Nov 9, 2015

Efek Asap Ke Lingkungan


Kabut asap pekat melanda Banjarmasin, (Sumber : Banjarmasin Post/Faturahman)


EFEK POLUSI ASAP KE LINGKUNGAN
M. Anwar Siregar
 
Pencemaran polusi asap ke lingkungan merupakan kesan sampingan yang sangat merugikan aktivitas sosial ekonomi masyarakat karena tingkat pembakaran lahan dan hutan serta penggunaan energi yang sangat besar, diiringi juga oleh tingkat pertumbuhan populasi penduduk dunia yang meningkat tinggi serta diiringi juga penghancuran hutan hijau non pembakaran yang menjadikan malapetaka kabut asap tiap tahun pada era global saat ini, akibat berkurangnya tenaga penyerap emisi karbon.
Budaya kehancuran hutan kini bukan persoalan bangsa Indonesia tetapi masyarakat dunia juga punya andil dalam melakukan pembiaran politik emisi lingkungan, masyarakat dunia wajib memikirkan hal ini, bukan menekan negara berkembang yang dituding sebagai pemicu perubahan iklim global, dan khususnya Indonesia faktor pembakaran hutan dan lahan dan penghancuran kawasan hijau hutan dan taman hutan terbuka sudah harus di kendalikan melalui sistim ”tangan besi”. Sebabnya, beberapa aturan yang mengikat ternyata belum mampu memberikan efek jera kepada pelaku penghancuran kondisi lingkungan. Terlihat bencana kabut asap berulang kembali dimana-mana di wilayah Republik Indonesia, dan mungkin lebih buruk dibandingkan dengan kejadian kabut asap tahun 1997.
Perubahan kondisi lingkungan geosfer dan pemanasan global semakin tinggi telah memberikan dampak yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan bumi, karena telah mempengaruhi iklim bumi di kawasan khatulistiwa yang berdampak juga pada sistim pertumbuhan ekonomi global dikawasan Asia Tenggara, daya dukung alam dan aktivitas sosial kesehatan kehidupan manusia yang semakin menurun, dan sepertinya selaras mengikuti krisis ekonomi global di Asia Tenggara.
Perubahan iklim yang sangat tinggi khususnya di kawasan Asia Tenggara lebih banyak dipicu oleh peningkatan emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh aktivitas manusia melalui pembakaran hutan dan lahan, lalu kebakaran hutan-hutan di kawasan gunung api aktif oleh faktor alam yaitu masuk musim kemarau, dan terjadi juga oleh faktor sekunder seperti pada harta milik manusia yaitu mengalami kebakaran rumah, mall dan gedung oleh dampak penggunaan yang berlebihan pada peralatan teknologi dan lain-lain sehingga menimbulkan resiko krisis ekonomi untuk melakukan refund ekonomi dengan biaya sangat tinggi.
EFEK POLUSI
Efek perubahan kondisi geosfer seperti efek polusi asap ke lingkungan selama Bulan September berlanjut ke bulan Oktober 2015 ini telah mempengaruhi beberapa elemen pertumbuhan ekonomi, transportasi, kesehatan dan pendidikan serta destinasi pariwisata. Pertumbuhan ekonomi terjadi penurunan omzet keuntungan perdagangan, karena masyarakat membatasi aktifitas diluar rumah, berkurangnya daya beli masyarakat, naiknya harga kebutuhan pokok akibat gagal panen dampak perubahan iklim global yang dipicu el nino dan juga oleh rusaknya lapisan ozon sehingga radiasi bebas langsung ke bumi dapat menyebabkan pertumbuhan hasil pertanian menjadi merosot, masyarakat lebih fokus pada penghematan untuk imbangan biaya pemeliharaan kesehatan.
Selain faktor ekonomi bidang perdagangan, sarana perhubungan darat, udara dan laut mengalami gangguan jarak pandang akibat polusi asap yang sangat tebal dan pekat, merugikan pengguna sarana (penumpang), membuang waktu, pikiran dan tenaga sehingga pihak operator perjalanan penerbangan mengalami kerugian ekonomi biaya yang sangat tinggi serta modal balik tak mampu menutup anggaran pengeluaran sehingga definisit. Banyak perusahaan penerbangan mengalami delay, kerusakan mekanis dan dampak ikutan lainnya yang mungkin timbul seperti pengurangan jam kerja dan pemutusan hubungan kerja jika efek kabut asap tebal berlangsung berhari-hari dan kadang bisa mencapai sebulan dan bulan september ini saja ditemukan lebih 1.427 titik panas atau hot spot di berbagai kota di Sumatera dan Kalimantan.
Data BNPB (11-12 September), menyebutkan jumlah sebaran titik api hampir menyebar merata di Sumatera dan Kalimantan dan diperparah oleh kebakaran hutan di beberapa gunungapi di Indonesia sehingga bahaya efek polutan asap gunungapi dapat menambah tekanan tinggi bagi tingkatan kepekatan atau ketebalan kabut asap di lapisan geosfer Indonesia dan Asia Tenggara. Sebagian wilayah Indonesia berkabut oleh fenomena kebakaran lahan dan hutan (karlahut) mencapai 75 %, jadi sebaran polusi asap terdapat dimanan-mana selain Kalimantan dan Sumatera, terdapat juga di Jawa akibat kebakaran musim kemarau dan aktivitas vulkanik, dan Sulawesi oleh akibat aktivitas vulkanik, sedikit juga di Papua oleh dampak El Nino, dan data BMKG, menyebutkan angin lebih berarah ke utara kawasan Asia. Berarti hal ini akan menyelimuti kawasan udara Indonesia mencapai 60 persen, tidak mengherankan beberapa jadwal penerbangan mengalami gangguan terselimuti polusi kabut asap bisa berlangsung lebih dua hari.
Paling rugi akibat polusi kabut asap ke lingkungan adalah Indonesia, efeknya dapat juga menyebabkan krisis ekonomi global di kawasan Asia Tenggara dengan terkendalanya mobilisasi perdagangan dan transportasi untuk mencapai tujuan tertentu. Sebab, kabut asap adalah fenomena bagian dari integrasi pertumbuhan ekonomi khususnya dalam pemanfaatan lahan untuk investasi perkebunan, dan pertambangan dalam hutan. Dan hutan adalah sumber daya devisa ekonomi yang dimanfaatkan hasil olahannya secara berlebihan, dibakar dan dihancur lalu menjadi senjata makan tuan.
SENJATA MAKAN TUAN
Apakah manusia sudah lupa? Kadang kabut asap bisa menjadi senjata makan tuan, siapa yang membakar, menghancurkan dan membiarkan terlantar kondisi lingkungan rusak maka akan ada dampak yang dirasakan seperti berbagai jenis penyakit bagi kesehatan manusia dan kesehatan bumi, lihatlah hal ini berlangsung di Sumatera dan Kalimantan, telah menimbulkan berbagai jenis penyakit, tingkat kebutuhan primer semakin tinggi akibat naiknya harga bahan pokok dampak dari kesulitan transportasi logistik.
Senjata makan tuan bagi pemerintah Indonesia dilihat dari sudut kebijakan ekonomi, akan tampak pada hilangnya kemampuan pemerintah untuk mendapatkan pembayaran karbon emisi, karena tidak mampu mengurangi target emisi, membutuhkan dana besar untuk reklamasi lingkungan hijau yang rusak dengan menguras cadangan devisa, krisis ekonomi jilid sekian berikutnya tinggal menghitung hari, adanya biaya-biaya sosial yang tak terduga akibat dampak kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global yang dipicu langsung oleh berbagai kebijakan pemerintah RI.
Dari sudut sumber daya ruang, akan ada beberapa sumber daya yang akan hilang, sebutan negara kepulauan terbesar dunia hanya tinggal di test book, kupulan emisi asap diatmosfir itu akan mengubah berbagai elemen iklim di bumi dan dapat mengganggu ketinggian air permukaan laut akibat terpicu global warning di beberapa pulau-pulau yang memiliki ketinggian topografi dan batimetri rendah akan tenggalam, hilangnya rantai sumber daya kelautan, poros maritim yang gencar digemakan mungkin tinggalkan sebuah ruang yang mirip ”pepesan kosong”, berkurang luasnya sumber daya ekonomi eksekutif yang sangat ekslusif tapi tak mampu dijaga termasuk sumber daya udara yang terkontaminasi oleh berbagai ”kotoran hitam jerabu”, akibat kejayaan sumber daya udara hanya tinggal kenangan, maskapai penerbangan negara lain melaju seenaknya diatas kepala orang Indonesia akibat kelalaian dan sibuk memperioritaskan pembangunan yang kadang urgensinya hanya dinikmati oleh pemegang kekuasaan.
Selain itu, mempengaruhi pemulihan kondisi lapisan ozon terutama kondisi geosfer Indonesia dalam mengendalikan bencana tersembunyi yang belum terdeteksi dan mungkin menghasilkan jenis bencana baru yang belum diketahui, tatanan global dan pemanasan global akan terasa sangat lama pulih dan target pengurangan emisi sebesar 45 persen hingga tahun 2020 cuma manis dibibir.
Manusia saat ini menikmati berbagai masalah diaspora lingkungan dari atmosfir, tercatat di Riau, Jambi, Sumsel, dan Kalimantan terdapat 12.147 orang terserang penyakit ISPA, sebuah ironi yang menghasil pengurangan pendapatan ekonomi karena ada biaya imbangan kesehatan baik dari pemerintah dan masyarakat itu sendiri.
Derita kabut asap benar-benar merugikan kita semua, dan jagalah lingkungan dengan memperkuat mental untuk tidak merusak lingkungan.

M. Anwar Siregar
Enviromentalist Geologist, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer
Sudah dipublikasi di http://analisadaily.com/lingkungan/news/efek-polusi-asap-ke-lingkungan/180284/2015/10/18

No comments:

Post a Comment

Related Posts :