1 Jun 2016

Udara Semakin Panas

UDARA SEMAKIN PANAS DAN TERCEMAR


(Analisa/ferdy) FENOMENA HALO: Lingkaran cahaya disekitar matahari atau lebih dikenal fenomena halo/optis diakibatkan oleh kristal es pada awan cirrus di lapisan troposfer. Cahaya matahari yang terik direfleksikan oleh permukaan awan akibat penguapan yang tinggi.
Oleh: M Anwar Siregar.

Udara Indonesia dalam beberapa dekade terakhir ini telah mengalami pencemaran sangat tinggi akibat bencana ekologis dan peningkatan penggunaan energi serta transportasi yang tidak berbasis energi dan ekologi hijau. Selain itu, penataan tata ruang industri tidak berwawasan lingkungan, sehingga polusi yang dihasilkan industri menjadi salah satu penyebab perubahan iklim global.
Saat ini, belum dikembangkan proses pembuang hasil industri seperti limbah pertambangan dan industri kertas serta industri lainnya yang menghasilkan kondisi lingkungan yang ramah dan berkelanjutan. Umumnya, buangan produk industri lebih banyak dibuang ke sungai dan lautan yang dianggap sebagai tong sampah.
Dampaknya membuat sungai dan lautan menjadi tercemar dan tak mampu menguraikan, apalagi mengurangi penyerapan emisi yang ditimbulkan dari hasil produk industri. Akibatnya kita mengalami panas yang sangat mengerikan, dan menimbulkan dampak bencana turunan yang tidak bisa ditekan.
Peningkatan besaran turunan bencana telah memberikan rangsangan tambahan panas bagi laut dan sungai-sungai besar yang banyak membelah tata ruang kota besar di Indonesia. Ini mungkin tidak bisa diubah, dan akan menyebabkan terjadinya distabilitas kerak bumi dan memantulkan kembali ke udara. Kemudian terjadi perubahan iklim. Bahkan dapat memberikan stimulus bagi kekuatan tanah, sehingga dapat menimbulkan gerakan tanah atau longsoran serta banjir.
Dampak pemanasan global pun dapat dirasakan di wilayah udara Indonesia saat ini. Beberapa kota besar yang dulunya memiliki udara sejuk, kini menjadi panas dalam 10 tahun terakhir. Hal ini akibat peningkatan suhu ekstrim 0.2-05 derajat celcius di wilayah khatulistiwa di Asia Tenggara dan Pasifik. Beberapa kota atau desa yang selama ini menjadi lumbung pangan, kini menjadi lumbung banjir dan kekurangan pangan dan air bersih.
Beberapa wilayah Indonesia selama ini dianggap aman dari bencana alam, kini menjadi daerah yang rawan bencana akibat perubahan tata ruang lingkungan. Tidak mengherankan, setiap hari kita melihat berita bencana. Sebagian kita belum siap menghadapi berbagai resiko bencana. Itulah sebabnya mengapa langit udara Indonesia sering bergejolak dalam 20 tahun terakhir dan menimbulkan banyak korban jiwa.
Panas Tercemar
Sebuah peringatan bagi kita untuk menjaga kelestarian alam, baik di darat, air dan udara maupun di bawah permukaan bumi. Mengapa demikian? Karena konsekuensi ekstrim perubahan global khususnya bagi Indonesia yang berada di jantung khatulistiwa sebagai penjaga keseimbangan paru-paru bumi yang memiliki karakteristik hutan untuk menjaga efek regional perubahan iklim.
Namun, yang terjadi saat ini, kita merasakan seperti ada sesuatu yang siap mengobarkan bahaya akibat peningkatan pembakaran hutan yang mencapai 2 juta hektar dari Sabang sampai Merauke. Pemanasan global di udara sudah sangat mengganggu pola hujan yang kadang tidak teratur. Ini telah berlangsung sejak akhir tahun 90-an dan menyebabkan banjir di berbagai kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Medan, Bandung, Semarang dan Manado.
Semua bencana pencemaran udara seperti emisi CO2 akibat pembakaran lahan dan hutan yang telah berlangsung bertahun-tahun di Indonesia berdampak pada sektor pertanian dan kesehatan. Sehingga menimbulkan gejolak sosial sebagai akumulasi perpindahan massal penduduk karena daerahnya dianggap tidak layak di huni lagi. Efek turunan bencana ini menghasilkan bencana lagi, yaitu penggurusan lahan-lahan hijau, perubahan tata ruang wilayah, terbentuknya kawasan kumuh di lahan rawan bencana dan distabilitas kondisi tanah semakin rentan mengalami bencana. Gangguan tata ruang air, juga menimbulkan berbagai polusi yang tidak sehat bagi ruang publik, penyakit mengancam berbagai elemen lingkungan.
Langit udara Indonesia memang tidak sehat saat ini, apalagi jika dihubungkan dengan bencana ekologis yang sudah berlangsung 10 tahun terakhir, dipicu perubahan lapisan ozon yang semakin mudah menerobos bumi. Perluasan kebun kelapa sawit, penggundulan hutan dan perubahan tata ruang hijau akibat eskalasi pertumbuhan ekonomi dalam 10 tahun meningkat tingkat bahayanya terutama dampak CO2 beserta kawan-kawannya tanpa surut waktu dari 2.1 % hingga sebesar 5 %  dan Indonesia adalah investasi terbesar penghasil ekspor emisi terbesar dunia.
Emisi Asap
Panas dan tercemar udara dan bumi Indonesia adalah dampak utama dari eskalasi pertumbuhan ekonomi yang tidak berbasis hijau berkelanjutan, yang berkelanjutan adalah bencana untuk kita dan bencana untuk bumi serta bencana kembali kepada kita semuanya yang ada di alam semesta. Sebab, polutan hitam itu efeknya bukan saja diatas daratan tetapi juga dalam bentuk sampah-sampah antariksa yang terlumaskan dalam berbagai jenis bahan bakar, melayang dan terbakar di lapisan stratosfer dan tumpahan oli pesawat yang mengalami kerusakan dan jatuh ke bumi. 
Melemahnya perekonomian global, dapat memicu berkurangnya pengawasan reklamasi kawasan hijau dan menimbulkan musim panas berkepanjangan. Sejumlah aksi penghematan energi ternyata belum membudaya di Indonesia ikut juga mempercepat kerusakan iklim global dan membuat kondisi udara Indonesia semakin berbahaya bagi kesehatan, lalu memicu terjadinya peningkatan biaya sosial bagi masyarakat dan pemerintah.
Sungguh luar biasa efek asap berkelanjutan di udara Indonesia. Standart emisi CO2 belum begitu ketat dipraktekan dalam pengeluaran izin konsesi lahan perkebunan, pertambangan dan industri transportasi sehingga tidak mudah melihat langit yang biru dan menyejukan di beberapa kota Indonesia karena lingkungan penyerap energi kotor telah berkurang, RTH dan lahan pertanian abadi kini seperti telah mulai “memudar keindahannya”.
Kondisi iklim udara Indonesia bukan saja Indonesia yang merusaknya, tetapi juga negara maju yang melakukan pembiaran politik lingkungan yang tidak adil bagi negara berkembang dengan terlihat peningkatan emisi CO2 terbesar masih dipegang negara maju, Dalam hal ini adalah Amerika Serikat dengan emisi sebesar 17.3 ton per kapita pada tahun 2012, lalu Tiongkok dengan CO2 mencapai 9.1 % pada tahun 2012 dan 2015 lalu India dengan emisi sebesar 6 %.
Terjadinya kabut asap di Sumatera, Kalimantan dan Papua serta kebakaran hutan akibat musim kemarau di Jawa dan Sulawesi baru-baru ini, setidaknya Indonesia telah mengekspor karbon sekitar 600 juta ton gas rumah kaca yang akan memperparah keadaan. Lapisan ozon semakin terbuka lebar di garis kahatulistiwa. Sehingga akan mempercepat berbagai fenomena badai tropis di kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan dan Pasifik.
Mitigasi Udara
Dalam konsteks mitigasi, pencemaran udara di Indonesia saat ini paling buruk di dunia. Aksi pemerintah mengurangi dampak emisi terkesan lambat. Itu diperlihatkan oleh berjuta-juta ton emisi terinjeksi ke udara. Pemerintah Indonesia harus bertindak keras menekan kerusakan udara dengan melakukan berbagai upaya. Antara lain memperketat izin pembuangan limbah, pengawasan penggunaan zat-zat kimia beracun di berbagai sektor, pengawasan Amdal dan reklamasi.
Kemudian mengawasi perubahan tata ruang lingkungan serta melakukan perhitungan emisi dan cadangan karbon tiap daerah yang telah tercemar secara terus menerus, menekan resiko emisi karbon yang terus meningkat dengan meregulasi energi hijau dan konservasi energi agar resiko emisi tidak mengganggu peradaban manusia di bumi.
(Penulis adalah Enviromental Geologist, pemerhati masalah tata ruang lingkungan dan energi-geosfer)
Diterbitkan di Harian ANALISA MEDAN, Tgl 24 April 2016

Gempa Bali dari Flores-Sumba

Mewaspadai Gempa Strategis Sumba-Flores ke Bali



ilustrasi : Harian Analisa

Oleh: M. Anwar Siregar
Bisakah anda membayangkan jika terjadi gempa strategis ke daratan Pulau Bali? Mungkin dalam bayangan anda akan seperti gempa-tsunami yang pernah terjadi di daratan Aceh hingga ke Pantai Timur Afrika, atau setidaknya seperti gempa yang pernah berlangsung di Nias? Bisa saja seperti itu, jika strategis ”kolosal gempa” yang berlangsung di zona patahan aktif subduksi Sumba-Flores.
Korban bisa seganas gempa Aceh 2004 atau setidaknya mendekati korban jiwa gempa Yogyakarta 2006 dan gempa Nias-Simeulue 2005 disebabkan oleh berbagai kondisi geologi yang memang masih erat kaitannya dalam sejarah pembentukan pulau nusa kecil termasuk kawasan pulau Bali didalamnya dan sangat berdekatan dengan pusat-pusat gempat di kawasan Maluku, Nusa Tenggara dan Jawa bagian Selatan.
Tulisan ini tidak bermaksud memprediksi apakah akan ada gempa yang waktu dekat terjadi ke Bali, melainkan mengingatkan bahwa kondisi tata ruang di kota-kota di Pulau Nusa kecil yang terdiri Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dapat mengalami tingkat kerusakan yang sangat dahsyat dan jumlah korban sangat besar serta mengingat bahwa semua kota di daerah tersebut dilingkupi tatanan kerentanan tinggi dan energi seismik yang sangat tinggi. 
Dan diperparah lagi oleh tidak terlindungnya kota dari berbagai ”perisai gempa” yang berupa benteng alamiah dan benteng ”modern” berupa teknologi peringatan dini, tingkat kewaspadaan dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi berbagai elemen bencana alam geologi masih sangat rendah dan belum semuanya melek bencana.
Tulisan ini, sekali lagi bukan mencari sensasi, namun amatan penulis ketika berkunjung lagi ke Bali, ternyata belum semua wilayah Bali terlindung perisai bencana seperti tersebut dikemukakan didepan. Namun sekali lagi mengingatkan, karena Bali termasuk daerah rawan bencana maut korban jiwa karena intensitas kunjungan wisatawan yang sangat tinggi karena keindahan alamnya yang sangat mempesona dan sangat memerlukan perlindungan keselamatan fisik kota dan jiwa raga masyarakat.
Kenapa Bisa?
Sebuah pertanyaan, kenapa bisa terjadi? Apakah strategis bencana ini bisa berulang ke Bali? Kondisi apa yang menyebabkan? Rentetan pertanyaan pasti akan berkecamuk bagi pemerhati masalah kebencanaan maupun masyarakat yang peduli tata ruang kotanya. Bali dalam pengamatan penulis pertama kali datang sekitar enam tahun lalu memang belum semua terlindung oleh berbagai sistim peringatan dini dan diperparah kondisi teluk-teluk yang ada di Bali terus mengalami perubahan fisik hingga ke era tahun 2016 ini. 
Penulis berkunjung lagi dan melihat bahwa Teluk di Bali ada ruang terbuka jelas untuk sebuah terjangan maut bagi strategis gempa tsunami jika terjadi di Patahan Trust Fault di Busur Belakang Flores dan zona subduksi di Patahan Sumba yang masih berkorelasi dekat dengan Patahan Besar Sumatera Jawa yang melintasi Samudera Indonesia dapat saling menekan pusat gempa di Parit Seram dan Halmahera. Dan mengingatkan kita pada sejarah gempa tsunami di Pantai Barat Sumatera 2004.
Bentuk permukaan Teluk di Bali, rendah dan landai serta garis pantai ke daratan sangat berdekatan dan sebagian ada juga sempit namun sebagian lebar tanpa ada pulau-pulau karang besar kecuali di Tanah Lot. Yang ketinggiannya menurut penduduk semakin berkurang dan jangan lupa kondisi laut Bali merupakan kondisi dengan ketinggian ombak yang tinggi, bayangkanlah? Perubahan garis pantai di Teluk di Pulau Bali banyak telah mengalami perubahan panjang garis pantai yang semakin pendek akibat abrasi dan sebagian mengalami reklamasi seperti rencana reklamasi di Teluk Benoa.
Strategis gempa ke Bali bisa saja terjadi, dan sejarah gempa mencatat di berbagai belahan dunia, tidak ada kota aman dari ancaman bahaya gempa bumi lokal maupun gempa bumi strategis, bukti itu dapat dilihat dari sejarah gempa di Pantai Barat Amerika yang menghantam Meksiko dari radius 400 km dari pusat gempa di sekitar California, begitu juga dengan kejadian gempa di Bam. 
Iran yang dianggap daerah aman gempa karena selama 1000 tahun tidak pernah ada gempa namun dapat juga hancur akibat gempa kuat di sekitar Patahan Anatolia di Turki, Gempa patahan Aceh-Nikobar yang dapat mengguncang kawasan sejauh 1000 km mampu mengirim responsibilitas seismik di berbagai zona subduksi di kawasan Pantai Timur Afrika dan kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Jadi, Bali tidak aman dari ancaman strategis gempa Sumba-Flores dalam bebarapa bulan terakhir ini terus mengalami guncangan gempa dengan intensitas yang cukup kuat, selama tahun 2016, gempa di patahan Sumba telah mengalami gempa sebanyak 3 kali dalam skala cukup kuat dan terasa sampai ke  Denpasar, mencapai intesitas III dan IV MMI (Skala tingkat kerusakan gempa) yang dapat merusak bangunan dan jalan akan berbentuk model ”belah durian”.
Strategis Gempa
BMKG mencatat, pusat gempabumi terletak pada koordinat 9,77 lintang selatan dan 119,34 bujur timur, tepatnya di lepas pantai, pada jarak 14 kilometer arah barat daya Sumba Barat pada kedalaman hiposenter 60 kilometer. Guncangan gempa bumi ini dirasakan dalam skala intensitas V-VI MMI di Waikabubak Sumba Barat, III-IV MMI di Bima, II-III MMI di Denpasar Bali, dan III MMI di Dompu dan Mataram (kejadian gempa 6.6 SR pada bulan Februari 2012).
Kejadian kedua tercatat pada bulan Maret 2016 dengan kekuatan mencapai 6.1 SR pada koordinat 9.33 LS dan 112.4 BT dengan kedalaman mencapai 60 km terasa samapi ke Bali dengan intensitas mencapai III MMI, lalu pada bulan April 2016 terjadi lagi di lokasi hampir sama dengan kekuatan mencapai 6.9 SR dan terasa di kawasan Bali mencapai kekuatan IV-V MMI. Literatur menyebutkan semua gempa telah menghasilkan besarnya pergeseran pada bidang gempa yang memiliki dimensi 30 x 15 kilometer mencapai lebih dari 80 sentimeter. Bayangkan apa yang terjadi dalam beberapa tahun ke depan.
Dari gambaran tingkat kerentanan, maka terlihat betapa sangat rawan daerah Bali dari ancaman bencana gempa bumi srategis jika mekanisme gempa Sesar Naik. Aktivitas gempa bumi yang kerap terjadi juga akan menjadi pemicu (trigger) aktifnya patahan-patahan lokal yang menjadikan semakin rumit dan kompleksnya seismisitas di kawasan Bali-Nusa Tenggara ini.
Tektonik busur Kepulauan Bali dan Nusa Tenggara merupakan struktur tektonik sesar naik belakang busur kepulauan yang populer dikenal sebagai back arc thrust dan salah satu daerah dengan tingkat kegempaan yang tinggi di Indonesia. Keaktifan ini disebabkan wilayah ini berada di antara zone benturan dan tunjangan balik lempeng Eurasia terhadap lempeng Indo-Australia di selatan dan patahan naik busur belakang Bali-Flores (Bali-Flores back arc thrusting) di utara. Kenyatan ini akan memberi gambaran yang cukup jelas bahwa seolah daerah ini hampir-hampir tidak akan pernah aman dari bencana kebumian, seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan letusan gunung api.
Sesar ini sudah terbukti nyata beberapa kali menjadi penyebab gempa mematikan karena ciri gempanya yang dangkal dengan magnitude besar. Berdasarkan literatur, sebagian besar gempa terasa hingga gempa merusak yang mengguncang Bali dan Nusa Tenggara disebabkan oleh aktivitas back arc thrust ini, dan hanya sebagian kecil saja disebabkan oleh aktivitas penyusupan lempeng.
Sesar segmen barat dikenal sebagai Sesar Naik Flores (Flores Thrust) yang membujur dari timur laut Bali sampai dengan utara Flores. Flores Thrust dikenal sebagai generator gempa-gempa merusak yang akan terus-menerus mengancam untuk mengguncang busur kepulauan disekitarnya.
Hidup Tanpa Perisai
Ada pola tidak keseimbangan sedang berlangsung di kawasan Nusa Tenggara sampai ke Laut Bali, dengan terjadinya berulang kali gempa dan sebagai peringatan bagi Pemerintahan di daerah tersebut untuk mempersiapkan perisai gempa dan meningkatkan kualitas panjang garis pantai yang terus menyusut akibat ketidakpedulian.
Teknologi peringatan dini masih terbatas, fisik batimetri pantai mengalami abrasi, kepadatan penduduk di pantai dan belum membuminya building code bangunan gempa, dan renungkanlah bahwa bencana selalu datang tiba-tiba, seperti gempa Myanmar yang mencapai kekuatan 6.9 Skala Richter April 2016 dan gempa Jepang April 2016 mencapai kekuatan 6.9 SR, semau telah menelan korban jiwa dan kehancuran fisik kota.***
Penulis adalah Geolog bertuhas di Tapsel
Diterbitkan Tgl 19 April 2016, di Harian ANALISA MEDAN

3 Mei 2016

Belajar Memahami Bahaya Gerakan Tanah




MEMAHAMI GERAKAN TANAH (BAGIAN 1)
Oleh M. Anwar Siregar


Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar leleng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut;
Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelinciar, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Longsoran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu longsoran rotasional dan longsoran planar/translational. Longsoran rotasional inilah yang umum dijumpai, longsoran bergerak melalui bidang rotasional yang sumbunya sejajar dengan lereng batuan. Pada keadaan tidak terjadi longsor (gambar 2.1.a), maka akan terjadi keseimbangan antara driving force terhadap resisting force. Jika driving force lebih besar dari resisting force maka terjadilah longsor dan bila longsor terjadi, maka bagian kepala (head of slide pada gambar 2.1.b) akan turun dan pada bagian toe akan terangkat (gambar 2.1.b). Setelah terjadi longsor pada kepala terbentuk cekungan, air terakumulasi padanya dan air tersebut meresap ke dalamnya sehingga kepala menjadi tidak stabil. Di samping itu, di atas kepala longsoran meninggalkan tebing yang lebih curam dibanding sebelum longsor dan hal inilah yang menyebabkan longsoran berulang kembali di tempat yang sama. (Subagyo, 2003)


Gambar 2.1. Analisis Stabilitas Lereng Pada Longsoran Rotasional (a)Sebelum Terjadi Longsor (b) Setelah Terjadi Longsor

Longsoran translasional terjadi pada bidang yang lemah seperti bidang sesar/patahan, bidang kekar, lapisan yang kaya akan lempung, atau terjadi pada batuan keras berada di atas batuan yang lunak.
1. Longsoran Translasi



Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. (ESDM)

2. Longsoran Rotasi


Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia.  
Sumber: Yulianingrum, Dita. 2011. Skripsi: Pemetaan Resistivitas Area Rawan Longsor dengan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner (Studi Kasus di Desa Joho Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung). Malang: Universitas Negeri Malang.

Energi Byar Pet

TAJUK PALUEMASGEOLOG 11
IRONI KEMANDIRIAN ENERGI BYAR PET
Oleh : M. Anwar Siregar
Dalam beberapa hari belakangan dan ke depan, pemadaman listrik telah menimbulkan berbagai persoalan ditengah masyarakat, pemadaman listrik yang berulang dan bergilir merupakan gambaran betapa bobroknya negeri ini dalam mengoptimalkan potensi-potensi energinya dan sumber-sumber dayanya yang masih terbungkus oleh kepentingan kapitalisme sehingga bangsa ini terus mengalami defenisif energi dan menimbulkan berbagai cerita yang tidak sedap dan menimbulkan sebuah ironi yang lagi-lagi menjadi bahan tertawaan berbagai masyarakat internasional, sudah kaya energi kenapa menghasilkan berbagai kemiskinan dan pembodohan berbagai potensi sumber daya manusia sehingga bangsa ini selalu starnya lambat, tertinggal jauh dari negara tetangga, ada negara tetangga yang baru ”selesai misi perang” mampu melaju kencang ke depan untuk tampil calon macan asia berikutnya, sedang negeri ini masih terkotak-kotak para elitenya dalam memburu berbagai proyek yang menghasilkan korupsi, memunculkan cerita yang silih berganti tiada henti dari bencana yang datang berganti dengan korupsi yang menggurtita hingga pelempengan berbagai amanat kekuasaan, meninmbulkan berbagai persoalan baru dan masalah rakyat dari hari ke hari semakin terpinggirkan dan adalah pesoalan energi kita yang belum juga memuaskan untuk memberikan daya saing industri ke depan karena pemadaman sering berulang, menimbulkan darurat listrik.
BUKTI KEGAGALAN
Aktivtas pemadaman listrik ini sangat mengganggu usaha masyarakat serta industri dan juga para pelajar/mahasiswa yang pada minggu-minggu ini menghadapi berbagai ujian kemampuan mereka, menghambat kemajuan daya saing bangsa dalam mengejar ketertinggalan segala bidang, yang menjadi pertanyaan kenapa sering berulang pemadaman sampai menimbulkan krisis listrik di berbagai daerah dan yang paling parah di alami Nias hingga darurat listrik? Menimbulkan rasa tidak suka masyarakat dengan berunjuk rasa ke PLN dengan membawa seribu lilin, yang menunjukan bukti bahwa pemerintah telah gagal dalam mengoptimalkan pembauran energi, baik dalam jangka pendek apalagi gambaran kebutuhan jangka panjang, sangat lambat dan banyak sekali aturan regulasi yang menekan kemajuan sumber daya di bidang ketenagalistrikan dan energi baru terbarukan. Dan dalam beberapa minggu ini, peristiwa mati lampu dialami berbagai kota seperti di Medan, Nias dan Padangsidimpuan serta beberapa kota di Lampung dan Indonesia Timur merupakan peristiwa pemadaman listrik terburuk karena hampir serentak terjadi serta gambaran penilaian yang sangat buruk bagi pemerintah dalam memberikan pelayanan ke masyarakat serta belum mampu dalam mengupayakan pemodernisasi dan memperkuat sistem pengembangan energi yang menimbulkan ironis, karena kaya SDM yang telah mampu menciptakan peralatan teknologi dan kaya SDA namun rakyatnya tetap banyak miskin dan akhirnya padam, byar pet.
IRONI KETERGANTUNGAN
Dan Indonesia termasuk negara yang paling boros dalam penggunaan energi, sebagai negara dengan konsumsi energi terbesar ke 6 di dunia, seharusnya telah menemukan cara untuk menghilangkan pasokan energi konvensional dan memodernisasi sistim distribusi energi secara massal tanpa terus bergantung dengan penggunaan energi konvensional dari bahan bakar fosil yang semakin terbatas di Indonesia.
Pertimbangan yang perlu dipikirkan adalah bagaimana Indonesia harus menghilangkan ketergantungan terhadap penggunaan energi konvensional yang banyak digunakan PLN dalam melayani kebutukan listrik di tanah air karena hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara importir besar di bidang energi karena mengimporkan lebih 10 persen pada tahun 2008, lalu meningkat tajam menjadi 40 persen di tahun 2012 karena masih bergantung pada energi fosil karen belum memiliki strategi energi jangka panjang, terutama penggunaan energi alternatif khususnya dalam pemanfaatan energi dari bioenergi yang belum ditempatkan sebagai faktor utama energi masa depan.
Pemadaman listrik di berbagai kota di Indonesai sudah sering berulang kali, dan paling parah adalah sepanjang tahun 2016 karena durasi waktu pemadaman sangat panjang yaitu dapat mencapat 12 jam dan menjangkau areal geografis sangat luas, bukti itu dapat dilihat di Sumatera Utara dan Lampung serta berbagai kota di kawasan Indonesia Timur yang telah menimbulkan gangguan berbagai sektor perdagangan, ekonomi dan pendidikan, terlihat bagaimana para generasi penerus bangsa ketika menghadapi Ujian Akhir atau Ujian Nasional, mereka mengalami gangguan server akibat pemadaman listrik, ini dapat menimbulkan stres, begitu juga dialami oleh pedagang yang mengandalkan listrik, belum lagi kondisi cuaca yang sangat panas di berbagai kota di Sumatera Utara yang membutuhkan penggunaan AC karena suhu sudah berada di atas 32oC dan ini seharusnya sudah menjadi pelajaran bagi pemerintah dalam mengupayakan bioenergi dan enegi terbarukan lainnya untuk menjadi tantangan utama dalam mengoptimalkan penggunaan energi tanpa harus terdengar cerita klasik byar pet.
Untuk menghilangkan ironi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM) diperlukan kerja keras, dan pemerintah dapat belajar dari sejarah pengalihan penggunan minyak tanah ke bahan bakar gas elpiji, harus dilakukan dengan meningkatkan penggunaan energi bauran bagi PLN dengan tingkatan sudah harus mencapai 50 persen dari tingkat bauran sekarang mencapai 5%, harus dibalik dari penggunaan BBM yang mencapai 50 % menjadi dibawah 40% dalam jangka panjang.
Sebabnya, Indonesia kaya energi terbarukan, dan jangan membuat negeri ini terlihat semakin miskin di mata masyarakat dunia, optimalkan energi yang ada karena SDM kita telah banyak menemukan energi-energi alternatif terbarukan dan seharusnya menjadi perioritas untuk membangun ketahanan energi.
IRONI KETAHANAN
Jika pemerintah ingin melaju kencang dalam pertumbuhan ekonomi diatas 6 persen per tahun maka sudah seharusnya meninggalkan cerita ironi pemadaman, dengan memperkuat ketahanan energi dengan meningkatkan pembauran energi alternatif dengan pemanfaatan yang lebih efisien karena di perkirakan pada tahun 2020 konsumsi energi per kapita akan mencapai dua kali lipat dari yang sekarang. Indonesia membutuhkan energi yang lebih banyak tanpa bergantung dengan sumber daya energi konvensional.
Ironisnya, blue print ketahanan energi itu belum memberikan harapan bagi kesejahteraan rakyat karena masih terdapat 20 % masyarakat dan wilayah di Indonesia belum terjangkiti aliran listrik dari negara. Sehingga distribusi energi merupakan persoalan utama bagi keberlangsungan energi listrik di Indonesia, jadi ketahanan energi Indonesia masih memprihatinkan dan perlu upaya konservasi energi secara keras untuk menekan semua kalangan agar dapat memanfaatkan enegi hijau serta menekan tingkat kehilangan energi akibat pencurian listrik dan tidak menekankan beban keuangan negara
Energi konvensional di Indonesia seperti penggunaan energi BBM dan Batu bara sangat ini menghadapi tantangan dan masalah yang sangat besar, yaitu kapasitas cadangan, semakin terbatas, dan membutuhkan waktu pemulihan sumber daya sangat panjang. Efek iklim global, sangat ini kondisi iklim global dunia sangat panas dan suhu diatas rata-rata 32oC dan salah satu faktor penyebab pemanasan global. Mahal dan boros, efisiensi penggunaannya di Indonesia sangat boros, sangat mahal dan membebankan keuangan negara karena sebagian sangat ini kapasitas BBM yang digunakan oleh PLN dan berbagai kalangan industri adalah hasil impor Pertamina dari negara lain, sebuah ironi, negeri yang sebelumnya pengekspor minyak menjadi negeri miskin BBM. Terakhir distribusi yang membutuhkan kekuatan logistik dan pengawasan yang ketat karena kondisi geografis yang rumit dan sulit dijangkau ke daerah-daerah terpencil.
Dengan gambaran berbagai permasalahan energi yang dihadapi Indonesia untuk menjadi negeri yang mandiri energi dan agar cerita pemadaman tidak menimbulkan ironi, ada baiknya pemerintah melihat hasil riset putra-putri bangsa yang berhasil menemukan bahan bakar energi alternatif dengan memberikan bantuan untuk pengembangan agar dapat di produksi secara luas sesuai dengan kondisi logistik geografis untuk meningkatkan daya saing ekonomi global Indonesia di mata dunia. 
Saat ini kondisi energi sepanjang tahun 2016 saat memprihatin, perlu revolusi energi dalam pembangunan energi, agar cerita ironi di tengah masyarakat tidak berulang, cerita ironi seperti kaya energi tetapi miskin, kaya sumber daya alam kenapa antri untuk energi, sudah saatnya diubah menjadi cerita yang menyejukkan dengan mendorong Pemerintah harus bisa membangun energi masa depan mulai saat ini, baik dari energi nuklir, energi panas bumi dan energi laut, karena dapat memberikan energi dalam jumlah yang sangat besar dan menekan efek emisi karbon untuk membatasi pertumbuhan emisi gas rumah kaca.

Paluemasgeolog, Mei 2016

Kiamat Sungai Eufrat

Sungai Eufrat Mengering, Nasa: Rasulullah Benar Soal Tanda Kiamat



Para ilmuwan NASA menemukan, sejak tahun 2003 hingga 2010, debit air sepanjang sungai Tigris dan Eufrat mulai Turki, Suriah, Irak hingga Iran telah kehilangan 144 juta kilometer kubik. Debit itu terus berkurang dalam jumlah besar pada periode 2010 hingga 2015.
Sungai Eufrat. Sungai terpanjang di Asia bagian Barat yang bermata air di Anatolia Turki dan bermuara di Teluk Persia ini mengalami proses mengering. Sungai sepanjang 2,781 meter itu menjadi perhatian khusus NASA.
Sementara penduduk sejumlah negara yang dilintasi Sungai Eufrat telah mulai berbicara tentang harta karun yang ada dalam sungai bersejarah itu.
Data ilmiah yang disajikan NASA dan
fenomena masyarakat lokal mengingatkan kita pada hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang tanda hari kiamat. Sungguh, tanda itu telah tampak yang artinya Rasulullah benar soal tanda hari kiamat. Dan memang tidak ada satu pun hadits shahih yang disabdakan Rasulullah kecuali pasti benar adanya.
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَحْسِرَ الْفُرَاتُ عَنْ جَبَلٍ مِنْ ذَهَبٍ يَقْتَتِلُ النَّاسُ عَلَيْهِ فَيُقْتَلُ مِنْ كُلِّ مِائَةٍ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَيَقُولُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْهُمْ لَعَلِّى أَكُونُ أَنَا الَّذِى أَنْجُو
“Hari kiamat tidak akan terjadi sampai sungai Eufrat (mengering lalu) menyingkapkan gunung emas. Orang-orang saling membunuh untuk memperebutkannya. Terbunuhlah pada setiap 100 orang itu 99 orang, namun masing-masing dari mereka berkata, ‘Barangkali aku yang menjadi orang yang selamat itu’” (HR. Muslim)
The Inventory of Confilct and Environmental melaporkan, proyek pengembangan Anatolia wilayah selatan (GAP) merupakan salah satu proyek paling ambisius di dunia. Proyek itu memanfaatkan air sungai Eufrat dan Tigris untuk mengairi 1,7 juta hektar tanah dengan membangun 22 buah dam dan 19 PLTA. Proyek GAP merupakan salah satu faktor mengeringnya sungai Eufrat karena menyedot banyak debit air dari sana.
Sumber facebook grup friend "Belajar Bahasa Inggris Online Yuk"

2 Mei 2016

Jangan Membuang Air

AGAR AIR TIDAK TERBUANG PERCUMA
Oleh M. Anwar Siregar
Alih fungsi lahan adalah salah satu permasalahan umum yang menyebabkan sumber daya air yang sering dibuang percuma karena alih fungsi lahan tidak hanya mengancam ketahanan pangan tetapi juga berdampak pada hilangnya investasi pemerintah dalam pembangunan jaringan irigasi, peningkatan eskalasi risiko banjir, dan mengurangi ketersediaan air. Begitu juga pemanfaatan sungai kini berubah alih fungsi.
Sungai-sungai dulu sebagai organisme yang mampu memamah biak benda-benda yang dibuang ke dalamnya dan memberikan pasokan air yang memadai untuk kehidupan. Namun di era sekarang, sungai-sungai yang banyak membelah tata ruang kota besar di Indonesia kini berubah wujud menjadi kawasan kumuh, berubah wujud tempat pembuangan sampah yang terbuka, dijejali dengan berbagai ton sampah limbah industri dan buangan rumah tangga yang tidak mungkin lagi atau tidak mudah dicerna guna menghasilkan air yang sedikit bersih sekalipun.
Fakta itu dapat kita lihat di sepanjang sungai-sungai di kota kita, berderet rumah yang dibangun disisi tebing sungai dan mengalirkan limbah ke sungai yang berfungsi sebagai sumber air kehidupan, limbah buangan industri dan rumah tangga mampu mematikan ekosistim yang dapat mendaur ulang kotoran sungai untuk dijadikan sumber air bersih. Kerusakan lingkungan pada ekosistim sungai dan pantai dapat dilihat dari rusaknya hutan bakau sungai, yang berfungsi sebagai penahan abrasi longsoran pada sisi tebing sungai dan pantai. Penghancuran pohon yang berakar langsung pada sisi tebing memungkinkan terjadinya longsoran dan air mudah mengalir deras ke atas permukaan dan pemukiman.
PENGENDALIAN RTH
Pengendalian pemanfaatan RTH di Indonesia saat kurang dalam sosialisasi untuk mecegah bencana banjir sehingga air permukaan itu mengalir menghanyutkan segala apa yang ada di permukaan dan tidak termanfaatkan dengan baik dalam bentuk parkir air di dalam tanah terutama dalam Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Untuk mengendalikan air dalam bentuk RTH di daerah pemukiman dapat digunakan beberapa alternatif sederhana namun sebagian masyarakat di Indonesia kadang malas mengimplementasikan dalam bentuk karya kecil namun sebenarnya bermanfaat bagi semua makhluk di bumi yaitu di daerah tempat tinggal lakukan biopori diatas tanah seukuran 1 x 2 meter, baik dihalaman depan rumah maupun di halaman belakang.
Dalam 1 tahun, pada sebidang tanah tumbuhan dapat menguapkan air setinggi 60 cm dalam areal tersebut dan di hutan dapat sampai dua kalinya yang merupakan sebuah sistim hidrologi yang dijalankan sendiri oleh alam.
Membuat taman yang seukuran sebidang tanah akan terdapat sistim penyerapan air cepat menyerap ke dalam tanah agar air dapat tersimpan baik di dalam sistim hidrologis, agar dapat juga melakukan respirasi dan penguapan air ke udara dan menjadi air hujan. Membuat daerah resapan mutlak bagi setiap lahan kawasan hijau dengan mengendalikan perubahan peruntukkan lahan agar tidak menjadi daerah hunian untuk berbagai jenis konstruksi apapun terutama di daerah perbatasan yang memiliki topografi curam/hulu ke landai/hilir seperti kota besar Medan dan Jakarta ataupun Bandung. Membuat daerah resapan khusus untuk air di beberapa pedesaan dengan memanfaatkan karakteristik geologi air daerah ke zona kantong parkir dengan mengembangkan pola jenis tanaman yang cocok dengan kondisi fisik tanah, daerah resapan ini umumnya dibuat didaerah kota desa urban sehingga dapat mengendalikan banjir bandang ke Ibukota Propinsi ataupun Ibukota Kabupaten yang umumnya kota-kota tersebut telah banyak mengalami perubahan peruntukkan lahan hijau terbuka atau semakin terbatasnya ruang hijau terbuka.
Membuat kawasan hijau terbuka terbatas ketat dengan daerah hunian permukiman modern dengan keharusan membangun air limbah komunal agar tidak terjadi dampak pembusukan udara, membuat sumur resapan dan biopori.
Menjaga kualitas hutan terutama akar-akar pohonan di kota-kota besar, sehingga air yang jatuh ke dalam bumi mengalir di atas sebagai run-off akan menuju ke sungai-sungai dan danau. Air yang ada di sungai dan danau kembali akan menguap karena pemanasan oleh sinar matahari. Selain air yang ada di sungai, danau, empang dan waduk diserap akar pohon akan diuapkan kembali ke atmosfir oleh daun-daun dalam proses transpirasi.
Kesimpulannya, selamatkan hutan di pegunungan, selamatkan air, sama dengan selamatkan juga tanah yang berarti juga dapat menyelamatkan ekosistim dan berakhir dalam menyelamatkan manusia dari kekurangan air. Jadi air adalah sumber kehidupan dan jangan biarkan terbuang percuma.
PENGENDALIAN AIR KOTA
Indonesia sebagai negara yang sering mengalami berbagai jenis bencana alam seperti banjir juga memiliki potensi yang sangat besar dalam menampung dan menyerap luapan air yang muncul dipermukaan. Memerlukan sebuah konsep yang tepat dalam mengendalikan air yang dapat menyebabkan bencana banjir di perkotaan dengan pemberdayaan sumber daya manusia, potensi banjir yang umumnya lebih banyak disebabkan oleh manusia harus dikembalikan lagi dan kelola oleh sumber daya manusia untuk sumber daya manusia, seperti semboyan demokrasi.
Maka sumber daya manusia sangat berperan dalam mengendalikan air agar tidak terbuang percuma khususnya dalam mengendalikan air permukaan seperti dampak curah hujan tinggi yang menghasilkan banjir antara lain mengendalikan kerusakan drainage dengan membuat sistim drainage yang tepat ke posisi kantung air serta menyesuaikan juga bentuk karakteristik kanal untuk menampung air lebih banyak di pusat perkotaan.
Yang paling penting adalah membuat sistim penyerapan air permukaan agar terserap cepat kedalam tanah dengan banyak membuat RTH serta pengendalian tata ruang yang tidak melebar seperti berbentuk horizontal namun dibuat dalam bentuk vertikal dan didaur ulang fungsi-fungsi agar dapat menjalankan kemanfaatannya.
AIR MASA DEPAN
Air bersih menjadi krusial di masa depan, banyak bencana banjir yang melanda di negeri ini merupakan buruknya tata kelola lingkungan tempat keterdapatan air yang berada dipermukaan dan di bawah permukaan bumi, bencana banjir tidak akan sering terjadi jika kita mampu mengendalikan ego dalam pemanfaatan tata ruang yang berada di wilayah kota maupun pedesaan. Banjir merupakan masalah klasik dapat diatasi jika semua mau memahami eksistensi sumber daya ruang dimana sumber daya air, hutan dan manusia bertemu untuk menikmati segala jenis ekosistim yang harmonis dalam pemanfaatannya.
Air bersih akan menjadi sangat vital, sebab konsumsi air terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, sementara tekanan terhadap sumber-sumber air semakin besar akibat kehilangan ekosistim pendukung dan kekurangan pedualian masyarakat untuk memelihara sumber daya air tersebut.
Saat ini, air sudah semakin langka ditemukan di kota-kota besar di dunia, termasuk di Indonesia, ketika masuk musim kering kita sering melihat antrian masyarakat untuk mendapatkan air bersih dari pegunungan yang diangkut dari truk air minum untuk konsumsi. Setiap hari warga Jakarta dan sebentar lagi beberapa kota di Indonesia akan mengikuti jejak Jakarta akibat berkurangnya sumber air bersih, dampak dari pesatnya perubahan tata ruang yang banyak mengalihkan fungsikan daerah hijau, bukanya mendaur ulang tata ruang agar semakin padat tetapi terus melebar hingga ke daerah resapan seperti zona sanggahan hijau.
Sekali lagi ditekankan bahwa telah nampak dipermukaan bumi Indonesia sepanjang tahun terus terjadi banjir, pengotoran dan pencemaran air dan berkurangnya air di beberapa daerah dampak dari kemajuan global yang tidak memperhitungkan efek-efek air yang terbuang percuma. Maka budayakan dengan bijak pemanfaatan lahan hijau agar air tidak menghasilkan banjir dan berbagai bencana kerugian lainnya.
M. Anwar Siregar
Enviromentalist Geologist, kerja di Tapsel
Tulisan ini sudah di Publikasi di Harian "ANALISA" Medan, Tgl 9 April 2016

Mengapa ada Bumi


MENGAPA ADA HARI BUMI
Oleh M. Anwar Siregar
Hari bumi yang diadakan pada bulan Maret setiap tahun, dan masyarakat internasional selalu memaknai hari bumi dengan selamatkan bumi, makna hari bumi selalu diadakan dengan tema hanya ada satu bumi, hanya ada tempat hidup di dunia bagi manusia yaitu di bumi,
Bencana kabut asap yang sering terjadi dan kadang bisa berlangsung dalam satu bulan, telah menimbulkan bencana perubahan iklim global dibarbagai bandara udara di Sumatera dan Kalimantan, dampak dari kebakaran hutan  yang menghiasi udara disekitar gedung, dan langit sepanjang jalinsum dan pantai timur Sumatera dan sebagian pantai barat, udara di garis khatulistiwa yang sebelumnya bersih dari gangguan polusi menjadi pekat dan pengat oleh kabut asap, dan melintas perbatasan antara negara di kawasan Asia Tenggara. Diperlukan renungan yang sungguh-sungguh dalam menekan bencana kabut asap untuk mengendalikan lapisan ozon agar tidak bebas menerobos ke bumi.
Dalam rangka mengendali kerusakan lapisan ozon dalam skala global, upaya yang sering dilakukan masyarakat dunia saat ini adalah melakukan gerakan menanam pohon serta menggunakan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan serta penghematan dan efisiensi penggunaan bahan bakar diseluruh elemen aktikvitas kehidupan. Disinilah peran hari Bumi di perlukan eksistensinya bagi keberlangsungan kehidupan.
HARI BUMI
Kondisi lingkungan global saat ini memerlukan suatu gerakan untuk mengendalikan kerusakan di bumi. Masyarakat internasional lalu mencetuskan pentingnya suatu hari khusus untuk merenungkan keberadaan bumi bagi manusia di era sekarang. Hari bumi memang sangat penting bagi sumber inspirasi hidup untuk mengendalikan kerusakan di bumi, lihatlah kabut asap yang sering berlangsung di Indonesia yang sudah terjadi sejak kebakaran besar yang melanda Pulau Sumatera dan Kalimantan pada tahun 1997 hingga ke era sekarang. Yang merusaknya adalah manusia itu sendiri, jadi perlu sebuah renungan untuk sebuah keberadaan manusia yang hidup di bumi.
Kehidupan manusia sangat bergantung kepada sumber-sumber daya alam dan kondisi lingkungan di bumi, oleh karena itu masyarakat dunia harus berusaha keras untuk mencegah kehancuran yang lebih luas untuk menjaga keberlangsungan hidup dan perlu suatu sistim pembangunan hijau yang berkelanjutan untuk mendukung kehidupan dimuka bumi.
Salah satunya adalah memelihara dan melestarikan sistim pendukung kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya termasuk bumi itu sendiri, mengingat segala sesuatu yang ada dibumi merupakan sumber daya yang terbatas, penggunaan yang berlebihan harus dibatasi karena suatu saat akan habis.
Kondisi global bumi saat ini sudah mendekati tingkat kehancuran dengan tingkat pencemaran CO2 di Tanah Air sudah sangat memprihatinkan dengan bukti pemanasan global dan perubahan iklim sudah berlangsung dengan menelan korban akibat kenaikan emisi CO2 dengan bencana jerabu antar lintas negara, melumpuhkan perdagangan dan transportasi udara serta distosrsi belanja publik bagi pemerintah.
Kondisi lingkungan global bumi saat ini sudah mendekati tingkat kehancuran, diatas permukaan bumi penuh pertumpahan darah akibat perang politik ideologi, kehancuran sumber daya kelautan akibat bom kimia telah merusak habitat dan lingkungan terumbu karang dan hutan mangurove, beberapa negara dilanda kekeringan pertanian dan air bersih dalam 50 tahun terakhir, badai tropis dan hujan paling ekstrem banyak terjadi di Tiongkok dan Asia Tenggara dalam kurun 60 tahun terakhir. Kejadian-kejadian bencana alam silih berganti datang sama-sama menimbulkan berbagai bencana ikutan seperti krisis ekonomi global, krisis ketahanan pangan dan krisis kesehatan kemanusia dan daya dukung lingkungan semakin merosot tajam.
Merusak sumber-sumber daya yang dibutuhkan sebagai ketahanan pangan, penghancuran hutan-hutan dan perusakan terumbu karang di laut, pengotoran udara di atmosfir turut mempercepat kehancuran bumi sehingga bumi sebagai makhluk “bernyawa“ menunjukkan jati diri kepada manusia dengan menyebarkan bencana alam, dengan kata lainnya manusia itu seperti memutuskan rantai kehidupannya alias nyawanya sendiri.
Disinilah peran hari bumi sangat diperlukan, untuk direnungkan manusia di abad sekarang, diperlukan aksi bersama untuk menghentikan kebakaran hutan yang menghasilkan kabut asap atau menghasilkan emisi CO2.  Banyak solusi sederhana namun malas ditindaklanjuti seperti mencegah deforestasi lingkungan hutan dengan mematuhi aturan konsesi lahan dan tata ruang yang telah ditetapkan, upaya penghematan energi dengan membatasi pemilikan kendaraan lebih dari satu, melakukan pembauran energi konvensional ke energi alternatif, energi bersih dan terbarukan, membiasakan hidup hemat dalam pemanfaatan sumber-sumber daya  dengan gaya hidup yang ramah lingkungan.
BERSIHKAN CO2
Kerusakan dalam skala global sebenarnya sudah berlangsung bagi keberlangsungan lingkungan sejak era memasuki revolusi industri di beberapa kawasan di bumi, kekeringan dan wabah penyakit di Benua Afrika, banjir berkepanjangan di Benua Asia dan musim kering dan badai panas terus menerus mengincar kawasan-kawasan yang telah di gunakan sebagai pusat uji coba persenjataan global.
Kerusakan ekosistim bumi perlu dicegah, dan salah satu sumber daya yang paling dibutuhkan bagi seluruh makhluk di bumi adalah sumber daya udara, yang dianggap remeh seluruh manusia di muka bumi. Jika tidak, lalu mengapa begitu banyak pencemaran udara, kabut asap bertahun-tahun, pembotakan hutan sehingga menghasilkan banyak CO2 dan kenapa lapisan ozon mengalami pelubangan yang luasnya mendekati benua Eropa? Rentetan pertanyaan yang selalu mengganggu aktivitis lingkungan, galau dan perih melihat kehancuran lingkungan di bumi ini, warisan apa akan diberikan ke generasi berikut? Apakah sebuah kehancuran dan kematian bumi? Renungkanlah.
Sekarang saatnya bergerak bersama untuk menghilangkan sumber-sumber yang merusak lingkungan bumi. Sumber daya paling utama yang perlu dibersihkan adalah sumber daya udara. Tanpa udara takkan ada kehidupan. Tanpa udara bersih takkan diperoleh kehidupan sehat, lihatlah kejadian asap yang sering berlangsung di Pulau Sumatera dan Kalimantan yang telah banyak menelan korban jiwa akibat sesak napas, sakit mata, paru-paru dan berbagai penyakit lainnya.
Bagi Indonesia, salah satunya ada dengan menghilangkan predikat negara penghasil CO2 yaitu emisi dalam bentuk kebakaran hutan dengan kabut asap melintas negara lain. Udara sangat diperlukan, mengingat kita sebagai manusia seringkali menarik napas lebih 27.500 kali lebih atau berkisar hampir 25 tarikan setiap menit. Udara bersih yang diberikan Allah SWT itu pemberian yang tidak membutuhkan biaya, gratis namun kenapa di kotorkan dengan alasan hanya mengejar pencapaian ekonomi? Dimanakah ekonomi hijau itu? Yang kita lihat adalah pembangunan ekonomi coklat yang sering mengabaikan bencana, karena keuntungan kapitalis dianggap merupakan sumber kehidupan bagi mereka.
Dengan membersihkan udara Indonesia dari kekotoran emisi kabut asap dengan memperhatikan sumber daya yang terbatas, misalnya pemanfaatan sumber daya hutan. Sebab sumber daya hutan agar tidak menghasilkan problematika kerusakan lingkungan global yang mengancam kehidupan di bumi yang terbagi dua bagian yang saling era kaitannya dengan tingkat kebencanaanya yaitu kerusakan yang bersifat regional (seperti hujan asam) dan kerusakan yang bersifat global seperti pemanasan global, kepunahan jenis dan kerusakan lapsian ozon di stratosfer.
PELIHARA BUMI
Memelihara dan melestarikan serta memulihkan lingkungan global sekarang dapat dimulai dari Indonesia sebagai pusat paru-paru bumi, yang memiliki lebih ratusan ribu pusat geo-biodiversity untuk menghasilkan udara bersih global, sehingga kita tidak perlu membeli udara bersih dalam bentuk oksigen dalam tabung.
Dengan memelihara udara bumi, atau membersihkan bahaya udara kotor agar tidak terulang lagi sejarah yang pernah terjadi di Inggris pada tahun 1952 yang dikenal sebagai The Great London Smog yang menyebabkan sekitar 4000 jiwa melayang dan sejumlah besar penduduk menderita penyakit bronkitis, jantung dan berbagai penyakit pernapasan lainnya. Bahkan bangunan, lukisan, patung atau monumen dapat hancur karena asap dan gas emisi mobil (dikutip dari London Smog).
M. Anwar Siregar
Geolog, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan dan Energi-Geosfer. 
Tulisan ini sudah di Publikasi di Harian "ANALISA" MEDAN, Tgl 20 Maret 2016

Populer

Laut Indonesia darurat sampah

  LAUT INDONESIA DARURAT SAMPAH Oleh M. Anwar Siregar   Laut Indonesia banyak menyediakan banyak hal, bagi manusia terutama makanan ...