Oct 19, 2016

Hari Lapisan Ozon, Kembalikan Hutan ke Lingkungan Hijau

HARI LAPISAN OZON, KEMBALIKAN HUTAN KE LINGKUNGAN HIJAU
Oleh M. Anwar Siregar
Hutan Indonesia sampai saat ini masih mengalami tingkat kerusakan yang sangat tinggi, serta penurunan daya dukung habitat yang semakin luas, yang di kuras secara terus menerus sehingga menimbulkan berbagai efek bencana ekologis dan geologis. Sudah banyak usaha aksi yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat dan lembaga survey untuk menata dan mendata terhadap luasan hutan Indonesia dengan berbagai laporan yang memperingatkan kepada pemerintah daerah agar menelaah usaha kelestarian lingkungan hutan dalam mencegah berbagai jenis bencana ikutan.
Dalam rangka memperingati hari mempertahankan Lapisan Ozon bulan September, perlu diingatkan terus menerus kepada kita agar subtansi kehidupan hutan benar-benar harus dijaga, karena kondisinya saat ini telah diambang kritis, hutan Indonesia merupakan hutan berperan penting sebagai paru-paru dunia, yang berperan penting dalam pengendalian kerusakan lapisan ozon yang luasannya telah mencapai sepanjang luas Benua Eropa, hutan Indonesia merupakan gambaran kekuatan alam yang ada dikhatulistiwa sehingga wilayah Indonesia dapat dianggap gambaran Zamrud Khatulistiwa yang membentang indah di bumi wajib dipertahankan agar kesinambungan sumber daya alam tetap lestari.
HUTAN MANGROVE
Sampah merupakan sisa buangan yang tidak terpakai oleh aktivitas manusia, industri dan kendaraan dalam bentuk benda padat. Sisa buangan sampah yang semakin meningkat akan menambah volume sampah yang dihasilkan akan menambah masalah, bau tak sedap, tempat sumber berbagai penyakit dan mengurangi nilai estika di lingkungan, hasil penghancuran hutan salah satu sumber petaka yang terbawa dalam bencana lingkungan hutan, yang banyak tersebar di sungai-sungai hingga ke muara laut serta pemukiman penduduk, ingat bencana banjir Bahorok salah satu bencana banjir maut akibat kebusukan hati nurani yang memanfaatkan sumber daya hutan secara membabi buta.
Berbagai jenis sumber daya hutan yang dapat di daur ulang untuk mempertahankan lapisan ozon yang memiliki nilai ekonomis dan budidaya hutan-hutan di pantai dapat mengendalikan bencana abrasi dan tsunami, misalnya distribusi hutan mangrove dan nilai ekonominya bagi masyarakat. Hasil penelitian Pieter van Eijk dan Femke Tonneijck dari Wi-HQ (sumber dari berbagai Media) menyebutkan kelestarian hutan mangrove berjalan seiring dengan pendapatan masyarakat. Alasannya adalah karena mangrove dapat menjaga kelestarian alam dan keanekaragaman hayati. Maka, dengan menjaga hutan mangrove masyarakat dapat memanfaatkan hasil alamnya berupa pembibitan ikan, pengakaran rumput dan lain-lain secara maksimal.
Selain itu, mangrove dapat mereduksi resiko bencana, menyerap karbon dan zat beracun dari air, meningkatkan salinitas air. Ini mengapa mangrove krusial bagi pembangunan berkelanjutan. Lebih lanjut hasil penelitian tersebut, Mangrove sebagai natural water purification syatem yang mempresentasikan hanya 1 % dari total hutan tropis dan lahan basah, tetapi juga menyerap 25 % karbon dunia. Pengembangan ekonomi mangrove sangat luas bagi daur ulang oksigen, mulai dari mempertahankan konservasi hutan menjadi daerah tujuan ekoturisme, sumber alam, produk farmasi dan bioteknologi. Mangrove juga melindungi pesisir alami melalui tiga proses, yaitu redaman gelombang, kenaikan elevasi dan reduksi erosi pesisir. Maka mari menjaga kelestarian Hutan mangrove yang tersebar di pesisir Pantai Indonesia.
HUTAN-OZON
Kerusakan hutan di Aceh, Riau dan Kalimantan karena kurangnya perhatian serius dari penyelenggara kelestarian hutan terutama Pemerintah Daerah yang seharusnya bertanggung jawab atas kelestarian hutan serta lingkungan hidup.
Kondisi kerusakan hutan di Indonesia sudah sangat tinggi dalam hal ini pemerintah harus lebih ekstra untuk memastikan ada upaya rehabilitasi karena kawasan hutan, produksi dan budidaya serta kawasan-kawasan hijau di hutan harus ditelaah kembali penataannya, peruntukkan serta pemanfaatan izin HPH yang ada agar kondisi hutan yang semakin parah laju kerusakan dapat terpelihara dengan baik, sehingga dapat mempertahankan ketahanan lapisan ozon di atas garis khatulistiwa di wilayah darat dan laut serta udara/atmosfir Indonesia.
Sebab, dalam menghadapi perubahan iklim di Indonesia, kondisi hutan saat ini jauh dari tingkat yang kadar kesehatan lingkungan yang baik, karena Indonesia merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia, semakin buruk oleh dampak suplai asap, CO2 ke udara yang dapat mencapai 1 milyar ton kubik. Maka jelaslah Indonesia menghadapi berbagai dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim global, peningkatan panas global, peningkatan suhu panas bumi di lautan berdampak pada ketinggian beberapa pulau-pulau vulkanik dan non vulkanik di pesisir samudera Indonesia karena diperkirakan dapat mencapai 100 cm pada tahun 2100 (sumber WWF Indonesia).
Jika kondisi hutan terpelihara dengan optimal, dapat memberi efek domino yang positif bagi perkembangan kesehatan lingkungan di Indonesia, mengendalikan tingkat kerusakan lapisan ozon, mensuplai kebutuhan oksigen serta menyerap CO2 dari atmosfir guna mengurangi hujan asam, karena itu pelestarian hutan sangat penting dalam menyelamatkan hutan yang semakin rusak oleh elemen sistimatis.
Disisi lain, Hutan-hutan di Indonesia memiliki bermacam isu yang berbeda-beda serta berhubungan dengan lingkungan hutan terhadap pemanasan global, yang sangat dipengaruhi oleh pengadaan pembangunan infrastruktur serta kegiatan manusia yang memuculkan krisis lingkungan terutama dalam aspek untuk mempertahankan laju kerusakan ozon. Perubahan iklim di Indonesia sudah sangat kentara dengan meningkatnya temperatur udara dalam lima tahun terakhir akibat laju deforestasi saat ini telah mengancam luas Tutupan Hutan di Pulau Sumatera diperkirakan sekitar ± 13 Juta ha atau 30 % dengan luas kerusakan mencapai 48 %, oleh perubahan peruntukan pembukaan lahan perkebunan.
Di Kalimantan, luas Tutupan Hutan mencapai sekitar 21 Ha atau 36 persen dengan laju kerusakan mencapai 32 persen akibat perubahan peruntukan perkebunan dan pertambangan. Akumulasi isu kerusakan hutan telah mempengaruhi kondisi dinamika cuaca di pesisir pantai kedua Pulau Besar Indonesia, yang diperlihatkan oleh kemampuan daya serap oksigen laut Indonesia semakin merosot untuk mendaur ulang efek radikal pembakaran hutan dengan memperpendek musim hujan di semua jenis hutan tropis yang ada di Indonesia serta meningkatkan intensitas curah hujan terbatas di beberapa wilayah darat dan pendalaman. Kondisi ini juga mempengaruhi distabilisasi kekuatan tanah terutama banyak terjadi longsoran di daerah yang dikategori stabil, telah mengubah kondisi air, daerah resapan air serta kelembaban tanah yang akhirnya mempengaruhi ketersedian air di sektor pertanian.
PROGRAM EFEK OZON
Menjaga lapisan ozon berarti menjaga investasi lingkungan hutan dalam mencegah bencana universal, mencegah potensi kerugian kesehatan diri dan lingkungan, infrastruktur dan terutama mencegah berkurangnya potensi sumber daya pangan.
Penulis membagai Program menjaga lapisan ozon dapat dibagi tiga yaitu Pertama, Program Pelestarian Laut, yang terdiri pelestarian hutan mangrove, pelestarian Terumbu Karang dan Pelestarian sumber daya pesisir pantai-laut dipulau-pulau kecil di Samudera Indonesia dari berbagai bencana limbah beracun seperti B3 dan Radiasi Nuklir. Kedua, Program Lestarikan Air-Hutan dan Tanah dari ancaman Efek Rumah Kaca, CO2, Hujan Asam dan Penggundulan Hutan, dibagi tiga yaitu Berdayakan Sumber Pangan Lestari di Pekarangan dan hidupkan lahan hijau, Berdayakan Konservasi Taman Hutan Kota dan Perumahan serta Berdayakan Efektivitas Biopori Air untuk mengendalikan kerusakan tata ruang air dalam mencegah berkurangnya daerah resapan air serta dapat mencegah terbuangnya air secara percuma di permukaan bumi dan juga mengendalikan bencana banjir tahunan.
Ketiga, Program Manajemen Ketahanan Sumber Daya di Geosfer yang dapat disesuai dengan kondisi tata ruang udara dan lingkungan berupa Ketahanan Ekosistem Berkelanjutan terhadap anomali iklim global, dan Manajemen Ketahanan Sumber Daya Manusia dalam mempersiapkan ketahanan teknologi dan pengetahuan untuk mengurangi dampak lapisan ozon bagi kehidupan manusia serta Manajemen Tata Ruang Berwawasan Lingkungan dalam menghadapi perkembangan dinamika alam di bumi.
M. Anwar Siregar
Enviromental Geologist, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi-Geosfer

No comments:

Post a Comment

Related Posts :