Mar 14, 2016

Bencana Indonesia



INI BANJIR INDONESIA, BUNG!
Oleh M. Anwar Siregar

Bah! Banjir lagi Medan, banjir juga di Bandung, banjir pula di Jakarta, banjir bandang di Kampar, banjir meluas di Aceh Selatan hingga ke Bali dan Dompu, banjir dimana-mana di Indonesia, miriplah pada kejadian bencana kabut asap, hampir seluruh tanah air kena dampak asap. Sekarang giliran banjir datang, padahal hujan sebentar saja turun, maka bermunculan anak-anak sungai dipermukaan jalan, pemukiman terendam air parit busuk, dan taman-taman hijau menjadi tidak elok dipandang mata, berserakan pula sampah-sampah bau, menjadikan pandangan yang tidak sedap ditiap sudut kota-kota di Indonesia.
GAMBARAN BANJIR
Itulah gambaran dalam beberapa hari ini musibah banjir bila musim hujan telah tiba, dan tiba-tiba juga terjadi bencana banjir tanpa permisi masuk ke dalam rumah, membentuk kolam ‘gratis”, bencana banjir kadang meminta upeti korban harta, jiwa serta infrastruktur dan peningkatan kemiskinan, karena efek banjir bukan saja merusak tata ruang yang ada tetapi juga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kemiskinan karena ada hubungan yang selaras, ada kerusakan maka ada imbangan ekonomi yang tidak murah, contohnya ada pemindahan atau relokasi untuk pemulihan lahan akibat dampak bencana ke daerah yang aman dan juga membutuhkan dana yang besar, ada biaya refund yang besar dikeluarkan masyarakat yang tertimpa banjir untuk perbaikan rumah akibat rusak sehingga membutuhkan biaya yang tinggi untuk mendapatkan hunian yang layak dan atau juga kehilangan tempat tinggal akibat banjir bandang atau juga banjir bandang lahar dingin yang berada dekat zona erupsi gunungapi.
Bencana banjir dapat memberikan efek pukulan berganda bagi masyarakat miskin yaitu kehilangan tempat tinggal, ada relokasi yang tidak sesuai keinginan atau budaya, ada kehilangan sumber mata pencaharian dan ada juga kehilangan dokumen berharga serta semuanya membutuhkan biaya modal yang tinggi sehingga mereka akan memperparah kondisi tata ruang, dipastikan akan kembali ke daerah yang telah terlanda banjir, membuka tata ruang bencana yang telah kritis dan akan menimbulkan bencana yang berulang kembali yang tiada hentinya.
Dan gambaran selanjutnya, berderet lokasi penampungan pengunsian hampir ratusan jiwa, bermunculan kotak-kotak upeti dan kadang dimanfaatkan untuk kekayaan pribadi, dan tidak semua masyarakat dapat menikmati bantuan secara adil, dan Indonesia mungkin satu-satunya negara di dunia sering terdengar berita yang tidak sedap kalau menyangkut bantuan kemanusiaan.
Dari gambaran tersebut dikemukan di depan maka akan nampak gambaran ke depan selanjutnya, akan terlihat gambaran aspek mental bagi ketaatan dalam mempertahankan eksistensi tata ruang yang sudah mengalami kerusakan bencana yang seharusnya dijadikan daerah tata ruang pemulihan dalam jangka tertentu, namun tetap tidak diindahkan sehingga menimbulkan problematika klasik yaitu pembangunan banjir dan longsor berkelanjutan alias datang silih berganti, untuk menyapa masyarakat “sampeyan kenapa bisa terjadi bencana dinegeri ini terus menerus?” Apa jawabnya? Cuma rumput yang kulihat bergoyang, miriplah negeriku ini sering bergoyang dan bergonjang ganjing mesra dengan bencana.
Sebuah gambaran keunikan penyebab bencana banjir setiap tahun di Indonesia dan pantaslah kita sebut “Ini Banjir Indonesia, Bung! Sebuah plesetan yang legendaris dari sebutan “Ini Medan, Bung!” Yang menggambarkan bagaimana parahnya tata ruang yang di kumat-kumat untuk kepentingan sendiri.
BERITA BENCANA NEGERIKU
Indonesia diprediksi mengalami peneggelaman ke dasar laut diakibatkan oleh gempa raksasa yang akan datang, perkiraan itu bisa saja terjadi lagi sekitar jutaan tahun mendatang, penyebabnya antara lain dilumatnya lempeng sumatera atau jawa ke dalam mantel bumi sehingga tenggelam.
Namun ada yang bisa mempercepatnya antara lain banjir, banjir bandang daratan dan banjir raksasa lautan. Dengan bencana banjir sekarang atau sekitar 290 kabupaten/kota yang melanda lebih 23 Provinsi di Indonesia saja sudah membuat setengah Pulau tenggelam. data BNPB merilis bencana dalam sepekan ini telah menewaskan 14 orang dam sedikitnya lebih 946 ribu jiwa mengunsi dan 1.767 rumah rusak dan puluhan ribu rumah terendam serta 281 infrastruktur publik rusak dan diperparah dengan gerakan tanah longsor sebanyak 65 lokasi di 12 propinsi menyebabkan 29 orang tewas dan disertai lagi serangan angin puting beliung terjadi di 17 provinsi di Indonesia dengan 1.160 rumah mengalami keruskan.
Berita bencana tersebut akan mengingatkan kita pada berita bencana kabut asap dan faktor bencananya hampir sama.
FAKTOR BENCANA
Faktor yang menyebabkan semua kejadian bencana tersebut terutama dalam bencana banjir karena faktor ulah manusia, mentalitas manusia dalam memahami kebencanaan lingkungan di Indonesia masih saat rendah, membentuk masyarakat tangguh bencana belum membumi di Indonesia dan hal itu dapat diketahui dari berbagai aspek parameter tata ruang melingkupi daerah rawan bencana, makin rusaknya lingkungan seperti meluasnya lahan kritis hingga ke hulu sungai, sehingga menghilangkan fungsinya. Sungai-sungai yang dulu sebagai organisme yang mampu menampung debit limpahan air hujan kini berubah menjadi tempat pembuangan sampah yang terbuka, dijejali dengan aneka limbah indistri dan buangan rumah tangga yang kadang mengandung racun dan tidak mungkin lagi menampung neraca air hujan sehingga menimbulkan banjir.
Faktor politik wild lokal, banyak ijin pertambangan diberikan pada lokasi daerah bencana, penambangan ijin legal banyak juga tidak memenuhi standar mitigasi penambangan yang berbasis lingkungan, kadang mengambil wilayah yang diluar konsesi yang diberikan, begitu juga dalam pemberian ijin pembukaan lahan perkebunan dalam satu dekade terakhir yang menyebabkan banjir di musim hujan, yaitu penghancuran hutan di hulu masih terus terjadi sehingga kerusakan lingkungan pada ekosistim sungai yang berada dikawasan perkebunan tidak mampu menjaga keseimbangan, dan gambaran ini dapat juga dilihat dari kerusakan lingkungan ekosistem pantai terutama rusaknya hutan bakau di tepi karena tergerus oleh perijinan pengembangan propertis hotel. Semua sudah tahu bahwa fungsinya adalah keseimbangan dan keberlangsung ekosistim pesisir dan lautan, dan keberlangsungan rantai makanan, melindungi abrasi laut dan keberlanjutan sumber daya laut. Tidaklah mengherankan jika sering terjadi banjir Rob bagi kota di sekitar pantai dan menerus ke inti dalam kota.
 Gambar : Kabut Asap Yang Malanda Sumatera Utara, cermin kelola hutan yang salah urus
(Dok. Foto Penulis)
Faktor lainnya yang ikut memperparah banjir di Indonesia adalah faktor ketahanan sipil, yaitu menurunnya ketahanan sebagian penduduk, karena telah memiskin dan rentan kembali bermukim atau cenderung menempati kembali kawasan rawan bencana sehingga menyebabkan pemulihan tata ruang lahan semakin lama dan semakin parah, sehingga memerlukan kebijakan pemerintah dan masyarakat untuk pengendalian pemanfaatan ruang dan pelaksanaan investasi pembangunan fisik dan non fisik menjadi sangat penting.
 
Gambar : Penggundulan Hutan di Hulu, menyebabkan bencana banjir (Dok. Foto Penulis)
TIDAK BERBASIS GEOLOGIS
Faktor yang tidak kalah penting adalah penyusunan tata ruang wilayah setiap daerah harus mengacu kepada data-data geologis yang benar dan sah, guna menekan tingkat kebencanaan lingkungan dari dampak bencana banjir. Sebab, aspek kebencanaan dalam penyusunan tata ruang di Indonesia masih bersifat pragrmatis, spekulasi dan lemahnya kontrol pembangunan sehingga tidak berbasis kerentanan geologis dan masih sebatas wacana.
dengan tidak berbasis geologis maka kecepatan pengurangan resiko bencana menjadi terkendala dan banyak terjadi disudut kota di Indonesia dan memang pantas kita sebut lagi bahwa Ini Bencana Indonesia, Bung!
Renungkanlah, jangan menjadikan berita bencana setiap tahun, namun hal ini tidak akan pernah berhenti jika masyarakat dan pelaku ekonomi serta para stakeholder terus saja mengedepankan ego sehingga mengakibatkan rancunya pola perencanaan tata ruang yang telah disusun secara detail menjadikan pameo Ini Berita Indonesia, Bung!. Tidak elok bung, malu awak jadinya.
Selamat menikmati perjuangan bencana akibat ulah manusia itu sendiri.
M. Anwar Siregar
Enviromnetalist Geologist, Pemerhati Maslah Tata Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer


No comments:

Post a Comment

Related Posts :