24 Mei 2021

Menjaga Udara Sumatera Utara Berbasis Land Diversity

 

MENJAGA UDARA SUMATERA UTARA BERBASIS LAND DIVERSITY

Oleh : M. Anwar Siregar


Udara kotor dampak dari emisi polutan sangat merugikan bagi masyarakat Indonesia dan regional, pelaku bisnis dan perdagangan serta pemerintah itu sendiri. Upaya konkret menghadapi isu perubahan iklim global lebih hanya ke acara seremonial dan banyak debat kusir, kebijakan untuk menekan kebakaran hanya dilakukan jika ada bencana kabut asap. Bukti itu, dapat dilihat pada kejadian bencana kabut asap dan berton-ton sampah beracun jika dikumpulkan akan membentuk gunung laut raksasa di udara Indonesia, khususnya Sumatera Utara.

Pembangunan lingkungan berbasis geodiversity perlu disosialisasikan kepada segenap masyarakat mengingat tatanan geologi dan lingkungan bumi Indonesia memiliki banyak keindahan, keunikan baik yang tampak di permukaan bumi maupun tidak tampak di bawah permukaan bumi atau terselimuti air laut yang hanya dapat diketahui dengan menggunakan pengetahuan dan teknologi canggih.

Sumatera Utara provinsi yang kaya akan sumber daya geologi serta kaya akan keragaman geologi yang merupakan hasil proses pembentukan Pulau Sumatera selama puluhan juta tahun. Hal ini perlu disosialisasikan dalam pembangunan lingkungan fisik yang berkelanjutan dengan berbasis geo-biodiversity. Karena di Indonesia saat ini terdapat 170 keragaman geologi (geodiversity) dan 33 warisan geologi Indonesia (geoheritage) yang dapat didasarkan dalam pembangunan udara bersih berkelanjutan, salah satunya terdapat di Sumatera Utara yaitu di kawasan Geopark Toba dan Danau Siais Tapanuli Selatan dan kawasan sejuta pesona wisata di Tapanuli Tengah dan Nias serta kawasan hutan lindung Batang Toru di Tapanuli Utara dan Selatan dan Hutan Lindung Gunung Leuser di Langkat dan Karo.

Sangat penting untuk dilestarikan, dan dapat menjawab pengendalian bencana lingkungan melalui pemahaman informasi penting dalam penyusunan tata ruang sekaligus dapat mendukung upaya konservasi sumber daya bumi untuk kehidupan di bumi sumatera utara terutama mengendalikan bencana geosfer, pembangunan tatanan hijau kota dapat dibumikan berbasis geodiversity. Dan Sumatera Utara harus menjadi pioner terdepan untuk menciptakan udara yang bersih.

GEOPARK TOBA-SIAIS

Konsep Unesco tentang geopark adalah memberikan peluang untuk mengenal, melindungi, memelihara dan mengembangkan situs warisan geologi, speleologi, arkeologi yang terkemas dalam unsur-unsur bentang alam karst, keragaman dan keunikan berbagai jenis lingkungan, sosial dan budaya akan menjadi pembangunan daerah hijau berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dan industri wisata berwawasan lingkungan.

Geopark merupakan sebuah konsep manajemen sumber daya keragaman bumi (geodiversity) yang mencakup geologi, biologi, sosial budaya dan pariwisata, sangat cocok dikembangkan di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki keragaman alam yang indah unik di Punggung Bukit Barisan Pulau Sumatera dari Pantai Barat hingga ke Pantai Timur dapat mengembangkan aspek konservasi yang hampir terdapat di tiap kota/kabupaten di Sumatera Utara.

Pengembangan geopark berpilar pada aspek konservasi dan aspek edukasi, lingkungan dan budaya kearifan lokal sekaligus menjaga keseimbangan paru-paru bumi untuk kehidupan di Bumi. Dimana masyarakat setempat diajak berperan serta untuk melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam. Sehingga udara di wilayah yang menjadi fungsi warisan alam menjadi tatanan lingkungan berhawa sejuk dan mengendalikan perubahan iklim global.

Geopark Danau Toba merupakan salah satu taman yang dapat difungsikan sebagai pengendali perubahan iklim global bersama geopark mini Tapanuli Selatan yaitu Danau Siais, di mana danau ini terbentuk oleh proses vulkanik dan menyimpan keragaman kecil dalam proses pembentukan punggung bukit barisan sebelah barat di wilayah Tapanuli Selatan, dan perlu dijaga untuk keseimbangan lingkungan, meliputi areal yang cukup luas, hampir 30 persen dari luas kabupaten Tapanuli Selatan dan berpadu dengan kawasan Hutan Lindung Batang Toru yang berada di wilayah Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan dan Tapanuli Tengah.

Gambar : Hutan Lindung Batang Toru, salah satu pengendali kerusakan lingkungan ekosistem  udara di Sumatera Utara, perlu dilestarikan (sumber gambara; dari berbagai sumber)

BERBASIS GEODIVERSITY

Amanah UU Tata Ruang No. 26 Tahun 2007 yang menyebutkan kawasan geodiversity harus diimplementasikan dalam pembangunan lingkungan yang berwawasan geodiversity, yang bertujuan untuk melindungi kerusakan lingkungan dan ancaman bencana serta mengendalikan perubahan iklim global.

Hasil klasifikasi inventarisasi geodiversity dalam UU No 26 tahun 2007, antara lain terdapat tiga kategori: (i) Geosite yakni situs geologi yang terbentuk secara alami dan mengandung komponen keragaman geologi tertentu yang unik, langka dan benilai keilmuan tinggi; (ii) Geotipe yakni objek atau bagian tertentu yang terbentuk secara alami di permukaan bumi yang memiliki ciri geologi dan geomorfologi bersifat luar biasa (outstanding) sehingga perlu dilindungi dan pengaruh-pengaruh kegiatan manusia (ant hropogenic) yang dapat merusak keberadaannya; dan (iii) Geoheritage adalah warisan geologi yang terbentuk secara alami dan memiliki nilai tinggi karena merepresentasikan rekaman proses geologi yang saling berhubungan sehingga secara keilmuan merupakan bagian penting dan sejarah dinamika bumi.

Intinya, diharapkan para pengelola taman bumi maupun taman wisata alam selalu mengedepankan berbagai peran geopark. Berbagai peran itu dapat dirinci sebagai berikut: Pertama, bumi memberi kita berkah, termasuk sumber daya alam dan keindahan bentang alam. Tetapi sesekali juga memberi bencana besar seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, tanah longsor, dan banjir.

Kedua, pendidikan di dalam geopark tentang planet kita yang dinamis menjadi cara yang paling efektif untuk membantu masyarakat setempat memahami cara hidup berdampingan dengan alam. Ketiga, saat ini, masyarakat sedang menghadapi perubahan iklim global yang belum pernah terjadi sebelumnya. Geopark di Sumatera Utara telah mencatat perubahan iklim di masa lalu, sehingga masyarakat Sumut harus berada di garis depan dalam pembangunan yang berbasis udara bersih. Masyarakat Sumatera Utara harus menjadi pendidik dan visioner dalam hal perubahan iklim, selain harus berusaha juga dalam pemanfaatan sumber daya hijau yang berbasis energi baru terbarukan dan memberlakukan standar terbaik untuk “pariwisata hijau” di kawasan Sumatera Utara.

BERBASIS LAND DIVERSITY

Membersihkan atmosfir bumi Sumatera Utara dari kekotoran emisi polutan dapat berbasis land diversity, yaitu membangunan tatanan lingkungan dengan keragaman geologi dan hayati serta taman wisata. Banyak potensi keragaman geologi lingkungan di daratan Sumatera Utara, seperti kawasan karts dan kawasan lindung geologi, belum dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat sekitarnya dengan tetap mempertahankan kelestariannya. Sebagian besar potensi geodiversity nasional, berada dalam keadaaan terancam dan belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat termasuk di sekitara lingkaran Danau Toba maupun didaerah wisata alam lainnya dengan mengembangkan konsep pemanfaatan berkelanjutan melalui kegiatan geotourism (geowisata), geopark (taman bumi), ecotourism (ekowisata) di berbagai kota di Sumatera Utara.

Potensi lingkungan taman geologi dan taman wisata di Sumatera Utara yang bersumber dan keragaman bentukan geologi (geodiversity) maupun biologi-ekologi, tersebar di kawasan lingkaran Danau Toba, Danau Siais, Hutan Lindung Batang Toru, Kawasan Gunung Leuser sebagian berada di wilayah kabupaten Langkat, kawasan wisata bahari di Nias dan pulau terdepan di Selat Malaka sangan berpotensi untuk mengurangi kekotoran udara di Bumi Sumatera Utara, sekaligus juga untuk mencegah kerusakan lingkungan hutan berbasis keragaman hayati.

Membersihkan polutan di udara Sumatera Utara dari berbagai emisi butuh kerja keras, salah satu yang diupayakan adalah menjaga taman bumi Sumatera Utara sebagai sumbangsih bagi dunia yang sangat penting untuk kehidupan di Bumi dan generasi penerus.

M. Anwar Siregar

Pemerhati Tata Ruang Lingkungan dan Energi Gosfer

19 Okt 2020

Krakatau-Sinabung, Ilmu Ledakan Zaman Now

 ILMU KRAKATAU-SINABUNG DI ZAMAN NOW

OLEH : M. ANWAR SIREGAR
Beberapa Gunungapi di Sumatera Utara muncul ditengah jalur arah memajang tubuh Pulau Sumatera, yang merupakan relik perpisahan rangkaian pegunungan Bukit Barisan Sumatera dari sebelah Barat dan Timur dan gunungapi ini juga duduk di perpotongan jalur sesar arah Sumatera ke Utara dan Selatan ke arah sesar Sunda dan seperti semua gunungapi lainnya di Sumatera duduk di atas Sesar Sumatra/Semangko yang merupakan zona robekan panjang 1.600 km yang membelah Pulau Sumatera demikian juga wilayah gunungapi Sumatra Utara terdapat robekan sepanjang 420 km dengan berbagai ruang penerobosan magma dan pusat-pusat energi seismik, dapat mentransfer energi seismik diatas kekuatan 7.0 Skala Richter, dan beberapa gunungapi di Sumatera Utara ada hubungan korelasi tatanan geologi yang dekat erat kaitannya dengan terjadinya letusan gunungapi di sekitar Toba Purba di masa lalu. Dan lagi-lagi Sinabung sebagai contoh pelajaran yang berharga.

11 Sep 2020

Udara Bumi Berbasis Geodiversity

 BERSIH UDARA BUMI BERBASIS GEODIVERSITY

Oleh : M. Anwar Siregar

Udara kotor sangat merugikan bagi masyarakat Indonesia dan regional, pelaku bisnis dan perdagangan serta pemerintah itu sendiri. Upaya konkret menghadapi isu perubahan iklim global lebih hanya ke acara seremonial dan banyak debat kusir, kebijakan untuk menekan kebakaran hanya dilakukan jika ada bencana kabut asap. Bukti itu, dapat dilihat pada kejadian bencana kabut asap dan berton-ton sampah beracun jika dikumpulkan akan membentuk gunung laut raksasa.

28 Agu 2020

Harmonisasi Huta, Cegah Banjir-Karhutla

HARMONISASI RTRW HUTAN, CEGAH BANJIR-KARHUTLA
Oleh M. Anwar Siregar

Banjir bandang dan disertai longsoran yang terjadi dibeberapa kota di Indonesia, seperti yang terlihat di Solok, lalu Bandung disusul lagi Sigi dan Sentani Jayapura terus berlanjut ke beberapa wilayah lain di Indonesia merupakan dampak dari berubahnya tata ruang wilayah dan berbagai alih fungsi keguanaan lahan yang menyebabkan kembali tanah Papua, Sulawasi dan Sumatera dan Jawa mengalami musibah banjir dan longsor.
Sebelumnya bencana banjir dan longsor melanda pernah melanda kota-kota tersebut banjir Sentani-Papua pada kejadian bencana banjir-longsor Wasior, begitu juga banjir-longsor di Kab. Bandung dan Solok. Kedua bencana ini terdampak bukan disebabkan oleh curah hujan yang tinggi melainkan juga oleh eskalasi kerusakan hutan yang sangat tinggi.

5 Agu 2020

(Masih Musim Hujan) Kompleksitas Banjir Medan Metropolitan

KOMPLEKSITAS BANJIR MEDAN METROPOLITAN
Oleh M. Anwar Siregar
 
Bukti ilmiah mengindikasi bahwa aktivitas manusia menurunkan sistim daya dukung fundemental lingkungan di Medan Metropolitan sekitarnya, kerusakan yang terjadi bukan saja di biosfer atau daratan bumi tetapi juga telah melewati atmosfer dan hidrosfer. Kerusakan ini telah menimbulkan kompleksitas bencana banjir dan longsor dalam suatu tata ruang lingkungan di kota-kota yang ada di Sumatera Utara termasuk juga imbasnya ke Medan dengan banjir lagi bersama kota Binjai dan Langkat.

1 Jul 2020

(Hati-hati) Asap Lintas Batas Berulang, (jangan buat) Malu Awak

ASAP LINTAS BATAS, MALU AWAK
Oleh : M. Anwar Siregar

(Saat ini, Indonesia sedang mengalami pandemi Corona, ada satu persoalan yang akan memperparah situasi corona dengan jumlah korban jiwa bertambah jika upaya Pemerintah Indonesia tidak berjalan, yaitu salah satunya serangan kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan dari negeri atau raja penghasil kabut asap yaitu Provinsi Riau dan Kalimantan).
Masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi corona juga harus meningkat daya tahan menghadapi serangan kabut asap dan upaya-upaya yan harus dilakukan oleh berbagai elemen untuk mengatasi karhutla pada musim asap tahun 2020 agar tidak lebih parah dan melintas antar batas negara, jelas agar menimbulkan rasa malu lagi.
Bencana kebakaran yang menimbulkan kabut asap di Indonesia telah berperan meningkatkan keasaman di geosfer dengan menimbulkan efek gas rumah kaca yang dihasilkan oleh pembakaran hutan dan lahan antara lain karbon dioksida, metan, nitrous oksida dan florin semakin membesar dan memastikan iklim semakin susah diprediksi. Dan gas-gas emisi inilah yang mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit terhadap manusia dan berefek kepada sumber daya manusia Indonesia mengalami kemunduran akibat tidak adanya pembatasan dan penekanan serta pengendalian perizinan konsesi lahan perkebunan dan pertambangan yang tidak berbasis pembangunan ekologi hijau.
Terlihat semakin banyak jenjang pendidikan meliburkan para siswanya di berbagai kota di Indonesia, maka visi SDM unggul yang menjadi slogan rezim Jokowi hanya menunggu waktu menjadi ”pepesan kosong” akibat dampak hangusan arang dari hutan-hutan Indonesia.

12 Jun 2020

Tahun 2020, Intensitas Bencana Alam

TAHUN 2020, WASPADA INTENSITAS BENCANA ALAM
Oleh : M. Anwar Siregar

Dalam mengurangi kemungkinan terjadinya bencana di beberapa kota di Indonesia termasuk Jabodetabek perlu ditingkatkan bahaya bencana hidrometeorologi yang di sampaikan oleh BMKG dengan beberapa poin penting dalam mitigasi bencana tanah longsor seperti: melakukan identifikasi daerah rentan bencana tanah longsor (peta, informasi); Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bencana tanah longsor (sosialisasi, pendidikan); Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan masyarakat menghadapi bencana; Penataan ruang akibat sering terjadinya bencana banjir merupakan sebagai referensi untuk pemerintah daerah untuk melakukan penataan ulang kembali tata ruangnya. Karena setiap tahun, struktur geologis wilayah akan bergeser, yang disebabkan beberapa faktor. Seperti faktor cuaca, alam, sedimentasi serta air yang mengalir dalam tanah.
Pembangunan suatu wilayah hendaknya mempertimbangkan informasi geologi, baik potensi atau pun bahaya geologi, karena informasi potensi geologi dapat digunakan untuk pengetahuan daya dukung tanah untuk fondasi bangunan, potensi air tanah, potensi bahan galian, daerah resapan air tanah, dan potensi lahan untuk TPA.
Sedangkan informasi bahaya geologi merujuk pada zonasi daerah rawan longsor, gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi. Oleh karena itu, Pemerintah daerah diingatkan agar izin dan segala macam yang berkaitan dengan pembangunan sebaiknya memperhatikan juga informasi geologi, karena berkaitan dengan kelestarian lingkungan dan kepentingan masyarakat dengan kelestarian lingkungan dan kepentingan masyarakat kawasan rentan bencana tanah longsor (permukiman, tata lahan); dan Penyesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Harus menjadi rujukan bagi daerah-daerah yang mengalami musibah bencana banjir dan longsor seperti yang terjadi di Solok Selatan, Kampar, Samosir, Aceh Barat, Sigi dan beberapa kota lainnya.
IRONI POHON

Populer

Laut Indonesia darurat sampah

  LAUT INDONESIA DARURAT SAMPAH Oleh M. Anwar Siregar   Laut Indonesia banyak menyediakan banyak hal, bagi manusia terutama makanan ...