Nov 18, 2015

Informasi Geologi Kelautan : Geologi Kelautan



PENTINGNYA INFORMASI GEOLOGI KELAUTAN UNTUK PEMBANGUNAN PULAU TERPENCIL PERBATASAN
Oleh : M. ANWAR SIREGAR

Sejak dahulu kala, bangsa Indonesia telah dikenal sebagai bangsa bahari, yang artinya tidak lain adalah bangsa lautan, “Nenek moyangku adalah bangsa pelaut”….. “Yalesveva yayamahe”. Bangsa Indonesia harus hidup dengan dan dari laut, kalimat itu diatas kerap terdengar bila kita membicarakan tentang laut dan dikaitkan dengan kekuatan laut, teknologi kelautan ataupun penelitian kelautan, eksplorasi sumber daya alam kelautan, atau yang sekarang lebih aktual membicarakan tentang pembangunan pulau-pulau terpencil perbatasan di lautan dengan negara lain masih jauh tertinggal
Kita tahu, luas wilayah negeri ini dengan jumlah pulau terdiri 17.000 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 kilometer atau 2/3 dari luas wilayah Indonesia hádala merupakan lautan dan juga merupakan sumber kehidupan rakyat hinga sekarang. Atau dengan kata lain kita harus bisa memanfaatkan potensi yang dimiliki lautan Indonesia sebagai tumpuan masa depan bangsa.
PULAU DIPERBATASAN
Disinilah pentingnya informasi geologi kelautan dalam mengawasi dan mengenal karakteristik perbatasan Indonesia, mengenal batas-batas alamiah dari landas kontinen di Pulau perbatasan agar tidak terjadi tumpang tindih perbatasan seperti yang kita alami dengan kasus Blok Ambalat. Informasi geologi kelautan itu masih banyak belum digunakan dalam pembahasan batas-batas wilayah. Sedikitnya dana penelitian kelautan salah satu faktor yang mendorong Indonesia tertinggal jauh dalam memanfaatkan kelebihan lautnya, terutama dalam eksplorasi dan ekspedisi ilmiah kelautan. Pembuatan peta Oceanic-hidrografi, peta topografi kepulauan, dan peta penentuan batas landas kontinen maritim.
Gambar : Pulau kecil dan terpencil seperti ini banyak terdapat di Perbatasan RI dengan negara tetangga (Foto Dok Penulis)
Ancaman keutuhan dan jati diri kita sebagai bangsa mengalami ancaman serius, diperlukan pengawasan dan penegakan kedaulatan pertahanan dan keamanan terutama dilaut pulau terpencil diperbatasan. Seperti Pulau-pulau di Natuna, Pulau-pulau di ujung utara Sulawesi dan pulau-pulau diperbatasan Papua dan Irian Jaya Barat serta Pulau-pulau di Utara Aceh, Sumatera Utara, Pulau di Utara Kepulauan Maluku dan Pulau di Selatan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Jika perlu pemerintah membuka dan menambah kawasan pelabuhan IHP yang baru, bukan bertumpuh pada daerah/pulau yang besar seperti pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta), Pelabuhan Belawan (Medan), Pelabuhan Sekupang (Batam) dan Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya). Semuanya pembangunan daerah terpencil perbatasan memerlukan informasi geologi kelautan dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, terutama untuk pengembangan batas-batas teritorial (landas kontine, eksplorasi sumber daya kelautan dan pengembangan pertahanan dan keamanan di lautan), selain ini, memahami karakteristik jalur-jalur daerah bergempa yang ada dilautan sebagai antisipasi korban bencana.
INFORMASI GEOLOGI KELAUTAN
Untuk mengungkapkan tabir rahasia alam yang terpendam didasar laut diperlukan suatu penelitian yang seksama dan harus dibantu dengan peralatan modern dan canggih. Informasi geologi kelautan akan memberikan informasi berupa gambaran tentang topografi dan dasar laut, batas dasar kontinen (kelanjutan alamiah dari dalam dan terluar pulau), penyebaran dan sifat dari sedimen dasar laut, komposisi dan struktur batuan dibawahnya. Sumber-sumber daya alam untuk dieksplorasi laut dan proses-proses geologi yang terjadi selama perkembangannyadi dasar laut, yang akan diteliti seperti jalur-jalur sesar (patahan), gerakan patahan dan area rupture dari hasil gempa tektonik yang pernah berlangsung, gunung-gunung berapi bawah laut, gelombang pasang, gelombang tsunami, pergerusan pantai, dan pembuatan peta-peta batas pulau/landas kontinen dibawah permukaan air laut.
Eksplorasi laut dan penelitian geologi kelautan hanya bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan teknik yang lebih rumit dibandingkan penelitian dan pemetaan didaratan, karena kemampuan manusia terbatas dalam melakukan penyelamatan didasar laut. Maka kapal laut penelitian dapat digunakan sebagai sarana yang sangat vital dalam melakukan kajian geologi kelautan tersebut diatas, yang harus dirancang sangat khusus untuk membawa peralatan seismik, graviti magnet, piston core (bor penghisap), didalam kapal sudah tersedia laboratorium yang lengkap. Geologi kelautan dapat juga dibantu oleh beberapa disiplin ilmu lainnya yang berkaitan dengan proses eksplorasi dan ekspedisi (penelitian) laut dalam, misalnya teknologi sistim pemboran, sistim komputerisasi untuk pengolahan data, komputer khusus pembuatan peta-peta, pengideraan jauh berupa foto-foto dan juga menggunakan sistim navigasi satelit (GPS) untuk mengetahui kondisi daerah peneliti dan juga posisi kapal.
      LANDAS KONTINEN
Informasi geologi kelautan untuk pemahaman landas kontinensuatu negara yang meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya, yang menyambung dari laut dasar teritorial negara pantai melalui kelanjutan alamiah dariwilayah daratannya sampai keujung terluar tepian kontinen, dapat menggunakan metode penelitian pengeboran di laut hingga ke dasar laut akan diketahui batas tepian samudera untuk lautan-lautan marginal, kerak dan palung samudera serta lingkungan purba (paleoenviroment) didaerah landas kontinen dasar laut. Dari data hasil pengeboran akan diketahui ciri batas penentuan kontinen, dapat diketahui melalui struktur batuan sedimen, penyebaran batuan sedimen, sifat dasar batuan sedimen serta batuan dasar laut yang membentuk landas kontinen serta kelanjutan alamiahnya. Salah satu krusial dalam batas penentuan wilayah Indonesia adalah batas landas kontinen yang belum banyak dilakukan penelitian kecuali disekitar Laut Timor denga Australia, sekaligus juga ini salah satu faktor pembeda pandangan Indonesia dan Malaysia dalam melakukan pengukuran batas wilayah perairan teritorial. Tetapi bila dilihat secara keseluruhan perairan Ambalat adalah batas kelanjutan alamiah dari kerak benua/pulau Kalimanta (Kalimantan Timur) terutama sejarah geologi pembentukan pulau-pulau Wallacea yang terletak diperairan timur Indonesia. Peta rekontruksi  Asia Tenggara (Hall, 1995), menunjukkan struktur geologi laut kawasan timur Indonesia terbentu akibat benturan lempeng bumi dan pergerakan lempeng-lempeng kecil Pulau Sunda (Lempeng Asia Tenggara) terletak di barat Indonesia dengan pemisahan Lempeng Benua Eurasia di utara dan Lempeng Indo-Australia yang masuk ke wilayah Indonesia. Pada lempeng Asia Tenggara (Lempeng Sunda) trdapat pulau-pulau kecil seperti pulau Jawa, Sumatera, Malaysia, Vietnam, dan Borneo (Kalimantan, sarawak, Sabah), sedangkan pulau-pulau Sulawesi (Laut Sulawesi), Laut Banda, dan Irian (Samudera Pasifik) berada dan dipisahkan Selat Makassar dan laut Sulawesi hingga Laut Sulu dan Samudera Pasifik termasuk Taiwan. (Bellowood,2000). Telah mengalami evolusi dalam sejarah pembentukannya, yang menyebabkan perbedaan ketinggian (potografi) dibagian timur karena kondisi yang tidak stabil oleh struktur kerak buminya yang dalam proses pengangkatan da penurunan yang begitu cepat karena bumi belum menuju ke titik keseimbangan. Pulau-pulau yang ada dikawasan timur Indonesia bergerak ke barat dalam waktu 135 tahun yang lalu (zaman kapur). Oleh Hasyim Djalal, 2005 menyebutkan perairan Ambalat bagian dari laut Sulawesi dan kontinen alamiah lanjutn dari daratan Kalimantan Timur yang di tujukkan oleh pemisahan lautan dalam antara Blok Ambalat dan Sabah.
DATA GEOFISIKA KELAUTAN
Data dari hasil penelitian geofisika kelautan salah satu cara yang sangat penting dan besar manfaatnya untuk mempelajari gerak-gerak tektonik, penyebaran dan sifay-sifaat batuan, migrasi minyak dan gas bumi di dasar lautan. Dewasa ini, minyak dan gas bumi lebih banyak di temukan dilandas kontinen yang mengelilingi  benua sedalam 200 meter lebih. Pulau-pulau terpencil perbatasan Indonesia secara diskripsi terdapat kandungan 35 miliar barrel minyak, diperlukan pengswasan dan penelitian geofisika kelautan untukb sumber-sumber mineral lainnya dalam rangka pengembangan pembangunan paulau perbatasan dilautan dalam konteks ekonomi nasional. Teknologi penelitian pertambangan kelautan telah berkembang pesat untuk memahami kondisi dan struktur penyebaran bahan galian didasar laut berkat hasil penelitian geologi kelautan dengan metode pengeboran laut dalam (DSDP, Deep Sea drilling Project) dan penelitian geofisika kelautan berupa data seismik, SONAR (Sound Navigation and Ranging), SIR (Subsurface Interface Radar), foto dasar lautan. Dengan metode ini maka kita akan mengetahui dan mempeoleh gambaran mengenai kedalaman laiy, topografi bawah permukaan (dasar laut), eksplorasi minyak dan gas dilepas pantai (laut dangkal), juga dimanfaatkan untuk pencarian gumpalan mineral bijih yang mengandung bermacam-macam unsur logam berat yang langka dan mahal dipasaran dunia, yaitu perak, mangan, kobal, nikel yang banyak tersebar dikawasan timur Indonesia.
Sangat berguna untuk pembangunan ekonomi wilayah perbatasan yang bertumpuh pada kekayaan laut dan pembangunan pelabuhan laut yang menghadap ke negara-negara pasifik dengan perbatasan perairan teritorial Indonesia. Contohnya laut di Pulau Biak dan Laut Cina Selatan di Riau Kepulauan. Laut / Selat Makassar dan Teluk Bone di Sulawesi serta Laut Banda dan Laut Arafuru yang menghadap ke Negara Pasifik.
Dengan adanya data geologi dan geofisika kelautan, diharaakan Indonesia dapat membuat peta topografi dan geologi dengan bantuan satelit navigasi dan sistim informasi dan pemetaan yang dirasakan semakin global saat ini. Teknologi GPS (global positioning system)  sangat cocok untuk penyempurnaan penelitian geologi dan pengembangan pembangunan pulau terpencil terutama untuk pembuatan koordinat geografis titik pangkal kepulauan untuk penentuan batas wilayah. Selama ini digunakan lebih banyak batas ilustratif tanpa ada koordinat.
PEMBANGUNAN PULAU PERBATASAN
Sudah saatnya pembangunan kawasan pusat pertumbuhan baru dan strategis dipulau perbatasan dalam rangka pembangunan ekonomi dan pertahanan dan keamanan, karena dilaut perbatasan ada 92 pulau terluar, salah satu sumber konflik antara Indonesia dengan 10 negara berbatas. Pemerintah Pusat harus memprioritaskan pembangunan di pulau terluar sebagai basis ekonomi kelautan yang meliputi perikanan tangkap, budidaya laut, pariwisata bahari, industri jasa maritim, migas dan dan daerah pertumbuhan baru untuk pembangunan pelabuhan laut (IHP, International Hub Port) di perbatasan ujung Pulau Sulawesi, Pulau Biak. Kepulauan Maluku dan Maluku Utara, Sabang dan Selat Makassar untuk mengurangi beban biaya dan jarak tempuh transportasi dan mencegah ketertinggalan ekonomi, infrastruktur wilayah dan mengendalikan kecemburuan sosial, selama ini terabaikan dibibir pantai pasifik dalam perdagangan dan pelayaran internasional ke Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Asia.
Pulau-pulau perbatsan akan mengontrol dan juga penentu keutuhan kedaulatan NKRI apabia berjala secara efektif dan efisien dengan melakukan pembangunan berkelanjutan wilayah dengan pola ekonomi recources kelautan. Karena Pulau tersebut sebagai penentuan kepastian batas laut Indonesia dengan negara tetangga, yaitu sebagai batas teritorial (berhubngan dengan kepastian garis batas laut), batas landas kontinen (berhubungan dengan sumber daya alam hayati didasar laut) dan bats zona ekonomi ekslusif (berhubungan dengan sumber daya perikanan). Dapat juga mencegah pencurian ikan, pencurian kayu, dan harus disesuaikan dengan kemampuan ekosistim lingkungan dan berkelanjutan.
SDM KELAUTAN
Siapa yang mau ke laut? Bila bicara profil tentang laut, yang terlintas didalam benak setiap orang adalah sosok nelayan yang memiliki ciri-ciri miskin, tidak terdidik, terbelakang dan berbagai konotasi negatif lainnya. Diperlukan SDM kelautan yang mau mengelola sumber daya kelautan dalam memberi kontribusi pembangunan nasional. Ironisnya, luas kekayaan laut Indonesia berbanding terbalik SDM kelautan. Bagaimana bisa mengurus atau mengelola sumber-sumber kekayaan laut bila SDM sedikit mau ke laut. Diperlukan kemauan dari Pemuda Indonesia untuk terjun sebagai pelaut, peneliti geologi kelautan, pengusaha jasa kelautan dan bidang kelautan lainnya. Dan membuktikan Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia, karena terdapat 50.000 jenis sumber-sumber alam hayati untuk kesejahteraan bangsa dimasa depan.

Diterbitkan Surat Kabar Harian ”ANALISA” Tanggal 17 Mei 2005

No comments:

Post a Comment

Related Posts :