25 Agu 2016

Etika Demokrasi Geopol



ETIKA DEMONSTRASI POLITIK DENGAN BAHASA “PENA”
Oleh M. Anwar Siregar

Memasuki abad 21, telah membuka satu cakrawala demokrasi bagi rakyat Indonesia dan meningkatnya perbedaan-perbedaan baru dalam kehidupan di abad global di Indonesia, membentuk peradaban baru, dari era refresentasi ke era simulasi masyarakat ke post modern demokrasi.
Proses demokrasi global juga dapat memunculkan sebuah ancaman terhadap identitas diri individu atau kelompok. Kehidupan di era post modern global dapat mempercepat hilangnya semangat spirit sosial terutama semangat eksistensi sosial kultural, pertentangan untuk menunjukkan jati diri (etnis) selama kekuasaan orba mengalami kooptasi melalui penyeragaman identitas (uniformitas) yang banyak dialami semua etnis dan pada era reformasi mulai unjuk kekuatan dan menyebabkan fenomena euphoria kebebasan yang berakhir pada keruntuhan norma-norma etika.

24 Agu 2016

Ketangguhan Investasi Bencana Lingkungan Sumut



MEMBANGUN SUMUT TANGGUH INVESTASI BENCANA LINGKUNGAN
Oleh M. Anwar Siregar

Sumatera Utara masih diprediksi menghadapi ancaman bencana lingkungan strategis, yang diprediksi berasal dari kegempaan besar tsunami dahsyat kedua dari wilayah Pantai Barat Sumatera di Mentawai menjadi ancaman yang menghancurkan kota-kota di Sumut. Yang patut dikhawatirkan adalah bila pusat gempa bumi berada di bawah Selat Mentawai. Hal itu akan memicu tsunami besar yang mengancam Pantai di Teluk Tapanuli yang berkontur datar dan tidak terlindungi oleh sistim perisai lingkungan hijau berlapis.
HARUS SIAP
Sumut belum siap dan belum mempersiapkan tatanan kehidupan kota berbasis bencana lingkungan terutama belum siap untuk mewaspadai megathrust dari Mentawai dimasa mendatang, sebab bencana yang kecil saja seperti bencana banjir dan gerakan tanah belum mampu diatasi dan akan terus berlanjut karena masih ada energi stress yang belum dilepaskan di Utara di Pulau Pagai dan Sipora atau Siberut yang berdekatan dengan zona kegempaan besar Nias dan mengingat posisi blok Patahan Enggano-Mentawai berada tepat di tengah-tengah zona subduksi yang dapat menghasilkan kegempaan strategis luar biasa. Sudah siapkah kita? Harus sudah diimplementasikan dalam pembangunan ketataruangan investasi lingkungan yang tangguh bencana, serta peningkatan kewaspadaan dini untuk menjaga investasi lingkungan hijau yang sangat mahal
INVESTASI LINGKUNGAN
Untuk menjaga investasi properti tata ruang kehidupan yang lebih baik dari sekarang, maka kota-kota besar di Sumut [termasuk Propinsi pemekaran] harus lebih siap menata tata ruangnya sesuai dengan karakateristik geomorfologinya dengan bertumpuh pada kajian geohazard dan georisk untuk menimalisasi bencana, bahwa pelajaran bencana tata ruang lingkungan terdahulu telah memberikan gambaran kehancuran sarana infrastruktur lebih disebabkan oleh peletakan tata ruang berada dalam radius ancaman gempa, letusan gunungapi, banjir dan gerakan tanah atau tepatnya berada dalam kawasan zona patahan gempa bumi yang memiliki distabilitas tanah yang lembek, contohnya untuk kota Padangsidimpuan dan Sipirok berada dalam sub segmen patahan Toru-Angkola bagian dari patahan sumatera dan jalur vulkanik, begitu juga Tanah Karo.
Dalam menjaga tata ruang investasi lingkungan properti dan kawasan lingkungan industri di pesisir Sumut, beberapa kota yang berada di kawasan pesisir dengan 4-5 jenis berbagai ancaman bencana harus memadukan aspek teknologi deteksi dini gempa (early earthquaked warning), tsunami serta vulkanik seische dan teknologi kanal banjir kiriman. Sedangkan dalam pembagian wilayah sistim peringatan dini untuk berbagai jenis bencana di Sumut dapat dibagi dalam tiga zona penyebaran di bagian barat dengan pusat utama di Gunung Sitoli dan Sibolga, bagian tengah di pusatkan di Parapat ataupun di kawasan Tanah Karo karena ada beberapa gunung api dan tiga segmen patahan berdekatan dengan dua danau kawah terbesar serta di bagian timur dipusatkan di Medan atau Deli Serdang.
Khusus di Pulau Nias sebaran teknologi deteksi gempa dan tsunami harus tersebar 7 wilayah yaitu utara, barat, selatan, timur Nias serta di Pulau Tello, Pulau Tanah Masa dan Pulau Sigintan, sistim harus berlapis mulai dari peralatan GPS, sensor broakbank, pemrosesan data, riset penelitian dan perisai pemecah gelombang alamiah dan buatan harus ada dalam radius 15 km di lokasi bekas kejadian gempa dan zona patahan maupun pusat tumbukan antar lempeng di lautan hingga menuju ke daratan dan terintegrasi dengan EWS di Daratan Sumut. Hingga ditulisan ini di buat, tata ruang untuk teknologi perlindungan tersebut belum diterapkan secara maksimal dan sebagian juga sudah ada rusak dan dicuri.
Pusat pengumpulan dan penelitian perubahan anomali kelautan seharusnya telah lengkap di pelabuhan laut Sumut agar data EWS tersebar cepat dan real time, stasiun pengamatan pasang surut air laut diberbagai pelabuhan Sumut harus ditingkatkan lagi karena jumlahnya masih terbatas termasuk di pelabuhan besar Belawan dan pusat pertumbuhan kawasan industri baru seperti Sei Mangke, pemerintah Sumut harus terus merevisi data dan memonitoring peralatan diberbagai instansi terkait dengan sistim kebencanaan lingkungan yang di senergiskan dengan penempatan tata ruang hunian jauh dari ancaman bencana geologi dan klimatologi.
Setiap daerah Kota/Kabupaten di Nias dan Sumut harus terdapat 15-25 seismograf gempa dan vulkanik bukan dalam jumlah 2-3 seismograf, memiliki 15 pusat stasiun sensor broadbank di darat dan kepulauan, infrastruktur fisik jalan-jembatan harus tahan gempa dengan peredam guncangan disisi badan dan jembatan di daerah di pesisir pantai dan kepulauan Nias, sedangkan di daerah pegunungan harus di tambahkan dengan disertakan daerah jalan alternatif tidak jauh dari zona jalan arteri, tidak berada dalam radius 25 km zona patahan bumi sebagai upaya zonasi rehabilitasi dan penambahan kekuatan struktur bangunan yang telah ada (refrofit),
Menjaga barang investasi berharga seperti perumahan, arsip negara, pusat perdagangan bisnis dan pendidikan-kesehatan sangat penting dalam mengurangi jumlah kerugian dan menekan biaya rekonstruksi dapat diupayakan melalui pemetaan daerah kegempaan lokal untuk basis aturan zonasi rehabilitasi keruangan sebagai agunan masa depan tata ruang yang harus tersedia dan dipatuhi. Daerah tata guna lahan lingkungan yang telah mengalami bencana gempa dan dan letusan gunungapi sebaiknya difungsikan sebagai daerah rehabilitasi pertanian dalam jangka tertentu sebagai upaya penekanan laju kerusakan lingkungan serta tindakan pencegahan kekurangan sandang pangan atau ketahanan pangan berkelanjutan.
Pemetaan dan perlindungan zonasi daerah wisata sebagai investasi devisa harus telah tersedia peta daerah aman bagi lintasan jalur logistik serta taman depo ketahanan bencana dan jalur lintasan evakuasi yang jelas, Kota/Kabupaten yang memiliki keunggulan wisata perairan pantai, kelautan dan panorama pegunungan sebaiknya menjadikan zona terbesar wisata alam itu sebagai keseimbangan lingkungan daerah tangkapan air bersih dengan menekan laju spasial interior bangunan raksasa dengan mempersiapkan sebagian besar menjadi kawasan khusus taman hijau, daerah siklus air dan bio-geodiversity, yang akan menggambarkan wilayah itu sebagai paru-paru alam, menekan ancaman berat terhadap keanekaragaman hayati secara global dengan dipadukan dengan sistim sirene lokal di berbagai tempat di setiap kota kecamatan dalam satu kabupaten. Tata ruang lingkungan wisata ini dapat dimulai dari Pesisir pantai Barat Sumatera di Nias, Tapteng dan Timur dari Langkat hingga Belawan.
Yang terakhir dan sangat berperan penting dalam jalur investasi bencana lingkungan adalah kesiapsiagaan masyarakat lebih intensif dengan meningkatkan pelatihan mitigasi Tim Rescue atau SAR dan masyarakat secara berkala 4 kali dalam setahun maupun pusat penyebaran informasi dan komunikasi pada interval 10 km dalam tiap kecamatan. Peningkatan pelatihan sebagai upaya menekan laju kehilangan sumber daya manusia yang berkualitas, sumber daya manusia di Sumut termasuk paling rentan mengalami korban akibat bencana alam.
Karena itu, bahwa gambaran bencana lingkungan setiap tahun belum mencerminkan kemampuan pemerintah daerah di Sumut mengendalikan kehancuran tata ruang infrastruktur lingkungan serta pelatihan bencana lingkungan masih belum optimal sehingga masih akan ada banyak korban bencana. Sejujurnya, sebenarnya Sumut belum siap menghadapi  “tantangan” Mentawai sebelum tahun 2033 atau bencana banjir kecil di masa mendatang dan mungkin lebih cepat terjadi?.

M. Anwar Siregar
Pemerhati Tata Ruang Lingkungan dan Energi-Geosfer

Introspeksi Kabut Asap

MOMENTUM INTROSPEKSI BENCANA KABUT ASAP
Oleh M. Anwar Siregar
Sejarah buruk kabut asap berulang kembali di Indonesia , yang paling terburuk sudah pernah berlangsung pada tahun 1997 lalu. Saat kejadian itu, kabut asap akibat kebakaran hutan untuk pembukaan dan perluasan lahan perkebunan di Kalimantan dan Sumatera menimbulkan bencana kabut asap yang mencapai wilayah udara Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam dan Fhilipina yang terjadi akibat terbakarnya sumber daya alam gambut. Dan saat ini bencana kabut asap telah berlangsung lebih tiga bulan terjadi. Pengulangan bencana kabut asap juga terjadi pada tahun 2014 walau tidah separah tahun 2015 namun telah menimbulkan banyak kerugian karena jumlah titik api yang menggila itu ternyata memberi ekses ke negeri jiran di kawasan Asia Tenggara.
Laju kerusakan lingkungan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan upaya pemulihan dan perlindungan. Fenomena bencana ekologis nyaris berlangsung setiap hari di Tanah Air yang tidak pernah berhenti, seperti datang berganti dari kota atau desa ke Desa atau kota berikutnya. Fenomena bencana terutama bencana kabut asap yang menghasilkan berton-ton milyar emisi ke atmosfir itu akibat dianutnya paradigma pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan tetapi lebih berbasis kepada pembangunan berbasis pertumbuhan ekonomi yang bertumpu kepada ekspansi sumber daya alam oleh penyelenggara Negara melalui berbagai kebijakan yang selama ini telah diterapkan.
Dekade terakhir ini menunjukan bahwa percepatan perusakan lingkungan hidup jauh meningkat akibat adanya pertautan dan standar ganda politik kekuasaan dengan lingkungan serta bisnis ekstraktif yang berdampak negatif bagi banyak kehidupan dan Indonesia yang paling banyak menikmati kerugian, mengeluarkan banyak dana pemulihan kondisi alamnya dan telah memberikan sebuah pukulan telak bagi pertumbuhan ekonomi dan sumber daya manusianya dan juga memberikan kerusakan perubahan iklim global.
STANDAR KEBIJAKAN
Standart ganda kebijakan lingkungan semakin menarik dengan situasi baru yang terjadi saat ini di Indonesia terutama yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan di tahun 2015, situasi darurat kabut asap hingga menghasilkan bencana kemanusiaan itu menjadikan semakin penting karena menyangkut target pengurangan emisi dari aksi emisi pemerintah Indonesia sebesar 26 persen pada tahun 2020 yang menciptakan kecemasan bagi masyarakat internasional, sebab semakin buruk dalam mengendalikan bencana perubahan iklim global yang ingin dicapai pemerintah. Dipihak lain, pemerintah juga membutuhkan aliran dana masuk dalam bentuk investasi perluasan pembukaan perkebunan untuk memenuhi target sebagai penghasil produk industri sawit terbesar dunia yang menimbulkan berbagai kebijakan ganda, yaitu memberikan izin maka tidak langsung maupun langsung akan berdampak pada kondisi lingkungan seperti saat ini, terjadi bencana kabut asap.
Akibat kebijakan ganda ini telah memberikan ekses bagi pertumbuhan ekonomi yang melambat karena adanya penundaan mobilisasi berbagai sarana transportasi ekonomi, penerbangan, logistik serta pembangunan sarana infrastruktur fisik perhubungan dan pendidikan serta target pencapaian produktivitas industri yang mengalami gangguan. Upaya yang dilakukan selama ini dalam penanganan masalah kabut asap itu ternyata belum maksimal disebabkan masih terbatasnya kemampuan pemerintah dan sumber daya ahli gambut yang dilibatkan belum terakomodasi sejak era pemerintahan Soeharto ke pemerintahan Jokowi. Para ahli ini seharusnya dilibatkan dalam mengatasi laju kerusakan lingkungan seperti kabut asap yang salah satunya penyebab perubahan iklim.
Sebuah introspeksi bagi standar ganda kebijakan bagi pencapai target emisi dan ekonomi. Momentum kabut asap harus menjadi introspeksi bagi berbagai kebijakan pemerintah yang perlu ditindak lanjuti dalam upaya menekan laju kerusakan alam Indonesia.
BERITA ASAP
Berita asap kini menjadi topik utama berbagai media nasional dan luar negeri, yang menyoroti kinerja kabinet Jokowi-JK yang jika dicermati visi dan misi pembangunannya tidak berpihak atau paling sedikit membahas penanggulangan bencana di Indonesia, dan semua tahu negara ini telah ditakdirkan untuk hidup akrab dengan bencana, seharusnya dalam salah satu kebijakan lebih memprioritaskan pembangunan lingkungan sumber daya alam yang berbasis lingkungan ekologi dengan bertumpu dari berbagai kajian ilmu-lmu kebumian dan disiplin ilmu lain untuk menekan dampak natural disaster, economic disaster ataupun juga dampak man made disater dengan titik fokus akibat pengejaran pertumbuhan ekonomi tanpa mengabaikan faktor lingkungan.
Kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan serta sebagian Papua adalah faktor ekonomi dan bukan oleh faktor alam, kalau di Jawa dan Sulawesi adalah faktor musim kemarau yang telah menimbulkan musibah kabut asap hingga menjalar ke Malaysia, Singapura dan Fhilipina tak bisa dianggap remeh lagi.
Berita dari sumber ramalan cuaca menyebutkan adanya musim kering panjang benar-benar terjadi. Sumber Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memperkirakan peristiwa kebakaran hutan dan asap tahun telah menjadi rekor sekarang. NASA memperkirakan total kerugian lingkungan akibat bencana ini bisa mencapai US 9 miliar dollar atau 129 milyar rupiah.  Data dari Global Fire Emissions Data Base yang di dukung NASA, menyebutkan juga perkiraan sekitar 600 juta ton gas rumah kaca telah dihasilkan oleh kebakaran tahun 2015 selama kurun tujuh bulan.
Sumber BNPB, memprediksi kerugian ekonomi akibat bencana kabut asap yang terjadi karena kebakaran hutan dan lahan di beberapa Provinsi di Indonesia pada tahun 2015 bisa melebihi angka Rp 30 triliun. Sebuah angka kerugian yang fantatis dan seharusnya menjadi bahan renungan bagi Kabinet Jokowi-JK.
Sumber emisi kerugian itu berasal dari 16.500 titik sejak Januari-Septembaer 2015 berdasarkan data LAPAN Indonesia sebanyak 24.086, sedangkan berdasarkan data NASA FIRM yang tersebar lima provinsi dengan kebakaran terparah di Jambi, Kalbar, Kaltim dan Sumsel serta Riau. Titik panas yang berbeda di konsesi perusahaan, beberapa diantaranya yaitu Kalbar ada 2.449, Kalteng terdapat hot spot sejak April sebanyak 5.692, Riau terdapat titik api 1.005, Sumatera Selatan sebanyak 4.416 hot spot dan Jambi terdapat 2.842 titik panas.
Berita tentang bencana kemanusiaan yang berdampak pada kesehatan manusia yang kena dampak asap telah mencapai lebih 2.5 juta jiwa dan terpapar ISPA mencapai 325.000 jiwa dengan Jambi yang paling parah merasakan dan jumlah korban meninggal telah mencapai lebih 10 jiwa termasuk bayi baru lahir akibat kabut asap pekat di Palangkaraya. Sebuah renungan bagi semua untuk memahami daya dukung bumi dalam eksistensinya bagi kehidupan manusia khususnya bagi kebijakan pemerintah dalam membangun pembangunan yang merata di Indonesia tanpa mengorbankan ekosistim yang menjaga rantai kehidupan bagi semua makhluk hidup dibumi dan pemerintah wajib bergerak cepat bahwa bencana kabut asap saat ini telah lebih parah dibandingkan pada kejadian tahun 1997 lalu, dan jumlah-jumlah korban akan terus meningkat selaras dengan bertambahnya lokasi titik panas telah menyentuh lokasi yang mengandung bahan tambang di lima provinsi terkaya akan bahan tambang vital dan strategis (dari berbagai sumber).
Berita lainnya tentang kondisi fisik pencemaran lingkungan mencatat sejak awal september-oktober 2015 tingkat total suspended particulates (TSP) sudah melebihi batas normal di beberapa kota di Indonesia. Berdasarkan data baku mutu udara, tingkat TSP normal seharusnya 230 mikro gram per normal meter kubik, yang nampak sekarang dari tingkat pencemaran kabut telah mencapai 1000-3000 mikro gram per normal meter kubik.
INTROSPEKSI ASAP
Kabut asap saat ini melanda tiga propinsi di Sumatera yaitu Aceh, sebagian Sumatera Utara dan Riau, berulang kembali, penyebabnya tidak ada instropeksi.
Tidak mengherankan telah menelan jumlah korban yang meninggal sia-sia akibat buruknya penanggulangan bencana kabut asap dan diperparah kurang responnya pemerintah sejak era reformasi untuk memahami kejadian berulang bencana asap tiap tahun, harusnya pemerintah introspeksi.


Momentum kabut asap adalah renungan terbaik bagi pemerintah dan masyarakat untuk memahami kondisi lingkungan dengan bijaksana agar dapat mengendalikan kehancuran yang lebih luas.
Pemerhati Tata Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer

Disintegrasi Bangsa



DISINTEGRASI, ETIKA DAN INTEGRASI BANGSA
Oleh : M. Anwar Siregar
 
Eskalasi politik Indonesia kini memasuki periode yang sangat menentukan bagi  kelangsungan pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, demo dan unjuk kekuatan dan dibarengi intimidasi bagi anggota dewan telah melewati rasa toleransi yang pernah dimiliki bangsa ini menjadi sebuah teror yang sangat menakutkan bagi keselamatan bangsa ini.
Pergunjingan, pertikaian, perdebatan dan pemberontakan sepertinya tak sanggup diselesaikan oleh presiden Indonesia ini yang lebih senang bepergian ke luar negeri, rencana terakhirnya ia mau ke Australia walau sudah dilarang keras ia masa bodoh (dengan diucapkan dengan persetan dengan mereka, saya tetap kesana – Australia). Sedang masalah yang sangat mendesak seperti terus meningkat tajam bukannya menurunkan suhu yang sudah panas, negeri ini sepertinya tinggal didalam neraka dan diperparah lagi oleh para elite cuma banyak omong kosong.

Krisis Pemimpin dalam Perspektif Islam



KRISIS ETIKA PEMIMPIN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Oleh : M. Anwar Siregar

Banyak orang saat ini berambisi duduk di tampuk kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif, seperti kita lihat di pemerintahan Indonesia. Makna kekuasaan di Indonesia telah mengalami penyelewengan dan cenderung untuk kepentingan pribadi beserta kronik-kroniknya. Mengantarkan bangsa ini sebagai bangsa yang mudah diobok=obol oleh bangsa lain dan diperparah terjadinya bencana alam, yang turut memperparah keadaan bangsa Indonesia dalam pembangunannya.
Saat ini beberapa daerah di Indonesia sedang melaksanakan pemilihan langsung kepala daerah, dalam perjuangannya untuk mendapatkan sosok pemimpin yang kelak dituntut untuk mempertanggung jawabkan kepemimpinannya. Rakyat harus mencermati siapa yang layak untuk menjalankan amanah penderitaan rakyat, mampu menjalankan kekuasaan itu sebaik-baiknya, bukan mengumbar janji-janji. Karena sudah banyak sejarah memberikan pelajaran bagi suatu pemimpin bangsa bahwa kekuasaan itu tidak ada yang abadi, kadang-kadang dari kekuasaan itu dapat merusak akhlak seorang pemimpin, jika mempertahankan dengan kewenangan untuk kepentingan golongannya. Dalam sejarah kepemimpinan islam telah mengajarkan bagaimana hancurnya kekuasaan khalifah Usman dan pemerintahan Ali Ibnu Abi Thalib. Membuat kesalahan dengan menempatkan kawan dan keluarga (nepotisme) sebagai yang berhak untuk memimpin kekuasaan dengan integritas yag dimiliki oleh pemimpin sangat rendah dengan kualitas moral tidak tertanam dengan baik.

22 Agu 2016

Kekuasaan dalam Perspektif Islam



PENYELEWENGAN KEKUASAAN DIDALAM PERSPEKSTIF ISLAM
Oleh : M. Anwar Siregar

Kecenderungan pemimpin pada abad modern ini dalam mengendalikan kekuasaan cenderung menyelewengkan kepercayaan masyarakat dengan buktikan dengan munculnya korupsi yang marajelela dengan diiringi maraknya orang terdekat akan memimpin kekuasaan diberbagai lapisan sistim pemerintahan dari suatu Negara seperti yang kita lihat di Indonesia agar dominasi kekuasaan tetap berlanjut.
Dalam pemilihan kepala pemerintahan daerah baik walikota maupun bupati di Indonesia sering terdengar politik uang yang tergolong penyuapan yang sangat dilarang keras oleh hokum positif dan hokum agama. Korupsi-korupsi yang terjadi di Indonesia telah mengaburkan nilai-nilai kemanusian, hati nurani seperti sudah tertutup, korupsi termasuk dalam perbuatan penipuan terhadap rakyat dan memanipulasi aspirasi rakyat, pencurian terhadap hak-hak rakyat dan mengkhinati amanah rakyat.
Dalam hadist Rasulullah yang diriwayatkan kepada Bukhari dan Muslim “seorang hamba yang dianugerahi Allah jabatan kepemimpinan, lalu dia menipu rakyatnya, maka Allah mengharamkannya masuk surga”.

Sport Tradisi Emas Kembali



TRADISI EMAS TELAH KEMBALI, KEJAYAAN BERLANJUT
Oleh : M. Anwar Siregar

Kegagalan pada olimpiade London pada tahun 2012, itu menjadi pelajaran bagi Owi-Butet dalam menuntaskan kemenangan mereka pada ajang Olimpiade berikutnya di negeri Neymar, pada tahun 2016 dengan merebut medali emas bulutangkis.
Sepanjang tahun 2016 ini, Pasangan ganda campuran Indonesia ini belum menunjukkan grafik permainan yang bagus, sering gagal dibabak awal berbagai turnamen dan diprediksi beberapa pengamat bulutangkis mereka dianggap sudah habis, apalagi disaat yang bersamaan, Junior mereka Praven-Debby terus menunjukkan kualitas mereka dengan merebut turnamen All England 2016, Tontowi Ahmad-Lilyana Natsir itu sering terjegal oleh pasangan yang bukan unggulan, apalagi kondisi fisik Butet tidak menunjukkan kehebatan seorang pengatur serangan di depan net dan sering salah langkah dan mengantisipasi serangan balik lawan sepanjang turnamen mereka ikuti sebelum Olimpiade Rio De Janeiro 2016.
Namun yang mengejutkan saya ketika menyaksikan siarang langsung TV, nampak jelas, variasi serangan yang mematikan yang ditujukan oleh keduanya, sejak babak penyisihan sudah duga ganda campuran Indonesia diprediksi minimal lolos ke semifinal karena mereka akan menghadapi ganda campuran tangguh Tiongkok yang merupakan unggulan teratas ZhangNan/Zhan Yunlei.
BUKTI INDONESIA TANGGUH
Tantangan Bulutangkis sepanjang peride tahun 2016 sangat menantang untuk membuktikan kualitas atlet bulutangkis kita, bahwa kita masih ada, namun memang belum mampu merebut kejayaan seperti diera 15 tahun lalu. Namun langkah merebut medali emas sudah mengingatkan kepada publik bulutangkis dunia bahwa Indonesia akan terus berjuang untuk mendapatkan tradisi mereka sebagai kekuatan bulutangkis dunia.
Sepanjang tahun ini, Indonesia memang hanya kadang membawa satu atau dua gelar, namun hal itu sudah cukup untuk mengingatkan kita bahwa Indonesia hanya berhitung hari untuk merebut kembali kejayaan itu. Kegagalan dalam merebut Piala Thomas 2016 lalu harus dijadikan sebagai pelajaran untuk mempersiapkan segala-galanya agar kita terbuai oleh kenangan masa lalu, bangkit dan bekerja keras adalah motto yang harus ditanam pada jiwa atlet mudah kita bahwa kita mampu untuk bersaing sekeras apapun tantangan yang ada.
Tradisi emas berlanjut kembali karena upaya keras atlet dan pelatih untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan tanah air apalagi bersamaan dengan HUT Kemerdekaan ke 71 RI, sebuah kenangan yang sangat manis bagi pasangan ganda campuran ini. Sebuah kado istimewa dari atlet yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.
Medali Emas ganda campuran merupakan gelar pertama bagi Indonesia di ajang Olimpiade dan medali emas ke tujuh bagi Indonesia. Sebuah hal yang sangat istimewa karena akan mendorong setiap jiwa atlet muda yang membela bangsa akan mnejadi motivasi tak terhingga seperti kita yang ingin terus menghadirkan lambang supremasi beregu putra (piala Thomas) dan beregu putri (piala Uber) serta beregu campuran dunia (piala Sudirman Cup). Semua lambang supremasi beregu dunia sudah kita renggut dan sangatnya kita bangkit untuk merebut kembali. Lupakan kegagalan piala Thomas dan Uber 2016, mari kita berseru untuk bersatu kembali untuk mewujudkan visi ke era kedepan.
Japan Open Superseries, Indonesia Tanpa Tontowi/Liliyana 
Pasangan sejoli Emas Ganda Campuran yang memberikan kebanggaan bagi Bangsa di HUT RI ke 71
Sumber Foto : Analisa
EMAS KE TUJUH
Catatan sejarah bulutangkis Indonesia terus berlanjut, kita tidak boleh pantang menyerah untuk merebut kejayaan itu, siklus kehidupan memang kadang menunjukkan bahwa tidak ada yang abadi, namun kita tidak boleh tenggelam dalam euphoria kenangan masa lalu, kita harus terus menumbuh kembangkan semangat untuk terus berjuang.
Diantara prestasi kita saat ini, memang prestasi bulutangkis penuh warna abu-abu, tidak tenggelam dan tidak juga terang, namun tradisi emas itu tetap mengingatkan generasi penerus bulutangkis bahwa indonesia tidak akan tenggelam. Akan selalu muncul atlet untuk menerus tongkat estafet dalam mengisi prestasi bangsa Indonesia di ajang bulungkis dunia, seperti layaknya kita terus mengisi kemerdekaan Bangsa Indonesia dengan prestasi gemilang dan menjaga utuh Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dibawah ini saya sertakan catatan tinta emas kejayaan bulutangkis olimpiade yang diikuti Indonesia yang dicatat di buku dan disari dari berbagai sumber sebagai berikut :
Tahun              Olimpiade       Medali                                    Nama Atlet                             Keterangan
1992                Barcalona         Tunggal Putra               Allan Budi Kusumah                 Emas 1
                                                Tunggal Putri                Susi Susanti                              Emas 2
                                                Tunggal Putra               Ardi BW                                  Perak
                                                Tunggal Putra               Hermawan Susanto                   Perunggu
                                                Ganda Putra                 Eddy Hartono/Gunawan           Perak
1996                Atlanta             Ganda Putra                 Rexy Mainaki/Ricky S  Emas 3
                                                Tunggal Putri                Mia Audina                              Perunggu
                                                Tunggal Putri                Susi Susanti                              Perunggu
2000                Sydney            Ganda Putra                 Tony Gunawan/Candra W        Emas 4
2004                Athena             Tunggal Putra               Taufik Hidayat                          Emas 5
2008                Beijing              Ganda Putra                Hendra S/Markis Kido             Emas 6
                                                Tunggal Putri                Maria F K                                Perunggu
2016                Rio de Janeiro Ganda Campuran          Tontowi A/Lilyana N                 Emas 7
Keberhasilan Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir telah membaya  kegagalan mereka di Olimpiade London dengan kalungan emas dan memungkin lagu Indonesia Raya berkumandangn walau sebiji emas namun di pastikan akan tetap membangkitkan semangat atlet Indonesia dalam menyambut olimpiade 2020 di Jepang. Negeri matahari terbit itu akan terus di bidik negeri zmrud kahatulistiawa ini untuk mempertahankan tradisi emas walau sebiji dibawa tetap akan di kenang oleh rakyat Indonesia, bagi kami Indonesia Raya harus bergema di Olimpiade.
SETELAH OLIMPIADE
Setelah sukses olimpiade sudah saatnya PBSI harus mengevaluasi bagi sektor lainnya, karena pasangan Ganda Putra Moh Akhsan/Hnedra Setiawan gagal melangkah ke fase semifinal, harus dievaluasi faktor mengapa mereka sering kalah menang dan mengapa ganda putri terbaik Indonesia Gressia Polii/Nitya Krishinda mengatasi pasangan Tiongkok, begitu juga Tommy Sugiarto, yang sudah berlatih khusus di Singapura serta Tungga Putri Lindaweni Fanetri yang gagal terus di berbagai turnamen bulutangkis internasional.
Evaluasi sangat penting untuk menghadapi tantangan berikutnya pada SEA Games 2017, Indonesia tidak boleh gagal hanya mengatasi lawan-lawan yang sudah jelas. Untuk Tontowi Ahkmad/Lilyana Natsir terus lah menjaga kebugaran fisik demi terus berprestasi apalagi khusus untuk Butet adalah olimpiade terakhir karena telah berekapala “tiga” dan PBSI perlu mencari “istri baru” untuk Tantowi dengan jodoh yang tepat. Agar tradisi ganda campuran dalam kurun hampir delapan tahun ini terus menjaga marwah Bulutangkis Indonesia padahal pada tahun-tahun lalu sekitar 15 tahun lalu ganda campuran dianggap tidak bergengsi dan pemain yang bermain dianggap sisa atau buangan namun kini tidak lagi perlu memikirkan hal yang tabu bagi ganda campuran. Tradisi emas justrunya mereka yang menyelamat muka Indonesia untuk ke sekian kali lagi.
Buat Praven Jordan/Debby Susanto, kalian adalah calon penerus dan jangan anggap beban besar, pelajari semua kelamahan lawan, variasi serangan fokus utama selain memperkuat daya serang pukulan yang lebih baik, kegagalan terlihat pada beban mental dan tekanan pertahanan yang sering seperti mati langkah.
Selamat sekali lagi buat Owi/Butet, anda adalah rakyat yang sangat mengagumkan bagi bangsa, kami semua bangga atas perjuang kalian termasuk atlet bulutangkis lainnya dan tentu juga untuk atlet peraih medali perak angkat besi bagi Sri Mulyani dan Eko Yuli. Teruslah berprestasi, raih mimpi setinggi bintang untuk Asian Games 2018 di Indonesia. Selamat bahagia, Merdeka Indonesia ku selama-lamanya.

M. Anwar Siregar
Geolog, Penggemar Sport Bulutangkis, Sepakbola dan Adventure Geologi

Populer

Laut Indonesia darurat sampah

  LAUT INDONESIA DARURAT SAMPAH Oleh M. Anwar Siregar   Laut Indonesia banyak menyediakan banyak hal, bagi manusia terutama makanan ...