11 Nov 2015

Potensi SDM Terabaikan

TAJUK PALUEMASGEOLOG 2


POTENSI SDA DAN SDM TERABAIKAN


Masuk periode bulan November tahun 2015 ini, kita dihadapi berbagai persoalan bangsa Indonesia, mulai dari utang-utang luar negeri yang menggunung, musibah berbagai jenis bencana alam dan bencana kemanusiaan, serta peningkatan kemiskinan dan pengangguran terus meningkat dan kriminalisasi menjadi berita setiap hari.



Pertumbuhan ekonomi yang melambat sekitar 4.3 persen imbas dari gejolak ekonomi global serta semakin rendahnya daya saing industri dan diperparah oleh situasi dalam negeri antara lain bencana alam geologi dan ekologi serta kemanusiaan dampak dari kebijakan pemerintah yang memprioritaskan pencapaian ekonomi setinggi mungkin sehingga banyak potensi lain masih terabaikan.



Potensi-potensi ini dapat mengembalikan kedaulatan Indonesia yang berasal dari pemanfaatan sumber-sumber kekayaan alam Indonesia antara lain sumber daya bahan tambang dan panas bumi sumber daya energi kelautan dan sumber daya hutan serta potensi sumber daya kelautan berupa potensi energi kelautan dan investasi wisata bahari dan perikanan serta pengembangan teknologi maritim



Potensi sumber daya ini masih terabaikan, sehingga potensi ini masih dikuasai negara asing. Indonesia harus bangkit untuk menguasai kekayaan alamnya. Potensi panasbumi yang cukup besar perlu dimanfaatkan secepatnya dengan menerapkan feed in tariff diwilayah yang sulit di jangkau oleh jaringan PLN atau yang diperkirakan masih lama akan terjangkau oleh jaringan PLN. Dapat dipertimbangkan pembatasan waktu berlajutnya FIT bagi rekanan kontraktor semisalnya masa operasi 20 tahun.

Begitu juga Energi Laut, begitu luas dan panjangnya laut Indonesia namun potensinya baru dimanfaarkan dibawah 12 persen. Tidak salah jika kementerian ESDM mengusulkan lebih keras agar pemanfaatan sumber daya energi kelautan dapat dioptimalkan mengingat potensi ini dapat menghasilkan energi listrik sebesar 727.000 MW.

Begitu juga di Prov Sumatera Utara. Potensi energi terbarukan di sumut cukup banyak seperti, Energi panas bumi, air, surya, biomassa dan biogas. Potensi panas bumi Sumut nomor dua terbesar di Indonesia dengan potensi sekitar 5000 MW, dan tenaga air bisa dikembangkan mencapai sekitar 3.100 MW.

Energi biomassa yang dapat dikembangkan sebagai sumber energi alternatif anatara lain, tandan kosong kelapa sawit. Sumut memiliki 1.045.713,28 ha lahan kelapa sawit, dengan produksi tandan kosong kelapa sawit 3.159.784 ton.

Pertimbangan yang perlu dipikirkan adalah Indonesia telah menjadi negara importir besar di bidang energi. sebagai pembanding bahwa India dan China dikatakan mungkin hanya akan mengimpor dibawah 10 persen, tetapi Indonesia pada 2008, diprediksi sudah mencapai 40 persen. ”Energi kita masih sangat tergantung pada energi fosil sehingga makin membumbungnya subsidi,” katanya. Ini terjadi karena belum dimilikinya kebijakan dan strategi energi jangka panjang. Ditambah lagi penelitian energi alternatif khususnya bioenergi belum ditempatkan sebagai faktor utama energi masa depan.

Potensi SDM indonesia juga menimbulkan sebuah ironi, ketika terjadi musibah bencana alam yang menimbulkan bencana kemanusiaan yaitu terjadi peristiwa bencana kabut asap. Kita sudah mengetahui, kalau terjadi kabut asap akan menambah kerugian bagi siswa, karena akan ada "cuti asap", sejumlah pelajar mengalami kendala dalam mengejar keteringgalan IPTEK, ada yang meninggal, ada sakit ISPA. Ini salah satu cara pembelajaran pembodohan SDM.

Sumber daya alam dan sumber daya manusia tidak berimbang dengan kebutuhan ekonomi masyarakat. MPR/DPR RI, Presiden, dan pejabat pemerintah lainnya kadang kurang untuk menggaji para pegawai. Mengapa pendapatan bisa berkurang? Kita bisa melihat realita yang terjadi akhir-akhir ini, banyak pejabat yang berkedudukan tinggi bertindak korupsi. Di mana korupsi merugikan orang banyak dan merampas hak asasi manusia. Tindakan presiden telah tegas menetapkan undang-undang tentang korupsi. Dengan lantang presiden menyatakan bahwa  barang siapa berkorupsi pasti dikenakan sangsi/hukuman pidana seadil mungkin.
Untuk itu, sebaiknya presiden Republik Indonesia mulai mengubah sistem pemerintahan agar hutang negara dapat terlunaskan dan membuat rakyat menjadi makmur tidak serba kekurangan. Presiden harus memilih para anggota kabinetnya yang berkualitas bukan dari kepintarannya saja melainkan dari aspek kredibilitas, konsistensi, dan tanggung jawabnya dalam pekerjaannya. Indonesia mempunyai kecerdasan yang tidak kalah jauh dengan negara luar.

Buktinya banyak pelajar dan para ahli dari Indonesia yang ketika menuntut ilmu dari luar negeri selalu bahkan banyak yang berada di atas angin dari tingkat kemampuan berfikirnya. Tentu saja bangsa Indonesai sangat bangga sekali karena mempunyai banyak generasi yang cerdas dan berkualitas. Hanya saja yang perlu mendapat sorotan kita kenapa ketika mereka dihadapkan pada persoalan bangsa Indonesia , terutama masalah hutang luar negeri, kemampuan mereka seakan buntu dan malah para ahli ekonomi pun seakan bingung mencari jalan keluar, untuk membawa bangsa ini bebas dari lilitas hutang. 

Mantan presiden Republik Indonesia Megawati Sorkarnoputri pernah mengatakan bahwa hutang Indonesia disebabkan oleh para anggota dewan yang tidak maksimal dalam mengatur hasil pendapatan. Bahkan pemerintah hanya terus berusaha untuk menambah hutang lagi. Tidak pernah ada upaya-upaya cerdas yang lebih baik untuk meningkatkan pendapatan bangsa yang lebih maksimal. 

Para pejabat pemerintah seperti DPR/MPR dan para menteri setiap bulan mendapatkan gaji yang sangat banyak sekitar 25 hingga 45 juta. Itupun masih dilengkapi dengan fasilitas sehari-hari yang nyaman seperti rumah mewah dan mobil pribadi. Sungguh tidak adil bagi rakyat menengah ke bawah. Sedangkan gaji pegawai rendahan hanya sekitar kurang lebih 2 juta. Apalagi kalau kita menengok secara riil kehidupan masyarakat kelas bawah, berapa pendapatan mereka tiap bulannya. Tentu sangat memprihatinkan, sehingga banyak masyarakat miskin semakin miskin dan tak mampu menyekolahkan anak mereka.

Demikian perlu direnungkan...ditingkatkan dalam bentuk implementasikan kesejahteraan.
 


10 Nov 2015

Sumber Daya Diri

TAJUK PALUEMASGEOLOG 1


DIRI, TATA RUANG DAN LINGKUNGAN SERTA SUMBER DAYA

Bencana terus mengancam dan silih berganti bagaikan arisan ibu-ibu, datang tanpa permisi dan pergi tanpa permisi, lalu ditinggalkannya berbagai kerusakan, korban dan kepedihan yang mendalam.

Kita harus merenungkan untuk mempersiap kapasitas mental dalam mengevaluasi segala yang telah diperbuat, DIRI, TATA RUANG DAN LINGKUNGAN SERTA SUMBER DAYA, ada batas daya dukung.

Revolusi mental yang digemakan Joko Widodo, PRESIDEN RI, pantas untuk direnungkan dan diimplementasikan dalam kehidupan dan berkarya, karena bangsa ini seharusnya tidak mundur kebelakang dalam mengejar ketertinggalannya dalam berbagai bidang pembangunan fisik, manusia dan ruang tempat kita tinggal.

Diri, perlu direnungkan, apa yang sudah diperbuat dalam mengendalikan bencana kabut asap yang sering hadir setiap tahun? Pertumbuhan Ekonomi yang tidak selaras dengan bencana yang hadir menghantui generasi penerus... merosotkon kualitas sumber daya manusia dan sumber daya alam atau lingkungan...

Tata ruang, begitu mudahnya kita menghancurkan apa yang telah disusun, dipetakan dan diundangkan namun masih juga menghasilkan musibah bencana lingkungan, lihatlah banjir mulai hadir datang menerjang ke pemukiman yang dianggap aman dari kiriman banjir dapat hadir tanpa permisi, banjir terjadi karena keegoisan dalam mengejar investasi ekonomi tanpa mempersiapkan perisai investasi seperti menghancurkan daerah ruang hijau terbuka, taman-taman berubah menjadi lokasi pemukiman berbeton indah namun dapat menghasilkan maut karena ketidakadan ruang bernapas bagi tanah dan pohon.

Sumber daya, alam/mineral dan dapat kita lihat terus mengalami penghancuran dengan keuntungan hanya dapat dinikmati oleh segelintir orang dan hanya menimbulkan banyak nestapa bagi negeri ini karena sumber daya kekayaan alam banyak lari ke luar negeri dampak kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyatnya sendiri.

Sudah saat kita bangkit dan berdaulat atas segala sumber daya kekayaan bangsa ini, kita begitu susah mendapatkan kemerdekaan sekarang malah terjajah kembali akibat kebijakan yang lebih banyak menguntungkan pihak luar. Bangsa Indonesia harus berani dan tegar menghadapi serangan kapitalisme demi kesejahteraan rakyat.


paluemasgeolog, menyuarakan aspirasi rakyat Indonesia...dan dunia untuk hidup damai


Doping Mental Bulutangkis

9 Nov 2015

Belum Habis Asap Banjir Datang


Gambar : Medan Banjir, sedangkan Kabut Asap kiriman dari Tetangga masih belum hilang, banjir yang terjadi di salah satu sudut kota Medan di Sp Limun (Foto Penulis).

BELUM HABIS ASAP DATANG BANJIR
Oleh M. Anwar Siregar
 
Mari kita lihat bagaimana pemerintah mengatasi kabut asap dan bencana banjir yang sudah melanda beberapa kota walau hujan hanya ”sesaat”

Pembangunan saat ini, lebih memfokuskan pada pencapaian ekonomi, terlihat dari eskalasi pemanfaatan sumber daya alam—yang menimbulkan bencana kabut asap dan pencemaran ke lingkungan di udara, air, tanah dan keanekaragaman hayati, sumber daya alam—bukanlah sesuatu yang dapat digunakan secara berlebihan sehingga menimbulkan masalah lingkungan dan tata ruang hijau.
Jika selama ini konsep pembangunan berkelanjutan diyakini sebagai suatu prinsip yang memperhatikan daya dukung lingkungan, dan menjamin masa depan kehidupan manusia, maka penerapan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi, dan akuntabilitas menjadi sangat penting. Selama ini aktualisasi dari prinsip-prinsip tersebut secara efektif memang belum mampu menjawab permasalahan tingginya laju degradasi lingkungan. Karenanya negara selaku pelaku mesti bertanggungjawab atas terjadinya bencana ekologi yang kian massif. Dan terbukti kabut asap selalu datang hadir dalam lingkungan bumi Indonesia, bukan sekedar ”menyapa” tapi mencemoohkan dalam bentuk bencana ekologi.
Percayalah, belum habis bencana ekologi kabut asap dipastikan pada akhir dan awal tahun ada kemungkinan bencana ekologi akan terjadi. Tunggu tanggal mainnya karena ini merupakan sebuah ”film alam” yang sudah didokumentasi teratur. Siapkan saja modal biaya tak terduga yang akan muncul ”main” di kota Anda.

Kelanjutan Asap
Indonesia adalah salah satu negara yang menandatangai deklarasi pembangunan berkelanjutan—salah satu sasarannya menjamin kelestarian lingkungan dengan mengintegrasi prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan program ataupun mengurangi hilangnya keanekaragaman hayati serta mengurangi setengah proporsi penduduk tanpa akses keberlanjutan terhadap pemanfaatan air minum yang aman serta salinitas lingkungan bersih.
Pembangunan yang menghasilkan kabut asap berkelanjutan biasanya berhubungan dengan kawasan hijau—seperti terjadi di Sumatera Selatan, Riau, Jambi dan Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat—merupakan eskalasi pencaplokan kawasan hijau mencapai ratusan hektar dengan metode pembakaran kolektif. Ditambah lagi dengan melakukan penghancuran ruang sempadan hijau antara lokasi yang mengandung bahan tambang dengan lokasi sumber daya hutan primer melalui berbagai cara. Antara lain meregulasi izin luas konsesi hutan, mengubah aturan kebijakan berbagai UU lingkungan, tata ruang dan kehutanan dengan menekan perubahan peruntukan tata ruang dan urusan di balik ”mental”.
Faktor utama mengapa kabut asap belum pernah tuntas setiap tahun hadir, adalah etika kebijakan pemerintah dalam mengatur tata ruang pertambangan, perkebunan dan kawasan hutan lindung yang saling tumpang tindih. Kebijakan pemerintah banyak ”membunuh” ruang-ruang hijau, terlihat hampir merata di berbagai kota di Indonesia. Ratusan hektar hutan dikorbankan hanya untuk pencapaian ekonomi kapitalis yang keuntungannya hanya dapat dinikmati segelintir orang.
Namun bencana kabut asap lebih banyak dinikmati masyarakat luas akibat penyebaran ke udara mencapai berton-ton miliar emisi, implikasinya di berbagai bidang sosial dan kesehatan kini semakin terasa. Indonesia semakin kehilangan luasan hektar lahan hutan, meningkatnya derajat keasaman air hujan dan terjadinya penurunan tingkat kesuburan tanah serta peningkatan suhu rata-rata di kota besar meningkat 0.5 derajat per tahun menjadikan suhu bumi semakin panas.
Keyakinan masyarakat menyebutkan, kelanjutan kabut asap 2015 akan lebih parah dibandingkan tahun 1997, dimana hutan Indonesia dijerabu mencapai 2 juta hektar secara langsung melalui metode pembakaran lahan dan hutan—selain kebakaran alamiah seperti kemarau di beberapa kota di Pulau Jawa sehingga mengantarkan bangsa Indonesia sebagai negara penghasil emisi karbon ”terbaik” pertama di muka bumi dengan ”mengalahkan” China.
Yang menjadi pertanyaan kita, untuk apa pemerintah mengikuti forum lingkungan, iklim dan energi jika standar pengendalian bencana emisi yang berasal dari penghancuran lingkungan namun tidak mampu mencegah sedini mungkin. Untuk apa ikut meratifikasi berbagai peraturan politik lingkungan internasional dan berbagai persoalan lingkungan serta kehutanan lainnya jika masih menghasilkan berton-ton kelanjutan kabut asap, emisi dari berbagai sumber? Apakah benar pada setiap periode pemerintahan berganti terdapat model pembangunan ekonomi hijau, laut biru atau istilah lainnya? Kenyataan kita lihat hampir di seluruh tanah air yang terjadi adalah penghancuran ruang.
Sebuah ruang saat penting sebagai sumber aktivitas bagi manusia, ruang adalah bagian sumber daya yang harus dijaga, yang meliputi semua aspek yang ada di permukaan bumi atau alam semesta. Harus ada keselarasan, namun yang terjadi Indonesia saat ini adalah kabut asap dan banjir, dua bencana lingkungan yang merupakan lagu klasik dengan aransemen selalu berubah dengan datang silih berganti.

Pembangunan Ekonomi Coklat
Pembangunan energi yang meningkat itu juga telah menimbulkan efek bagi ruang, merupakan bagian dari sumber daya alam yaitu adanya peningkatan laju urbanisasi di kota besar. Maka tidak mengherankan, begitu banyak sumber ”energi emisi” yang selalu terus meningkat mengotori ruang udara di kota-kota besar di Indonesia lalu menghasilkan sumber bencana baru yaitu: bencana pencemaran tanah dan air bersih.
Penggunaan energi, penghancuran hutan dan pencemaran air dan udara serta tanah di bumi tersebar merata di atas dan di bawah permukaan bumi Indonesia sehingga menimbulkan kesan pembangunan ekonomi coklat berkelanjutan karena telah menimbulkan berbagai macam efek bagi keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
Gambar : Pembangunan Ekonomi Coklat yang menghasilkan asap berkabut di mana-mana
(sumber : Tribun Regional)

Berbagai kajian juga menyebutkan dan memberikan kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi konvensional telah menyebabkan deforestasi hutan akibat permintaan dan pemanfaatan sumber daya lingkungan dari hutan yang melebihi ketersediaan yang terbatas, telah menyebabkan kerusakan hutan semakin meningkat. Bahwa kabut asap dari pembakaran hutan ada hubungan dengan pertumbuhan ekonomi terutama akses pembukaan lahan perkebunan dan pertambangan.
Kajian ini menyebutkan juga bahwa pembukaan lahan perkebunan memerlukan investasi lahan yang luas, menggerus sumber-sumber daya yang ada dalam kawasan hijau berdampak negatif terhadap iklim investasi dan perdagangan, mengurangi pertumbuhan ekonomi serta menciptakan distorsi dalam pengeluran anggaran pemerintah untuk sektor publik, yang pada gilirannya dapat menaikkan tingkat kemiskinan.
Persoalan pembangunan ekonomi coklat yang menghasilkan bencana ekologi ini semakin parah jika izin akan dipermudahkan. Salah satunya adalah faktor mental dalam menjalankan konsistensi aturan. Hanya untuk mendapatkan investasi yang besar pemerintah jangan mengorbankan lingkungan hijau terutama hutan Indonesia sebagai paru-paru dunia. Dan mari kita lihat bagaimana pemerintah mengatasi kabut asap dan bencana banjir sekarang sudah melanda beberapa kota walau hujan hanya ”sesaat”, hanya untuk mengejar keuntungan investasi.

Datang Banjir
Sudah terbukti, belum habis kabut asap, telah datang banjir kecil sebagai pemanasan di beberapa kota besar di Indonesia. Karena beberapa hari lalu, jelang akhir September dan awal Oktober 2015 hujan deras melanda kota besar Medan, sebagian wilayah udaranya kebetulan juga terkena dampak kabut asap, mengingatkan penulis dari literatur gambar letusan gunungapi Tambora, Medan bagaikan sudah masuk malam.
Dua bencana itu membuktikan pemerintah belum sanggup mengatasi pembangunan yang berbasis natural dan man made disaster di kota besar di Indonesia. Jika tidak, maka Medan tidak akan mengalami bencana kabut asap terutama khususnya bencana banjir. Pembangunan tata ruang drainase yang sangat buruk, pembelajaran siklus alam yang tanda-tandanya datang teratur ternyata tidak diantisipasi dengan baik dari pengambil kebijakan untuk membangun infrastruktur tata ruang fisik yang lebih baik. Maka muncullah sungai-sungai kecil yang suatu saat menjadi ganas.Menyusul sekarang Bandung, sebentar lagi Jakarta, Semarang dan Manado. Jadi siapkan modal biaya kesehatan karena akan berlangsung ”film bencana alam” di kota Anda
Oleh M. Anwar Siregar
Penulis adalah Enviromnetalist Geologist, Bekerja Di Tapsel.

Diterbitkan HARIAN WASPADA MEDAN
http://www.waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=44683:belum-habis-asap-datang-banjir-&catid=59:opini&Itemid=215

Efek Asap Ke Lingkungan


Kabut asap pekat melanda Banjarmasin, (Sumber : Banjarmasin Post/Faturahman)


EFEK POLUSI ASAP KE LINGKUNGAN
M. Anwar Siregar
 
Pencemaran polusi asap ke lingkungan merupakan kesan sampingan yang sangat merugikan aktivitas sosial ekonomi masyarakat karena tingkat pembakaran lahan dan hutan serta penggunaan energi yang sangat besar, diiringi juga oleh tingkat pertumbuhan populasi penduduk dunia yang meningkat tinggi serta diiringi juga penghancuran hutan hijau non pembakaran yang menjadikan malapetaka kabut asap tiap tahun pada era global saat ini, akibat berkurangnya tenaga penyerap emisi karbon.
Budaya kehancuran hutan kini bukan persoalan bangsa Indonesia tetapi masyarakat dunia juga punya andil dalam melakukan pembiaran politik emisi lingkungan, masyarakat dunia wajib memikirkan hal ini, bukan menekan negara berkembang yang dituding sebagai pemicu perubahan iklim global, dan khususnya Indonesia faktor pembakaran hutan dan lahan dan penghancuran kawasan hijau hutan dan taman hutan terbuka sudah harus di kendalikan melalui sistim ”tangan besi”. Sebabnya, beberapa aturan yang mengikat ternyata belum mampu memberikan efek jera kepada pelaku penghancuran kondisi lingkungan. Terlihat bencana kabut asap berulang kembali dimana-mana di wilayah Republik Indonesia, dan mungkin lebih buruk dibandingkan dengan kejadian kabut asap tahun 1997.
Perubahan kondisi lingkungan geosfer dan pemanasan global semakin tinggi telah memberikan dampak yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan bumi, karena telah mempengaruhi iklim bumi di kawasan khatulistiwa yang berdampak juga pada sistim pertumbuhan ekonomi global dikawasan Asia Tenggara, daya dukung alam dan aktivitas sosial kesehatan kehidupan manusia yang semakin menurun, dan sepertinya selaras mengikuti krisis ekonomi global di Asia Tenggara.
Perubahan iklim yang sangat tinggi khususnya di kawasan Asia Tenggara lebih banyak dipicu oleh peningkatan emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh aktivitas manusia melalui pembakaran hutan dan lahan, lalu kebakaran hutan-hutan di kawasan gunung api aktif oleh faktor alam yaitu masuk musim kemarau, dan terjadi juga oleh faktor sekunder seperti pada harta milik manusia yaitu mengalami kebakaran rumah, mall dan gedung oleh dampak penggunaan yang berlebihan pada peralatan teknologi dan lain-lain sehingga menimbulkan resiko krisis ekonomi untuk melakukan refund ekonomi dengan biaya sangat tinggi.
EFEK POLUSI
Efek perubahan kondisi geosfer seperti efek polusi asap ke lingkungan selama Bulan September berlanjut ke bulan Oktober 2015 ini telah mempengaruhi beberapa elemen pertumbuhan ekonomi, transportasi, kesehatan dan pendidikan serta destinasi pariwisata. Pertumbuhan ekonomi terjadi penurunan omzet keuntungan perdagangan, karena masyarakat membatasi aktifitas diluar rumah, berkurangnya daya beli masyarakat, naiknya harga kebutuhan pokok akibat gagal panen dampak perubahan iklim global yang dipicu el nino dan juga oleh rusaknya lapisan ozon sehingga radiasi bebas langsung ke bumi dapat menyebabkan pertumbuhan hasil pertanian menjadi merosot, masyarakat lebih fokus pada penghematan untuk imbangan biaya pemeliharaan kesehatan.
Selain faktor ekonomi bidang perdagangan, sarana perhubungan darat, udara dan laut mengalami gangguan jarak pandang akibat polusi asap yang sangat tebal dan pekat, merugikan pengguna sarana (penumpang), membuang waktu, pikiran dan tenaga sehingga pihak operator perjalanan penerbangan mengalami kerugian ekonomi biaya yang sangat tinggi serta modal balik tak mampu menutup anggaran pengeluaran sehingga definisit. Banyak perusahaan penerbangan mengalami delay, kerusakan mekanis dan dampak ikutan lainnya yang mungkin timbul seperti pengurangan jam kerja dan pemutusan hubungan kerja jika efek kabut asap tebal berlangsung berhari-hari dan kadang bisa mencapai sebulan dan bulan september ini saja ditemukan lebih 1.427 titik panas atau hot spot di berbagai kota di Sumatera dan Kalimantan.
Data BNPB (11-12 September), menyebutkan jumlah sebaran titik api hampir menyebar merata di Sumatera dan Kalimantan dan diperparah oleh kebakaran hutan di beberapa gunungapi di Indonesia sehingga bahaya efek polutan asap gunungapi dapat menambah tekanan tinggi bagi tingkatan kepekatan atau ketebalan kabut asap di lapisan geosfer Indonesia dan Asia Tenggara. Sebagian wilayah Indonesia berkabut oleh fenomena kebakaran lahan dan hutan (karlahut) mencapai 75 %, jadi sebaran polusi asap terdapat dimanan-mana selain Kalimantan dan Sumatera, terdapat juga di Jawa akibat kebakaran musim kemarau dan aktivitas vulkanik, dan Sulawesi oleh akibat aktivitas vulkanik, sedikit juga di Papua oleh dampak El Nino, dan data BMKG, menyebutkan angin lebih berarah ke utara kawasan Asia. Berarti hal ini akan menyelimuti kawasan udara Indonesia mencapai 60 persen, tidak mengherankan beberapa jadwal penerbangan mengalami gangguan terselimuti polusi kabut asap bisa berlangsung lebih dua hari.
Paling rugi akibat polusi kabut asap ke lingkungan adalah Indonesia, efeknya dapat juga menyebabkan krisis ekonomi global di kawasan Asia Tenggara dengan terkendalanya mobilisasi perdagangan dan transportasi untuk mencapai tujuan tertentu. Sebab, kabut asap adalah fenomena bagian dari integrasi pertumbuhan ekonomi khususnya dalam pemanfaatan lahan untuk investasi perkebunan, dan pertambangan dalam hutan. Dan hutan adalah sumber daya devisa ekonomi yang dimanfaatkan hasil olahannya secara berlebihan, dibakar dan dihancur lalu menjadi senjata makan tuan.
SENJATA MAKAN TUAN
Apakah manusia sudah lupa? Kadang kabut asap bisa menjadi senjata makan tuan, siapa yang membakar, menghancurkan dan membiarkan terlantar kondisi lingkungan rusak maka akan ada dampak yang dirasakan seperti berbagai jenis penyakit bagi kesehatan manusia dan kesehatan bumi, lihatlah hal ini berlangsung di Sumatera dan Kalimantan, telah menimbulkan berbagai jenis penyakit, tingkat kebutuhan primer semakin tinggi akibat naiknya harga bahan pokok dampak dari kesulitan transportasi logistik.
Senjata makan tuan bagi pemerintah Indonesia dilihat dari sudut kebijakan ekonomi, akan tampak pada hilangnya kemampuan pemerintah untuk mendapatkan pembayaran karbon emisi, karena tidak mampu mengurangi target emisi, membutuhkan dana besar untuk reklamasi lingkungan hijau yang rusak dengan menguras cadangan devisa, krisis ekonomi jilid sekian berikutnya tinggal menghitung hari, adanya biaya-biaya sosial yang tak terduga akibat dampak kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global yang dipicu langsung oleh berbagai kebijakan pemerintah RI.
Dari sudut sumber daya ruang, akan ada beberapa sumber daya yang akan hilang, sebutan negara kepulauan terbesar dunia hanya tinggal di test book, kupulan emisi asap diatmosfir itu akan mengubah berbagai elemen iklim di bumi dan dapat mengganggu ketinggian air permukaan laut akibat terpicu global warning di beberapa pulau-pulau yang memiliki ketinggian topografi dan batimetri rendah akan tenggalam, hilangnya rantai sumber daya kelautan, poros maritim yang gencar digemakan mungkin tinggalkan sebuah ruang yang mirip ”pepesan kosong”, berkurang luasnya sumber daya ekonomi eksekutif yang sangat ekslusif tapi tak mampu dijaga termasuk sumber daya udara yang terkontaminasi oleh berbagai ”kotoran hitam jerabu”, akibat kejayaan sumber daya udara hanya tinggal kenangan, maskapai penerbangan negara lain melaju seenaknya diatas kepala orang Indonesia akibat kelalaian dan sibuk memperioritaskan pembangunan yang kadang urgensinya hanya dinikmati oleh pemegang kekuasaan.
Selain itu, mempengaruhi pemulihan kondisi lapisan ozon terutama kondisi geosfer Indonesia dalam mengendalikan bencana tersembunyi yang belum terdeteksi dan mungkin menghasilkan jenis bencana baru yang belum diketahui, tatanan global dan pemanasan global akan terasa sangat lama pulih dan target pengurangan emisi sebesar 45 persen hingga tahun 2020 cuma manis dibibir.
Manusia saat ini menikmati berbagai masalah diaspora lingkungan dari atmosfir, tercatat di Riau, Jambi, Sumsel, dan Kalimantan terdapat 12.147 orang terserang penyakit ISPA, sebuah ironi yang menghasil pengurangan pendapatan ekonomi karena ada biaya imbangan kesehatan baik dari pemerintah dan masyarakat itu sendiri.
Derita kabut asap benar-benar merugikan kita semua, dan jagalah lingkungan dengan memperkuat mental untuk tidak merusak lingkungan.

M. Anwar Siregar
Enviromentalist Geologist, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer
Sudah dipublikasi di http://analisadaily.com/lingkungan/news/efek-polusi-asap-ke-lingkungan/180284/2015/10/18

Polarisasi Gempa Mentawai : Geologi Gempa



POLARISASI GEMPA DUNIA DI PATAHAN MENTAWAI-SUMATERA
oleh : M. Anawar Siregar
Setelah gempa Sumatera Barat 30 September 2009, lalu gempa terjadi cukup kuat 23 Oktober 2009 di wilayah Barat Manokwari dengan kekuatan gempa 6.0 SR, kemudian berlanjut lagi gempa dikawasan Indonesia Barat di Perairan Pantai Selatan Jawa di wilayah Sukabumi dengan intensitas 6,4 SR 24 oktober 2009. Berlanjut lagi tekanan gempa di barat daya Saumlaki-Kepulauan Maluku Tenggara dengan kekuatan 7,3 SR tanggal 25 Oktober 2009 yang terasa guncangannya ke Papua Barat kemudian gempa cukup kuat di Wangapu denga kekuatan 6,1 SR tanggal 26 Oktober 2009 dinihari dan berikutnya kembali lagi ke pantai Barat Sumatera di Patahan Mentawai dengan gempa 5.6 SR di Pulau Siberut yang mengguncang Padang dan Tapsel bulan Desember 2009. Lalu menyusul puncak tahun 2010 terjadi gempa Sinabang-Aceh dengan kekuatan 7.2 SR tanggal 7 April 2010 yang terasa goyangannya di empat Propinsi di Sumatera. Relaksasi dari gempa bumi selalu berpolarisasi antara wilayah Barat dan wilayah Timur Indonesia, periode siklus gempa kini tidak beraturan, diperkirakan kedua wilayah Indonesia ada “sesuatu” yang lahir berupa siklus pembentukan kerak bumi yang tersembul, bisa disebut gunung ataupun ada perubahan dan pergeseran tatanan geologis bawah permukaan, yang memerlukan ruang gerak baru sehingga gempa-gempa kuat terus berlangsung silih berganti hingga puncak kekuatan gempa tetap ada di Patahan Mentawai-Sumatera.
 

Gambar 8 : Gempa berkekuatan 7.6 SR mengguncang Padang Sumatera Barat, Polarisasi anomali Gempa tetap di wilayah Mentawai (Sumber : FIA – GEOOGLE MAPS).

ANOMALI SEISMIK

Interaksi antara tiga-empat lempeng bumi di wilayah Indonesia akan menimbulkan proses anomali seismik yang tidak teratur secara terus menerus dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik, dan sebagaian energi pembalikan dan penyerapan energi gempa tertinggi terpusatkan dipatahan Mentawai-Enggano, membentuk jalur aktif gunungapi dan sumber-sumber subduksi gempa bumi yang baru, bersumber dari berbagai peragaan tumbukan antara lempeng yang dihimpun oleh akumulasi energi diparbatasan lempeng. Pada saat tertentu, akan menimbulkan ketidakstabilan pada kekuatan blok batuan karena ada penumpukan energi di zona tertentu. Energi penumpukan berupa tarik menarik dengan polarisasi anomali yang tidak beratur disebabkan kondisi bumi diwilayah pantai barat sumatera ada kehancuran kerak/kulit bumi yang memerlukan “pengobatan” berupa penarikan kulit bumi yang lain dari wilayah samudera lain di kawasan Indonesia Timur untuk menutupi “luka” kehancuran seperti luka pada tubuh manusia maka ada bagian yang akan tertarik untuk menjahitnya (elastic rebound).
Gempa yang masih berlangsung di Pantai Barat Sumatera terutama terpusatkan diwilayah Kepulauan Mentawai dan Nias-Simeulue merupakan polarisasi dari gerak relaksasi gempa bumi yang belum seimbang, akibat gempa-gempa dahsyat dari pola kerancuan anomali seismik pada kerak bumi yang terbentang kehancurannya sepanjang 1600 km, sehingga akan ada perubahan posisi-posisi koordinat atau pergeseran ketataruangan wilayah darat-pulau di Sumatera, berdampak pada kemampuan fisik daya dukung lingkungan untuk perencanaan tata ruang hunian, tercipta kondisi kerentanan geologis baru. Kerentanan geologis di Pantai Barat Sumatera memerlukan suatu renungan pembangunan lingkungan geologi secara komprehensif di segala bidang dengan bertumpuk pada informasi geologi keruangan.

PERAGAAN TUMBUKAN LEMPENG

Relaksasi gempa bumi kini terpusatkan di Patahan Besar Sumatera baik didaratan maupun di Samudera yang saling berhubungan oleh proses tekanan dari lempeng Indo-Australia menekan lempeng Eurasia. Tekanan lempeng dimanifestasikan dalam bentuk berbagai model tumbukan lempeng dalam 10 tahun terakhir, terjadi gempa-gempa dahsyat di Pantai Barat Sumatera telah mengubah perilaku kondisi batuan yang menyusun lempeng, penumbukan berbagai lempeng tersebut diperlihatkan dengan terbentuknya jalur patahan yang baru. Di pantai Barat Sumatera sejak gempa Aceh 2004 terbentuk perobekan perut bumi sepanjang 200 km dan dalam kurun 10 tahun  terakhir ini masih terbentuk zona-zona baru patahan sehingga deformasi kerak bumi terus mengalami gangguan keseimbangan.
Deformasi tatanan geologis dari hasil tumbukan lempeng di Pantai Barat Sumatera mengubah dinamika keseimbangan penyerapan energi seismik di berbagai zona subduksi di Mentawai, Nias, Simeulue, Bengkulu dan Sumbar disebabkan antara lain :
1. Gerak Interaksi tumbukan vertikal antar lempeng, yaitu interaksi lempeng Benua Eurasia ke Lempeng Indo-Australia menyebabkan suatu pembentukan subduksi sepanjang 6500 km, menekan ketataruangan kota-kota Sumatera sehingga wilayah di Pantai Barat Sumatera memiliki intensitas kegempaan yang tinggi, dapat mencapai 800.000 dalam setahun, periodesasi gempa kini tidak teratur dikondisikan oleh keadaan geologi bawah permukaan yang mengalami deformasi yang kuat, terbentuk suatu rangkaian pegunungan bawah laut, dapat membahayakan kelangsungan Pulau Sumatera.
Hasil interaksinya, yaitu terbentuknya rangkaian pegunungan bawah laut sepanjang 2500 meter dengan kedalaman 1500 km, terdapat zona robekan sepanjang 600 km menuju ke Selat Sunda, patahan semakin bertambah panjang menerus ke selatan Jawa sekitar 300 km membentuk zona tumbukan baru di Selat Sunda atau ada perubahan deformasi perpindahan massa batuan pada subduksi baru, ada gempa singkat karena pergeseran tekanan kerak bumi oleh terbentuknya pegunungan bawah laut, tepat ditengah diantara busur muka sumatera dengan busur-busur kepulauan sehingga Pulau Sumatera terus mendesak dan melengkung tepat di kawasan patahan Mentawai-Nias-Simeulue ke arah daratan Asia, yang diperlihatkan oleh data rekaman satelit GPS dengan perubahan titik-titik koordinat batimetri laut/pantai dan topografi daratan oleh pengangkatan dan penurunan permukaan pulau pada kejadian gempa dahsyat Aceh-Nikobar tahun 2004 dan berlanjut pada gempa Nias-Simeulue tahun 2005, Gempa 2007 di Bengkulu dan tahun 2009 di Sumatera Barat serta Sinabang 2010. 2. Model tumbukan bersudut yaitu tumbukan lempeng Indo-Australia yang menyusup kedalam lempeng Eurasia dimana sebagian besar energi dari pergerakan lempeng-lempeng tersebut dipindahkan ke pergerakan patahan Sumatera.
Hasil interaksi tumbukan bersudut ini dapat mengganggu pergerakan lempeng yang tua yang banyak telah teredam oleh patahan yang lebih muda, sehingga pembebanan energi akan menentukan periode singkat gempa, seperti yang terjadi pada gempa Sumatera Barat 30 September 2009 dan Sinabang 2010 maupun gempa-gempa berikutnya. Pada patahan Mentawai-Enggano telah terbentuk suatu lanjutan rangkaian pegunungan bawah laut akibat tekanan kuat dari gempa-gempa Sumatera dan Samudera Pasifik dalam kurun 10 tahun terakhir sejak tahun 2000 sehingga ada pergeseran (akrasi) pola jalur subduksi yang kuat ke patahan besar daratan Sumatera oleh pembebanan lempeng yang menyusup (konvergensi) dipatahan Mentawai, mengganggu keseimbangan geologi yang menyebabkan anomali kemagnetan yang tidak beraturan. Sering berlangsungnya gempa berdampak pada gangguan termodinamika magma gunungapi di Sumatera dan Jawa.
Kondisi geologi Pantai Barat Sumatera saat ini berada pada pengumpulan energi terbesar yang tercatat di kehidupan manusia modern, pemusataan energi seismik berada pada jalur pemisah (trech slope break) pada busur-busur kepulauan yang bergerak di kegempaan Mentawai dipulau-pulau Siberu-Sipora, menerus ke kegempaan megatrust Nias-Simeulue, cekungan pengendapan Bengkulu-Enggano dan patahan Selat Sunda pada Cekungan Lereng (basin slope) di Selat Sunda.
3. Model Gerak Interaksi dalam tubuh lempeng yaitu berupa pemisahan atau pergerseran secara horizontal berupa  pembentukan zona patahan yang membentuk pola sesar mendatar menganan yang membentuk banyak horts dan graben. Patahan besar sumatera termasuk model dari terbentuknya ini, kenampakan dapat dilihat dari geologi lembah-lembah tektonik yang tersebar dari ujung sumatera hingga ke cekungan lereng (basin slope) yang saling tumpang tindih di Selat Sunda, suatu saat akan menghasil kegempaan besar dengan pola tumbukan kompleks, yaitu terjadi dislokasi puncak palung yang runtuh oleh tekanan sesar vertikal dan gerak lempeng bersudut menajam dengan tekanan ke daratan yang telah mengalami peremukan sehingga akan ada pergeseran kuat diantara tubuh lempeng yang berakhir pada pemisahan. Hal ini telah menampakan pada pola pembentuk gunung raksasa di sekitar Bengkulu yang medesak Lempeng Sumatera. Semua model pergerakan ini harus diperhitungkan Indonesia ke depan dalam 20 tahun.

PERIODESASI GEMPA MENTAWAI

Periode pengulangan gempa besar di atas 7 SR terjadi di Pulau-pulau sebelah barat Sumatera seperti Simeulue, Nias, Kepulauan Batu, Siberut, Sipora, Pagai, dan Enggano, yang berlangsung 100-200 tahun telah dan sedang berlangsung. Saat ini dari lima pulau besar di gugusan Kepulauan Mentawai hanya daratan Pulau Sipora dan Siberut yang belum mengalami pengangkatan daratan. Hal itu menjelaskan bahwa segmen lempeng benua di bawah dua pulau itu masih sanggup menahan tumbukan lempeng benua. Berbeda dengan kejadian di kawasan Pulau Mega serta Pagai Selatan atau di kawasan Simeulue dan Nias. Jika mengacu siklus 200 tahunan gempa, diperkirakan tahun 2033 akan terjadi gempa dahsyat. Namun hal ini bisa lebih cepat terjadi karena telah terbentuk suatu deformasi geologi bawah permukaan akibat gempa 10 tahun sejak tahun 2000.
Data hasil rekaman satelit dan penelitian oseanosgrafi-geologi di pantai barat sumatera telah merekm adanya perubahan dasar samudara dengan ditemukan sebuah pegunungan raksasa, dugaan geologis menyebutkan bahwa hal ini menyebabkan kondisi ketidakstabilan daerah gerak lempeng Indo-Australia ke utara sehingga pulau-pulau busur vulkanik yang berada di pantai barat sumatera terus memunculkan dinamika gempa hingga kembali ke zona patahan antara Nias-Simeulue tahun 2010 terjadi lagi gempa kuat. Diperkirakan 10 tahun ke depan akan ada guncangan kuat berupa rangkaian atau kolosal gempa maut dengan pemusatan energi terbesar ada di Patahan Mentawai.
Kesiagaan jadi penting sebab secara teori, pergerakan titik gempa dapat bergeser. Secara ilmu pengetahuan energi yang masih tersimpan atau potensi kekuatan guncangan di atas 8 SR. Sejak rentetan beruntun gempa-gempa lalu, Pemerintah Pusat seharusnya sudah mengalokasi dana pengembangan peralatan seismograf dan memasang GPS diseluruh wilayah pantai barat sumatera, Pemkab seharusnya juga memperioritaskan penampungan dana APBD untuk sosialisasi infomasi geologi daerah rawan bencana, terutama bagaimana hidup berdampingan dengan bencana serta UU geologi disahkan menjadi aturan yang harus dipatuhi seluruh elemen masyarakat dan pemerintah untuk mengendalikan dampak kehancuran tata ruang kehidupan


Diterbitkan Harian ‘’WASPADA” MEDAN, Tanggal 06 Juli 2010



Populer

Laut Indonesia darurat sampah

  LAUT INDONESIA DARURAT SAMPAH Oleh M. Anwar Siregar   Laut Indonesia banyak menyediakan banyak hal, bagi manusia terutama makanan ...