17 Apr 2017

Negeri Yang Belum Melek Bencana Banjir


NEGERI YANG BELUM MELEK BENCANA BANJIR
Oleh : M. Anwar Siregar
Seharusnya kebijakan pembangunan juga telah mengantisipasi terhadap pengaruh sistim hidrografi bagi kewilayahan sungai yang banyak membelah tata ruang setiap kota/kabupaten di Indonesia karena sistim ini berhubungan dengan sistim Cekungan Air Tanah, yang tidak boleh di ganggu gugat. Akibat gangguan hidrografi dari sistim kemajuan dari suatu wilayah yang sedang berkembang suatu saat nanti akan merusak daerah yang tadinya belum berkembang dan dipastikan akan membongkar daerah perbukitan atau pegunungan atau sistim ekologi hulu yang akan meningkatkan puncak hidrografi sungai secara otomatis juga akan meningkat tajam dengan waktu yang relatif pendek karena telah berubahnya hutan menjadi kawasan kota yang padat, tidak mampu menahan aliran air permukaan atau run off.
 
Analisa/ferdy
LANGGANAN BANJIR: Pemukiman warga di kawasan pinggiran Sungai Deli kerap mengalami banjir terlebih dikala musim penghujan tiba, Medan, Sumut. Belum ada strategi yang komprehensif terutama penanganan terhadap kesalahan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam yang dilakukan oleh pemerintah.

Jadi, banjir disebabkan bukan perubahan iklim, tetapi kehancuran hutan di hulu yang berfungsi sebagai zonasi sumber daya air. Perubahan iklim hanya terjadi karena kesalahan dalam mengurus alam terutama hutan sebagai sumber kehidupan di bumi.

Republik Industri Asap Udara (RIAU)


REPUBLIK INDUSTRI ASAP UDARA (RIAU)
Oleh M. Anwar Siregar
Pelaku pembakaran hutan dan lahan kumat lagi penyakitnya, sejak lama kasus kebakaran sudah terpetakan dari tahun 1997-2015, namun belum juga menuntaskan masalah kebakaran lalu datang lagi musim bakar hutan, sehingga sumatera dan kalimantan mampu mengekspor asap pekat ke negeri tetangga, kebetulan salah satu perusahaannya berinvestasi di negeri ini ikut sebagai dalang kebakaran hutan dan lahan selain tidak becusnya pemerintah menghentikan kebakaran hutan.
Yang menjadi pertanyaan masyarakat di era pemerintahan Jokowi-JK adalah kenapa kebakaran berulang untuk kali ketiga selama periode kepemimpinan Jokowi-JK? Ada apa? Apakah ini tidak menimbulkan sebuah ironi dari janji-janji pemerintahannya. Dan sumatera saat ini sebagian telah berkabut kembali dan kabarnya asap itu sudah mulai masuk udara Singapura dan menyusul berikutnya di Malaysia dan Thailand, itu berarti sebentar lagi kita menikmati kabut asap bersama di udara masing-masing negara.
Tindakan tegas terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan sepertinya manis dibibir, karena sebelumnya pemerintah sudah berkomitmen untuk menghentikan namun apa yang terjadi sekarang? Lihat dan rasakan dalam beberapa hari ini Medan dan kota lainnya di Sumatera merasakan ekspor kebakaran asap Riau telah membuat gelap udara dan kondisi ini semakin parah karena telah memasuki musim kemarau dan pemerintah harus bertanggung jawab atas kebijakan terhadap izin industri perkebunan yang banyak terdapat di Riau.

1 Apr 2017

Fenomena ENSO di Khatulistiwa

FENOMENA ENSO di KHATULISTIWA
Oleh : M. Anwar Siregar
Perubahan iklim dan cuaca diakibatkan terganggunya sistim peredaran udara, terimbaskan pada kehidupan manusia didaratan. Perubahan iklim terutama pada daerah tropis yang banyak melahirkan badai tropis dan membesar di luar kawasan tropis khatulistiwa dan mampu memindahkan benda-benda sejauh lebih 100 kilometer. 
Hujan salah musim yang sering terjadi di kawasan khatulistiwa telah menimbulkan bahaya banjir, dan belum berakhirnya musim hujan, datang lagi badai tropis berupa angin kencang, selaras dengan itu, dibelahan bumi lain mengalami musim kemarau yang berkepanjangan.

9 Mar 2017

Budaya Gempa Yang Belum Membudaya

BUDAYA GEMPA YANH BELUM MEMBUDAYA
Oleh M. Anwar Siregar
Mengingat keberadaan kota-kota di Indonesia yang unik sekitar 80 persen terletak di daerah pesisir, 25 persen di wilayah rawan gempa bumi, dan 28 persen wilayah rawan tsunami, 49 persen daerah yang terpapar gerakan tanah dengan zona kerentanan sangat tinggi serta 82 persen masyarakat tinggal didaerah rawan bencana dari berbagai elemen bencana. Maka perlunya membangun kota waspada bencana merupakan sebuah keharusan seperti yang dibangun dikota-kota besar di Jepang.
Mengingat wilayah Indonesia khusus daratan Sumatera rawan terjadi gempa lagi perlu suatu perencanaan dan budaya yang memahami lingkungan tempat beraktivitas hidup dengan membangun dan mengelola kerentanan bencana sebagai pengurangan trauma bencana dan Aceh sekali lagi masih akan terus tercabik gempa karena memang daerah rawan bencana, perlu kapasitas dan mitigasi bencana sebagai budaya kehidupan,

Urbanisasi Banjir dan Banjir Urbanisasi

URBANISASI BANJIR DAN BANJIR URBANISASI
Oleh M. Anwar Siregar
Prof John Rennie Short dalam buku Urban Theory, A Critical Assessment (2006) menyebutkan, akibat kekurangpekaan para pengelola kota di negara berkembang atas masalah lingkungan, muncul apa yang diistilahkan wounded cities alias kota-kota yang terluka yang menyebabkan kondisi kota penuh kebencanaan dan kecurigaan dari masyarakatnya sendiri, terlihat pada kota-kota besar di Indonesia yang banyak mengalami musibah bencana banjir, termasuk pada banjir di Kabupaten Garut, Banjir di Belawan, banjir di Bandung, banjir di Semarang, kekumuhan tata ruang di sepanjang sungai yang membelah Jakarta dan Medan serta pengendalian kepadatan penduduk di inti kota dan menjamurnya kantong-kantong kemiskinan di sudut kota.

6 Mar 2017

Wisata Danau Toba, Revolusi Mental Pembangunan

Wisata Danau Toba Revolusi Mental Pembangunan

Oleh M. Anwar Siregar

(Analisa/Ferdy) Danau Toba


Masalah yang dihadapi pengembangan destinasi ung­gulan wisata Danau Toba bersumber dari revolusi pem­bangunan, yaitu revolusi men­­tal visi pemerintahan, revolusi transportasi, revo­lusi mental lingkungan, revolusi wisata ekonomi dan antro­po­logis.
Masing-masing revolusi tersebut berja­lan dengan ego sendiri se­hing­ga kemasan ke­indahan Danau Toba lentur oleh arus permasalahan mental terse­but.

16 Feb 2017

Mentawai Masih Mengancam



GEMPA MENTAWAI MASIH MENGANCAM
Oleh M. Anwar Siregar

Gempa yang terjadi tahun 2007 dan 2010 lalu masih merupakan gempa dengan pelepasan energi skala kecil, energi yang dilepaskan itu tidak menerus ke utara Pulau Pagai Utara karena kejadian gempa Mentawai tahun 2007 dan 2010 terjadi di selatan dan tertahan berbagai rangkaian pulau-pulau kecil dan terserap oleh energi penahan gempa di sekitar Siberut dan tidak menggeser ke zona tranch java-sumatera, sebab pergeseran dan pergerakan dari segmen-segmen patahan di Pagai Selatan ke arah barat Pulau Simeulue bergeser lebih aktif ke arah Pagai Utara. Energi kerentanan seismik di Pagai Utara itulah yang paling membahayakan wilayah kota di Pulau Sumatera terutama ancaman bagi tata ruang Padang, Lampung dan Sibolga, dan Semua kota di Nias sebagai penahan energi yang paling matang.
Patahan Mentawai masih berpotensi untuk melepaskan energi yang lebih dahsyat dibandingkan pada kejadian gempa terakhir di tahun 1833 dan 2007, 2010, dan 2016, energi yang tersimpan diperkirakan diatas 8.9 SR, sebab zona subduksi yang menyimpan energi “perangkap tenaga dalam” dari setiap blok di kawasan Pantai Barat Sumatera sangat berbeda.

Populer

Laut Indonesia darurat sampah

  LAUT INDONESIA DARURAT SAMPAH Oleh M. Anwar Siregar   Laut Indonesia banyak menyediakan banyak hal, bagi manusia terutama makanan ...