulau-pulau di ujung utara Sulawesi dan pulau-pulau diperbatasan Papua dan Irian Jaya Barat serta Pulau-pulau di Utara Aceh, Sumatera Utara, Pulau di Utara Kepulauan Maluku dan Pulau di Selatan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Jika perlu pemerintah membuka dan menambah kawasan pelabuhan IHP yang baru, bukan bertumpuh pada daerah/pulau yang besar seperti pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta), Pelabuhan Belawan (Medan), Pelabuhan Sekupang (Batam) dan Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya). Semuanya pembangunan daerah terpencil perbatasan memerlukan informasi geologi kelautan dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, terutama untuk pengembangan batas-batas teritorial (landas kontine, eksplorasi sumber daya kelautan dan pengembangan pertahanan dan keamanan di lautan), selain ini, memahami karakteristik jalur-jalur daerah bergempa yang ada dilautan sebagai antisipasi korban bencana.
INFORMASI GEOLOGI KELAUTAN
Untuk mengungkapkan tabir rahasia alam yang terpendam didasar laut diperlukan suatu penelitian yang seksama dan harus dibantu dengan peralatan modern dan canggih. Informasi geologi kelautan akan memberikan informasi berupa gambaran tentang topografi dan dasar laut, batas dasar kontinen (kelanjutan alamiah dari dalam dan terluar pulau), penyebaran dan sifat dari sedimen dasar laut, komposisi dan struktur batuan dibawahnya. Sumber-sumber daya alam untuk dieksplorasi laut dan proses-proses geologi yang terjadi selama perkembangannyadi dasar laut, yang akan diteliti seperti jalur-jalur sesar (patahan), gerakan patahan dan area rupture dari hasil gempa tektonik yang pernah berlangsung, gunung-gunung berapi bawah laut, gelombang pasang, gelombang tsunami, pergerusan pantai, dan pembuatan peta-peta batas pulau/landas kontinen dibawah permukaan air laut.
Eksplorasi laut dan penelitian geologi kelautan hanya bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan teknik yang lebih rumit dibandingkan penelitian dan pemetaan didaratan, karena kemampuan manusia terbatas dalam melakukan penyelamatan didasar laut. Maka kapal laut penelitian dapat digunakan sebagai sarana yang sangat vital dalam melakukan kajian geologi kelautan tersebut diatas, yang harus dirancang sangat khusus untuk membawa peralatan seismik, graviti magnet, piston core (bor penghisap), didalam kapal sudah tersedia laboratorium yang lengkap. Geologi kelautan dapat juga dibantu oleh beberapa disiplin ilmu lainnya yang berkaitan dengan proses eksplorasi dan ekspedisi (penelitian) laut dalam, misalnya teknologi sistim pemboran, sistim komputerisasi untuk pengolahan data, komputer khusus pembuatan peta-peta, pengideraan jauh berupa foto-foto dan juga menggunakan sistim navigasi satelit (GPS) untuk mengetahui kondisi daerah peneliti dan juga posisi kapal.
      LANDAS KONTINEN
Informasi geologi kelautan untuk pemahaman landas kontinensuatu negara yang meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya, yang menyambung dari laut dasar teritorial negara pantai melalui kelanjutan alamiah dariwilayah daratannya sampai keujung terluar tepian kontinen, dapat menggunakan metode penelitian pengeboran di laut hingga ke dasar laut akan diketahui batas tepian samudera untuk lautan-lautan marginal, kerak dan palung samudera serta lingkungan purba (paleoenviroment) didaerah landas kontinen dasar laut. Dari data hasil pengeboran akan diketahui ciri batas penentuan kontinen, dapat diketahui melalui struktur batuan sedimen, penyebaran batuan sedimen, sifat dasar batuan sedimen serta batuan dasar laut yang membentuk landas kontinen serta kelanjutan alamiahnya. Salah satu krusial dalam batas penentuan wilayah Indonesia adalah batas landas kontinen yang belum banyak dilakukan penelitian kecuali disekitar Laut Timor denga Australia, sekaligus juga ini salah satu faktor pembeda pandangan Indonesia dan Malaysia dalam melakukan pengukuran batas wilayah perairan teritorial. Tetapi bila dilihat secara keseluruhan perairan Ambalat adalah batas kelanjutan alamiah dari kerak benua/pulau Kalimanta (Kalimantan Timur) terutama sejarah geologi pembentukan pulau-pulau Wallacea yang terletak diperairan timur Indonesia. Peta rekontruksi  Asia Tenggara (Hall, 1995), menunjukkan struktur geologi laut kawasan timur Indonesia terbentu akibat benturan lempeng bumi dan pergerakan lempeng-lempeng kecil Pulau Sunda (Lempeng Asia Tenggara) terletak di barat Indonesia dengan pemisahan Lempeng Benua Eurasia di utara dan Lempeng Indo-Australia yang masuk ke wilayah Indonesia. Pada lempeng Asia Tenggara (Lempeng Sunda) trdapat pulau-pulau kecil seperti pulau Jawa, Sumatera, Malaysia, Vietnam, dan Borneo (Kalimantan, sarawak, Sabah), sedangkan pulau-pulau Sulawesi (Laut Sulawesi), Laut Banda, dan Irian (Samudera Pasifik) berada dan dipisahkan Selat Makassar dan laut Sulawesi hingga Laut Sulu dan Samudera Pasifik termasuk Taiwan. (Bellowood,2000). Telah mengalami evolusi dalam sejarah pembentukannya, yang menyebabkan perbedaan ketinggian (potografi) dibagian timur karena kondisi yang tidak stabil oleh struktur kerak buminya yang dalam proses pengangkatan da penurunan yang begitu cepat karena bumi belum menuju ke titik keseimbangan. Pulau-pulau yang ada dikawasan timur Indonesia bergerak ke barat dalam waktu 135 tahun yang lalu (zaman kapur). Oleh Hasyim Djalal, 2005 menyebutkan perairan Ambalat bagian dari laut Sulawesi dan kontinen alamiah lanjutn dari daratan Kalimantan Timur yang di tujukkan oleh pemisahan lautan dalam antara Blok Ambalat dan Sabah.
DATA GEOFISIKA KELAUTAN
Data dari hasil penelitian geofisika kelautan salah satu cara yang sangat penting dan besar manfaatnya untuk mempelajari gerak-gerak tektonik, penyebaran dan sifay-sifaat batuan, migrasi minyak dan gas bumi di dasar lautan. Dewasa ini, minyak dan gas bumi lebih banyak di temukan dilandas kontinen yang mengelilingi  benua sedalam 200 meter lebih. Pulau-pulau terpencil perbatasan Indonesia secara diskripsi terdapat kandungan 35 miliar barrel minyak, diperlukan pengswasan dan penelitian geofisika kelautan untukb sumber-sumber mineral lainnya dalam rangka pengembangan pembangunan paulau perbatasan dilautan dalam konteks ekonomi nasional. Teknologi penelitian pertambangan kelautan telah berkembang pesat untuk memahami kondisi dan struktur penyebaran bahan galian didasar laut berkat hasil penelitian geologi kelautan dengan metode pengeboran laut dalam (DSDP, Deep Sea drilling Project) dan penelitian geofisika kelautan berupa data seismik, SONAR (Sound Navigation and Ranging), SIR (Subsurface Interface Radar), foto dasar lautan. Dengan metode ini maka kita akan mengetahui dan mempeoleh gambaran mengenai kedalaman laiy, topografi bawah permukaan (dasar laut), eksplorasi minyak dan gas dilepas pantai (laut dangkal), juga dimanfaatkan untuk pencarian gumpalan mineral bijih yang mengandung bermacam-macam unsur logam berat yang langka dan mahal dipasaran dunia, yaitu perak, mangan, kobal, nikel yang banyak tersebar dikawasan timur Indonesia.
Sangat berguna untuk pembangunan ekonomi wilayah perbatasan yang bertumpuh pada kekayaan laut dan pembangunan pelabuhan laut yang menghadap ke negara-negara pasifik dengan perbatasan perairan teritorial Indonesia. Contohnya laut di Pulau Biak dan Laut Cina Selatan di Riau Kepulauan. Laut / Selat Makassar dan Teluk Bone di Sulawesi serta Laut Banda dan Laut Arafuru yang menghadap ke Negara Pasifik.
Dengan adanya data geologi dan geofisika kelautan, diharaakan Indonesia dapat membuat peta topografi dan geologi dengan bantuan satelit navigasi dan sistim informasi dan pemetaan yang dirasakan semakin global saat ini. Teknologi GPS (global positioning system)  sangat cocok untuk penyempurnaan penelitian geologi dan pengembangan pembangunan pulau terpencil terutama untuk pembuatan koordinat geografis titik pangkal kepulauan untuk penentuan batas wilayah. Selama ini digunakan lebih banyak batas ilustratif tanpa ada koordinat.
PEMBANGUNAN PULAU PERBATASAN
Sudah saatnya pembangunan kawasan pusat pertumbuhan baru dan strategis dipulau perbatasan dalam rangka pembangunan ekonomi dan pertahanan dan keamanan, karena dilaut perbatasan ada 92 pulau terluar, salah satu sumber konflik antara Indonesia dengan 10 negara berbatas. Pemerintah Pusat harus memprioritaskan pembangunan di pulau terluar sebagai basis ekonomi kelautan yang meliputi perikanan tangkap, budidaya laut, pariwisata bahari, industri jasa maritim, migas dan dan daerah pertumbuhan baru untuk pembangunan pelabuhan laut (IHP, International Hub Port) di perbatasan ujung Pulau Sulawesi, Pulau Biak. Kepulauan Maluku dan Maluku Utara, Sabang dan Selat Makassar untuk mengurangi beban biaya dan jarak tempuh transportasi dan mencegah ketertinggalan ekonomi, infrastruktur wilayah dan mengendalikan kecemburuan sosial, selama ini terabaikan dibibir pantai pasifik dalam perdagangan dan pelayaran internasional ke Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Asia.
Pulau-pulau perbatsan akan mengontrol dan juga penentu keutuhan kedaulatan NKRI apabia berjala secara efektif dan efisien dengan melakukan pembangunan berkelanjutan wilayah dengan pola ekonomi recources kelautan. Karena Pulau tersebut sebagai penentuan kepastian batas laut Indonesia dengan negara tetangga, yaitu sebagai batas teritorial (berhubngan dengan kepastian garis batas laut), batas landas kontinen (berhubungan dengan sumber daya alam hayati didasar laut) dan bats zona ekonomi ekslusif (berhubungan dengan sumber daya perikanan). Dapat juga mencegah pencurian ikan, pencurian kayu, dan harus disesuaikan dengan kemampuan ekosistim lingkungan dan berkelanjutan.
SDM KELAUTAN
Siapa yang mau ke laut? Bila bicara profil tentang laut, yang terlintas didalam benak setiap orang adalah sosok nelayan yang memiliki ciri-ciri miskin, tidak terdidik, terbelakang dan berbagai konotasi negatif lainnya. Diperlukan SDM kelautan yang mau mengelola sumber daya kelautan dalam memberi kontribusi pembangunan nasional. Ironisnya, luas kekayaan laut Indonesia berbanding terbalik SDM kelautan. Bagaimana bisa mengurus atau mengelola sumber-sumber kekayaan laut bila SDM sedikit mau ke laut. Diperlukan kemauan dari Pemuda Indonesia untuk terjun sebagai pelaut, peneliti geologi kelautan, pengusaha jasa kelautan dan bidang kelautan lainnya. Dan membuktikan Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia, karena terdapat 50.000 jenis sumber-sumber alam hayati untuk kesejahteraan bangsa dimasa depan.

Diterbitkan Surat Kabar Harian ”ANALISA” Tanggal 17 Mei 2005

17 Nov 2015

Byar Pett

TAJUK PALUEMASGEOLOG 3
KAPAN KRISIS BYAR PET BERAKHIR
Dalam tiga hari ini wilayah Medan dan Deli Serdang sekitarnya mengalami byar pet, kadang dalam sehari bisa berlangsung 2-3 kali. Ini mengingatkan kita pada resep dokter untuk minum obat. pagi padam, siang hidup sebentar lalu jelang sore/padam lagi dan terus jelang tengah malam padam lagi dan bisa berlangsung 3-5 jam. Anda pasti kesal dan marah.. Pasti!!!
Ironisnya, Sumut kaya energi baru terbarukan namun masih tetap krisis energi, sudah lama berlangsung kejadian byar pet ini, namun tindakan para pemimpin di negeri ini tetap adem ayem, menganggap hal ini masalah sepele, sedangkan masyarakat sudah gerah dengan kondisi kelistrikan di Sumatera Utara dan Indonesia secara luas.
Namun hingga kini hal itu belum teratasi dengan baik disebabkan beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Belum optimalnya pemanfaatan EBT secara massal
  • Pemerintah masih setengah hati melakukan pembauran energi baru terbarukan, banyak potensi energi alternatif investasi mengalami kendala dampak dari izin dan insentif pajak yang sangat tinggi dan merugikan kalangan bisnis energi
  • Pemerintah belum begitu kuat untuk mendorong mernggunakan energi alaternatif dampak kebijakan kapitalisme
2. Mentalitas Pling Plan
  • Banyak terjadi korupsi dan pengadaan bahan energi listrik di PLN
  • Operator listrik lebih dominan dan selalu tunduk kepada kepentingan pihak asing
  • Izin-izin terkendala dan masih banyaknya biaya siluman
  • Perencanaan perbaikan genset dan gardu maupun yang lain yang berkaitan dengan perawatan peralatan listrik oleh PLN dianggap tidak profesional sehingga jika terjadi pemadaman alasan klise selalu dilontarkan yaitu sedang ada kerusakan dan kebakaran dan pas perawatan itu justru terjadi di musim hujan.... seperti terjadi pemadaman di minggu ke 2 November 2015
3. Investasi energi di Indonesia memang sangat lambat dan mahal serta banyaknya yang berkepentingan atas segala yang berhubungan urusan "kantong belakang"

Yang mengherankan kenapa PLN begitu mudah melakukan pemadaman?apakah tidak ada sumber penggunaan bahan bakar lain? Dan kenapa Sumut ini belum juga mampu keluar dari krisis energi?
Sumatera Utara Perlu belajar bagaimana memanfaatkan berbagai macam energi terbarukan dengan memanfaatkan segala potensi yang ada agar tidak terabaikan. Sumatera Utara jangan sampai gelap gulita dan menghasilkan sumber daya manusia yang tertinggal dari daerah dan negara lain.

Potensi Panas Bumi sarulla, sibayak dan sibual-buali harus dioptimalkan dengan regulasi yang memudahkan investasi lebih cepat agar terealisasi pemanfaatan 1000 MW yang terkandung dari tiga blok panas bumi Sumutera Utara.

Pemerintah harus turun tangan, jangan sampai terjadi kemarahan masyarakat sumut karena krisis ini, banyak efek yang menyertainya.

Para Geolog harus terus bekerja keras untuk menemukan sumber-sumber energi baru untuk kesejahteraan rakyat Indonesia dan pemerintah berikanlah kesempatan kepada perusahaan Indonesia untuk membangun energi agar kedaulatan energi berada di tangan putra-putri Indonesia. Pemerintah wajib memberikan dukungan kepada bangsanya sendiri untuk mengoptimalkan sumber-sumber daya pertambangan dan geologi.

Hilangkan aturan UU yang menyulitkan bangsa sendiri, jangan terus terpaku pada aturan mekanisme pasar karena segala sumber daya yang ada di indonesia telah diatur dalam UUD 1945 yang tidak menginginkan pihak asing menguasai hayat hidup bangsa Indonesia.
Adalah tolol jika mau tunduk kepada kepentingan asing secara terus menerus.... lihatlah berbagai gejolak akibat sumber daya geologi yang terkuras oleh pihak asing di tanah Cenderawasih Papua, di Bumi Dalihan Natolu, di Bumi Lancang Kuning, di Bumi Dayak Kalimantan dan Bumi Serambih Mekkah Aceh serta di seluruh pantai Indonesia.

Tergambar bagaimana miskinnya rakyat di daerah tersebut. Memang mereka ada memberikan sumbangan untuk pembangunan dan APBD dalam devisa tetapi tetap saja mereka lebih kaya dan lebih banyak membawa harta kekayaan rakyat RI itu ke negaranya dan sisa impasnya berupa kehancuran alam dan lagi-lagi pemerintah harus menguras cadangan devisa untuk melakukan reklamasi hijau... sungguh sebuah ketidakadilan bagi segenap bangsa Indonesia yang kaya raya sumber daya alam tetapi miskin rakyatnya.

Gugat rasa hati.... buka hati, lihat dengan hati, suarakan hatimu untuk membangun bangsa ini menuju kemakmuran dan kesatuan bangsa yang lebih utuh....Sudah saatnya bersatu menuju Indonesia Raya yang merdeka berdaulat atas segala sumber daya alam dan sumber daya ruang, dan sumber daya ekonomi untuk kembali kepada kepentingan rakyat Indonesia.


Bencana geologi Kepung Jakarta : Geologi Disaster

Gambar : ini salah satu gambaran banjir di Jakarta (sumber gambar dari berbagai sumber)


BENCANA GEOLOGI KEPUNG JAKARTA
Oleh M. Anwar Siregar
Wajah Jakarta di abad 21 ini semakin runyam akibat tidak tertata dengan baik, pembangunan fisiknya banyak menghabiskan ruang hijau yang terlihat belum terpenujinya amanah UU No 27 Tengang Tata Ruang yang menggariskan sekitar 30 persen luas wilayah harus terdapat Ruang Hijau Terbuka, ruang yang ada sekarang hanya menghasilkan ruang bencana banjir menahun. Dan adalah fakta yang selalu menghantui ibukota, penataan ruang pemukiman dan tata ruang hijau semakin terbatas, transportasi massal yang tidak efektif, peningkatan jumlah penduduk semakin tinggi, eskalasi urbanisasi tidak pernah menurun serta ancaman degradasi air bersih, kerentanan fisik sebagai sumber utama bahaya baik secara alamiah (natural disaster) berupa ancaman gempa dari Sumatera dan Jawa Barat maupun kapasitas kepadatan penduduk yang semakin rapat dengan eskalasi pembangunan dalam tata ruang yang semakin terbatas (man made disaster).
PERSPEKTIF BENCANA
Jakarta layak dipindahkan secepatnya jika tidak mau disebut kota dengan seribu bencana, perspektif masyarakat terhadap kondisi tata ruang lingkungan geologi kota Jakarta dipengaruhi oleh pola pembangunan fisik yang tidak berwawasan bencana geologi, perspektif pertama menyebutkan faktor pemanfaatan aturan zonasi lingkungan hijau terhadap struktur tata ruang wilayah Ibukota tidak tegas, terbentuk kawasan kumuh di daerah sempadan sungai atau daerah aliran sungai (DAS). Itupun baru di realisasi setelah berulangkali terjadi banjir dengan menggusur pemukiman. Pembangunan struktur keruangan merusak tata ruang air, terjadi kekeringan air dan laju penurunan permukaan tanah 2-8 cm per tahun mendekati permukaan air laut di beberapa wilayah di utara Jakarta oleh peningkatan pembangunan infratruktur fisik berat didaerah hijau. Terjadi penurunan dan kekuarangan sumber daya air baru bersikap dan bertindak tangan besi, ini telah diperaga Ahok selaku Gubernurm berbeda sekali dengan pendahulunya.
Kedua, Faktor struktur fisik bangunan di Jakarta berada di daerah rawan bencana geologi, umumnya tidak dirancang  tahan gempa dan banyak tidak mengikuti building code, yang merupakan peraturan panduan rancang bangun suatu kawasan untuk pengendalian pemanfaatan ruang suatu rencana tata bangunan dan lingkungan, rencana investasi apabila terjadi bencana dalam rekonstruksi dan rehabilitasi. Fakta, begitu banyaknya ditemukan kejadian bencana amblesan badan jalan tol, runtuhnya sebuah jembatan dan badan jalan raya di sekitar daerah pantai yang mengalami intrusi air laut. Perlu tindakan kajian geologi bawah permukaan karena mengingat kekuatan tanah di Jakarta termasuk tanah deposit vulkanik dan alluvial pantai.
Ketiga, faktor sifat geoteknis tanah tempat struktur fisik bangunan dalam aturan building code yang ditempatkan pada zona rawan kegempaan yang sangat berpengaruh terhadap kekuatan dan pergeseran tanah dan batuan, terdapat proses geologi tata ruang Kuarter, masih terus mengalami perubahan lingkungan oleh geodinamika tektonik dan vulkanik kegempaan di sekitar Selat Sunda, di daratan Jawa Barat, di Laut Jawa dan Samudera Indonesia.
Perspektif keempat, wilayah Jakarta rentan mengalami empat golongan utama kerusakan akibat gempa apabila dari faktor point tiga terjadi dan dampaknya pada faktor point 1 dan 2 yaitu : 1. Terjadi ground shaking (efek goncangan berganda), adalah gerakan tanah akibat gempa yang merupakan unsur utama penyebab keruntuhan struktur bangunan. 2. Likuafaksi, adalah kehilangan strength pada pasir yang jenuh air akibat pembebanan siklik. Kondisi ini menyebabkan penurunan dan pergerakan lateral dari pondasi. Contoh kejadian ini banyak bangunan di Jakarta dibangun di lokasi yang telah diidentifikasi berpotensi mengalami likuafaksi seperti di Jakarta Utara dan sebagian Jakarta Barat, tanahnya terdiri dari tanah alluvial dan vulkanik. 3. Bila terjadi gempa kuat dalam radius 100 kilometer ke dalam Jakarta akan membangkitkan “sesar-sesar tidur” menjadi bidang patahan (fault rupteure) yang aktif, dapat menggangu kekuatan pondasi bangunan yang tidak dirancang tahan gempa oleh pergerakan seismik dalam lajur gerak horizontal dan vertikal. 4. Terbentuknya pola landslide bawah permukaan sebagai akibat dari pergerakan terjadinya gempa, karena tanah di kota Jakarta adalah tanah yang bersifat “lembek” maka dipastikan struktur pondasi bangunan dan struktur geologi bawah permukaan akan ada mengalami “gangguan kekuatan” menyebabkan gerakan tanah dan likuafaksi yang luas.
Beberapa asumsi bencana masyarakat menyebutkan Jakarta sebagai kota “sumpet” dan memiliki tingkat kerentanan tinggi yaitu pertama tidak memiliki pedoman pengendalian bahaya bencana untuk pencegahan bencana banjir setiap tahun. Tanya, bagaimana kalau terjadi gempa? Dipastikan akan terjadi sejumlah miskomunikasi karena mengurus banjir dan kemacetan saja sudah “cari kambing hitam”.
Asumsi kedua, Jakarta calon kota tenggelam karena begitu derasnya arus urbanisasi dan pembangunan yang terus menerus terbangunkan sehingga terjadi penggalian tanah di lokasi daerah tangkapan air bersih dan zona daerah hijau serta pesisir pantai diatas tanah lunak, dan air mudah masuk dan menekan kekuatan tanah yang terdiri dari tanah rombahkan yang tidak padat yaitu tanah hasil produktif letusan gunungapi Pangarango, Gunung Gede dan Gunung Salak di Jawa Barat. Jakarta dianggap sebagai kota dengan tingkat penurunan tanah permukaan yang cukup “kencang” di Indonesia, dan mendekati air laut padahal gempa belum keras “menimpa” wilayah kota Jakarta.
Asumsi ketiga, menyebutkan Ibukota tidak memiliki tata ruang tahan gempa yang mumpuni sehingga dianggap sebagai “kota ladang pembantaian” jika terjadi bencana gempa dan tsunami karena sampai saat ini kota Jakarta belum memiliki daerah pengaman untuk segala jenis bencana geologi dan klimatologis.
Asumsi keempat, Jakarta kota dengan banyak tumpukan sampah, sampah dikota Jakarta itu jika dikumpulkan lebih tinggi permukaannya dan lokasi tempat pembuangan sampah di Jakarta sangat minim, dan membawa sampah itu ke daerah tetangganya, Bekasi dan Jawa Barat. Dengan tumpukan yang banyak terdapat di Kalibata dan Ciliwung, maka banjir tahunan sering datang menyapa dan lagi-lagi sia-sia pembangunan yang ada, tertunda akibat banjir dan keindahan Jakarta semakin jelek dan jorok. Jangan lupa, posisi Jakarta dikepung berbagai sungai besar yang membelah Jakarta dan permukaannya sangat rendah dipermukaan Laut dan mari kita lihat apa bukti studi pembangunan banjir yang dilakukan Pemprov DKI ke Belanda, apa bisa membuktikan Jakarta kota bebas banjir dari dampak tumpukan sampah-sampah banjir?
Musim banjir sekarang sudah masuk ke wilayah Jakarta dan diprediksi akan semakin meningkat curah hujan pada akhir 2015 dan awal tahun 2016.
GEMPA BAWAH PERMUKAAN
Jakarta sebentar lagi menyandang sebutan “kota bencana”. Penataan ruang Ibukota sangat mendesak untuk di integrasi dalam tata ruang multi bencana, karena ada kecenderungan bahwa perencana dan pengambilan keputusan seringkali mengabaikan faktor bencana geologi bawah permukaan pada pemanfaatan ruang sehingga menjadi akar permasalahan penataan ruang di kemudian hari.
Tidak ada sinkronisasi dalam penataan ruang bawah permukaan dengan ruang atas permukan dalam kajian geologi struktur seismik kegempaan lokal yang meliputi beberapa aspek keteknikan geologi antara lain : Pertama, aspek kajian teknis pembuatan peta geologi tata ruang kota bawah tanah untuk infrastruktur berat tidak disesuaikan dengan kondisi geologi tektonik dan stratigrafi yang berguna untuk mengetahui arah lintasan sesar-sesar aktif dalam mengantisipasi kerentanan pondasi bangunan bawah dan pondasi bangunan atas terhadap gaya tekan beban maksimun pondasi bangunan. Seluruh kota di Indonesia belum memiliki peta rancang pembangunan infrastruktur fisik bawah permukaan, dan selama ini lebih banyak peta tata ruang fisik diatas permukaan.
Kedua, aspek pengaturan kajian zonasi geologi terhadap peta tata ruang permukaan, banyak bangunan diletakkan di daerah hijau yang berpotensi menghasilkan bencana pada faktor geologi gempa yaitu ground shaking. Peta tersebut berfungsi sebagai arahan untuk pengendalian pemanfaatan lahan dalam mereduksi potensi bencana. Ketiga, aspek percepatan akselarasi seismik pada data peta kerentanan geologis tinggi belum mencantum berbagai permodelan tingkat kecepatan rambat goyang gempa mencapai permukaan dari berbagai jenis tanah dan batuan terhadap bangunan yang telah terbangunkan di Jakarta, tingkat perambatan gelombang sangat tinggi dengan akselarasi tambahan energi goyang menjadi 4-5 kali lebih besar. Bila pusat gempa 100 km ke permukaan cekungan Jakarta, maka daya goyang gempa bisa meningkat sampai 30 kali.
Beberapa literatur menyebutkan ancaman kebencanaan geologi terhadap pusat aktivitas perkotaan Jakarta dapat dilihat dari ancaman patahan Baribis di utara Jawa Barat menuju Jakarta. Disekitar Bogor terdapat sesar naik (uplift) kearah selatan ke kota Jakarta, bangkit bila intensitas gempa yang kian meningkat di zona patahan aktif di sepanjang Pantai Barat Sumatera, menuju Ibukota secara tiba-tiba.
Bencana kabut asap konon hampir atau masuk sebentar ke wilayah Jakarta?Bagaimana dengan gempa berskala kecil sering dirasakan masyarakat Jakarta dari gempa di sekitar Selat dan Banten? Jakarta tidak dan belum siap menghadapi bencana geologis dan klimatologis.
Pada hematnya Jakarta semakin tak layak jadi Ibukota, pusat pemerintahan harus dipindahkan ke daerah lain yang dianggap layak sebagai pusat pemerintahan RI yang baru, pusat pemerintahan yang baru harus merupakan solusi yang ideal bagi penataan ruang antar wilayah nasional dan percepatan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan dalam integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia.
M. Anwar Siregar, Ir
Enviromental Geolog, Pemerhati Masalah Lingkungan dan Geosfer,

Segitiga Negara Maut Gempa Asia : Geologi Gempa



SEGITIGA NEGARA MAUT GEMPA ASIA
Oleh M. Anwar Siregar

Gambar : Wilayah Gempa Indonesia ((Sumber gambar : http ://4bp. blogspot.com)
Dalam rentang dua minggu di Bulan November 2014 terjadi gempa kuat di tiga negara berbeda di Asia, yakni di Indonesia (gempa Halmahera dengan 7.3 Skala Richter), lalu di susul gempa di Jepang Tengah (gempa Nagoya, 6.8 SR) serta Tiongkok (gempa Sinchua 6.3 SR) dan ketiganya merupakan negara penghasil gempa-gempa kuat dan mematikan, dan dua diantaranya telah memproduksi tsunami maut di abad 21 ini yang mengguncang permukaan bumi dan mencapai perjalanan tsunami sejauh diatas 900 km dan 1000 km.
Efek relaksasi guncangan seismik telah membuka “sebuah tabir baru” bagi pergerakan kulit bumi di tiga kawasan berbeda ini. Dan ketiga kawasan ini sebenarnya merupakan tempat “bermukimnya” suatu energi yang dapat menghancurkan sepertiga permukaan bumi disebabkan wilayahnya masuk dalam zona ruas terkunci, dampak dari tidak terjadinya pemekaran bumi sehingga ruang yang dibutuhkan akan selalu mengalami pendesakan sehingga energi yang bermukim di kawasan segitiga maut gempa Asia selalu akan melepaskan “energi kemurkaan”.
Penulis menganggap ketiga negara maut gempa ini adalah satu dari tujuh pusat megatrush gempa Asia dan tempat 10 kawasan bermukimnya megatrush yang ada di bumi selain terdapat di Patahan San Andreas, California (gempa daratan), Patahan gempa pantai barat Amerika khusus diwilayah Patahan subduksi Chili-Haiti, Patahan gempa tsunami Tonga di Laut Pasifik Tonga dan Palung Mediterania di Patahan Semenanjung Italia-Yunani di Eropa yang dapat menghantan kawasan Timur Afrika dan Asia.
GEMPA INDONESIA
Penyebabnya Indonesia berada di beberapa jalur patahan atau tumbukan antar landas kontinen. Antara lain lempeng benua Asia dengan Indo-Australia, yang bergerak dan memicu gempa tektonik di Aceh. Zona patahannya memanjang di Samudra Hindia, dari Aceh di barat hingga sekitar Laut Timor di Timur. Pergerakan tektonik lempeng di kawasan ini, seringkali memicu gempa hebat. Jika kekuatan gempa di dasar laut mencapai tujuh pada skala Richter atau lebih, dapat dipastikan akan terjadi gelombang pasang tsunami.
Penyebab lainnya, terdapat 10 lempeng kecil yang saling berinteraksi satu sama lain, saling menujam, membentuk jalur patahan yang panjang dan menempatkan Lempeng Sumatera pada posisi penghancuran oleh lempeng besar seperti yang telah dialami oleh Lempeng Maluku tertekan dan termakan oleh Lempeng Halmahera dan Lempeng Sainghe. Gejala ini dapat membangkitkan sesar-sesar yang tidak aktif disepanjang Pantai selatan dan Tenggara Maluku hingga Laut Jawa dan Sulawesi karena ada efek relaksasi gempa bumi terdahulu yang belum stabil merambat sebagai medan energi seismik sebagai efek goncangan berganda melalui bidang yang tidak diskontinuitas di bawah Lempeng Sahul dan Lempeng Sunda.
Pada kasus patahan Sunda, yang berhubungan dengan pantai barat Sumatera terjadi selip geser sedalam 30 meter tahun 2004 lalu dan memicu tsunami di Aceh. Kemudian tahun 2005 terjadi selip sedalam 12 meter yang memicu gempa bumi 8,7 SR yang melanda Nias dan Kepulauan Simeulue. Daerah-daerah lainnya bukan berarti sepenuhnya aman dari aktivitas efek gempa 2004-2005, tetapi dapat juga terkena imbasan oleh gempa dari kawasan-kawasan yang rawan dan memiliki sumber gempa yang berdekatan yang disebabkan oleh gelombang gempa yang berbentuk radial mampu merambat jauh, dimana semakin jauh rambatannya maka kekuatan semakin berkurang.
SESAR DARATAN CHINA
 Gempa China (sumber : id.earthquake-report.com)
Sabuk flip dextral dari yang mendorong patahan di Longmen Shan, merupakan daerah tinggian yang mengalami ruas penguncian pergerakan, yang terbentuk oleh deformasi zaman priode geologi Mesozoik-Kenozoik akibat dampak evolusi tektonik daratan China dan cekungan Sinchuan/Patahan Longmen Shan Utara-Tenggara adalah kawasan yang rentang mengalami penekan secara frontal kearah Barat Sichuan yang mengalami dua kali periode deformasi/perubahan dan terbentuk lembah-lembah terjal. Struktur geologi tektonik sabuk Longmen Shan Timur merupakan struktur tektonik dengan karakteristik pergerakan slip strike fault dengan penekanan arah pergerakan ke depan samping dengan probabilitas ke arah Tenggara dengan bentuk menyudut. Cekungan Sichuan Barat dibentuk oleh dorongan kuat dari tekanan menyudut di daratan tinggi Tibet oleh gerakan Lempeng India di perbatasan daratan tinggi Himalaya dan bagian Timur Longmen Shan oleh pemotongan lempeng yang terbentuk sejak zaman periode Kambrium-Trias dan Selatan Patahan Longmen Shan merupakan bagian dasar batuan yang terlipat dan tersesar sangkut sangat kuat, terbentuk sejak dimulainya cekungan baru di zaman Kenozoikum Atas, sehingga karakteristik pembentukan lapisan batuan sedimen di Patahan Longmen Shan terus menerus mengalami deformasi sehingga menghasilkan seismik kontinu gempa setiap tahun
Pusat gempa yang terjadi hari sabtu lalu itu berada di daratan antara batas daratan Tinggi Tibet dengan Lembah Sichuan, dampak dari relaksasi pergerakan lempeng tektonik terhadap patahan Longmen Shan sepanjang 242 km yang menghasilkan getaran sejauh 150 kilometer di lembah Gunung Longmen Shan di Provinsi Sichuan.
GEMPA BESAR JEPANG
Gambar : Penjalaran tsunami Jepang ke Amerika Utara dan Selatan (Sumber gambar : http ://4bp. blogspot.com)
Gempa tsunami maut Jepang baru berusia tiga tahun, namun dalam rentang itu, Jepang terus mengalami gempa kuat setiap tiga-empat bulan sekali. Pusat gempa Jepang sering berlangsung tepat dibawah bagian lapisan dangkal dari pulan-pulau vulkanik Jepang terutama oleh adanya proses pembentukan lempeng kerak baru. Pusat gempa di Jepang berada sedalam 130 km pada tahun 2011 itu telah menghasilkan tribencana yaitu gempa, tsunami dan ledakan reaktor merupakan gempa terbesar dalam sejarah kebencanaan geologi gempa Jepang. Bumi mengalami gangguan, porosnya telah bergeser antara 10-25 cm sehingga masa lamanya siang dan orbit bumi sedikit berubah.
Gempa besar ini telah mengubah profil perubahan bentuk permukaan bumi yang meliputi dasar laut dan daratan yang dikenal dengan nama co-seismic deformation, tekanan gempa di Timur Jepang itu telah menekan ruas patahan di Pulau Jepang Tengah dengan pola Patahan naik. Tatanan geologi Pulau Jepang Tengah juga mengalami deformasi dengan penurunan 5 meter ke dasar laut, terjadi akibat desakan Lempeng Pasifik terhadap Lempeng Amerika Utara, posisi pulau-pulau di Jepang berada di persimpangan empat lempeng besar dunia sehingga bagian Timur Pulau Jepang mengalami kenaikan akibat patahan naik (trust fault). Proses pematahan gempa 2011 itu telah mematahkan luas wilayah sekitar 540 km x 200 km, yang akan membangkitkan energy tekanan pada pinggiran lempeng di Selatan dan Tengah Jepang, pada suatu ketika nanti menghasilkan gempa besar lagi.
IRONI KORBAN
Jika dibandingkan gempa ketiga kawasan itu dalam dua minggu di bulan November ini, nampak jelas ada perbedaan kontras dengan standart Building Code gempa Jepang dengan gempa Manado dan Sichuan, yang berbasis zoning regulation map dan building code. Bangunan di Jepang hanya mengalami kerusakan sedang dan tidak ada korban, bangunan masih bisa di bangun ulang dengan standar lebih baik lagi, sedangkan di Manado perlu relokasi mengingat gedung yang retak itu tidak disiapkan berbasis tahan gempa dan di Tiongkok, hingga tulisan ini dibuat sudah terdapat 5 korban tewas, 35 luka parah dan kehancuran bangunan mencapai kerugian diatas 10 milyar rupiah lebih.
Perbedaan kontras lainnnya adalah standar pelajaran gempa, yang terlupakan selama ini adalah sosialisasi standart operating procedure [SOP] untuk building code kepada setiap masyarakat, baik pemilik rumah bertingkat, gedung bertingkat dan perumahan tetap untuk mengetahui tingkat resiko yang ditimbulkan apabila bangunan tidak berstandart building code maka pentingnya SOP harus dipraktekan jika bangunan sudah terlanjurkan terbangunkan dan begitu juga pelaksanaan evakuasi dilapangan.
M. Anwar Siregar
Enviromental Geologist, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi-Geosfer

Populer

Laut Indonesia darurat sampah

  LAUT INDONESIA DARURAT SAMPAH Oleh M. Anwar Siregar   Laut Indonesia banyak menyediakan banyak hal, bagi manusia terutama makanan ...