Bencana Indonesia
INI BANJIR INDONESIA, BUNG!
Oleh M. Anwar Siregar
Bah! Banjir lagi Medan, banjir juga di Bandung,
banjir pula di Jakarta, banjir bandang di Kampar, banjir meluas di Aceh Selatan
hingga ke Bali dan Dompu, banjir dimana-mana di Indonesia, miriplah pada kejadian
bencana kabut asap, hampir seluruh tanah air kena dampak asap. Sekarang giliran
banjir datang, padahal hujan sebentar saja turun, maka bermunculan anak-anak
sungai dipermukaan jalan, pemukiman terendam air parit busuk, dan taman-taman
hijau menjadi tidak elok dipandang mata, berserakan pula sampah-sampah bau,
menjadikan pandangan yang tidak sedap ditiap sudut kota-kota di Indonesia.
GAMBARAN BANJIR
Itulah gambaran dalam beberapa hari ini musibah
banjir bila musim hujan telah tiba, dan tiba-tiba juga terjadi bencana banjir
tanpa permisi masuk ke dalam rumah, membentuk kolam ‘gratis”, bencana banjir
kadang meminta upeti korban harta, jiwa serta infrastruktur dan peningkatan
kemiskinan, karena efek banjir bukan saja merusak tata ruang yang ada tetapi
juga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kemiskinan karena ada hubungan
yang selaras, ada kerusakan maka ada imbangan ekonomi yang tidak murah,
contohnya ada pemindahan atau relokasi untuk pemulihan lahan akibat dampak
bencana ke daerah yang aman dan juga membutuhkan dana yang besar, ada biaya
refund yang besar dikeluarkan masyarakat yang tertimpa banjir untuk perbaikan
rumah akibat rusak sehingga membutuhkan biaya yang tinggi untuk mendapatkan
hunian yang layak dan atau juga kehilangan tempat tinggal akibat banjir bandang
atau juga banjir bandang lahar dingin yang berada dekat zona erupsi gunungapi.
Bencana banjir dapat memberikan efek pukulan
berganda bagi masyarakat miskin yaitu kehilangan tempat tinggal, ada relokasi
yang tidak sesuai keinginan atau budaya, ada kehilangan sumber mata pencaharian
dan ada juga kehilangan dokumen berharga serta semuanya membutuhkan biaya modal
yang tinggi sehingga mereka akan memperparah kondisi tata ruang, dipastikan
akan kembali ke daerah yang telah terlanda banjir, membuka tata ruang bencana
yang telah kritis dan akan menimbulkan bencana yang berulang kembali yang tiada
hentinya.
Dan gambaran selanjutnya, berderet lokasi
penampungan pengunsian hampir ratusan jiwa, bermunculan kotak-kotak upeti dan
kadang dimanfaatkan untuk kekayaan pribadi, dan tidak semua masyarakat dapat
menikmati bantuan secara adil, dan Indonesia mungkin satu-satunya negara di
dunia sering terdengar berita yang tidak sedap kalau menyangkut bantuan
kemanusiaan.
Dari gambaran tersebut dikemukan di depan maka
akan nampak gambaran ke depan selanjutnya, akan terlihat gambaran aspek mental
bagi ketaatan dalam mempertahankan eksistensi tata ruang yang sudah mengalami
kerusakan bencana yang seharusnya dijadikan daerah tata ruang pemulihan dalam jangka
tertentu, namun tetap tidak diindahkan sehingga menimbulkan problematika klasik
yaitu pembangunan banjir dan longsor berkelanjutan alias datang silih berganti,
untuk menyapa masyarakat “sampeyan kenapa bisa terjadi bencana dinegeri ini
terus menerus?” Apa jawabnya? Cuma rumput yang kulihat bergoyang, miriplah
negeriku ini sering bergoyang dan bergonjang ganjing mesra dengan bencana.
Sebuah gambaran keunikan penyebab bencana banjir
setiap tahun di Indonesia dan pantaslah kita sebut “Ini Banjir Indonesia, Bung!
Sebuah plesetan yang legendaris dari sebutan “Ini Medan, Bung!” Yang
menggambarkan bagaimana parahnya tata ruang yang di kumat-kumat untuk
kepentingan sendiri.
BERITA BENCANA NEGERIKU
Indonesia diprediksi mengalami peneggelaman ke
dasar laut diakibatkan oleh gempa raksasa yang akan datang, perkiraan itu bisa
saja terjadi lagi sekitar jutaan tahun mendatang, penyebabnya antara lain
dilumatnya lempeng sumatera atau jawa ke dalam mantel bumi sehingga tenggelam.
Namun ada yang bisa mempercepatnya antara lain
banjir, banjir bandang daratan dan banjir raksasa lautan. Dengan bencana banjir
sekarang atau sekitar 290 kabupaten/kota yang melanda lebih 23 Provinsi di
Indonesia saja sudah membuat setengah Pulau tenggelam. data BNPB merilis
bencana dalam sepekan ini telah menewaskan 14 orang dam sedikitnya lebih 946
ribu jiwa mengunsi dan 1.767 rumah rusak dan puluhan ribu rumah terendam serta
281 infrastruktur publik rusak dan diperparah dengan gerakan tanah longsor
sebanyak 65 lokasi di 12 propinsi menyebabkan 29 orang tewas dan disertai lagi
serangan angin puting beliung terjadi di 17 provinsi di Indonesia dengan 1.160
rumah mengalami keruskan.
Berita bencana tersebut akan mengingatkan kita
pada berita bencana kabut asap dan faktor bencananya hampir sama.
FAKTOR BENCANA
Faktor yang menyebabkan semua kejadian bencana
tersebut terutama dalam bencana banjir karena faktor ulah manusia, mentalitas
manusia dalam memahami kebencanaan lingkungan di Indonesia masih saat rendah,
membentuk masyarakat tangguh bencana belum membumi di Indonesia dan hal itu
dapat diketahui dari berbagai aspek parameter tata ruang melingkupi daerah rawan
bencana, makin rusaknya lingkungan seperti meluasnya lahan kritis hingga ke
hulu sungai, sehingga menghilangkan fungsinya. Sungai-sungai yang dulu sebagai
organisme yang mampu menampung debit limpahan air hujan kini berubah menjadi
tempat pembuangan sampah yang terbuka, dijejali dengan aneka limbah indistri
dan buangan rumah tangga yang kadang mengandung racun dan tidak mungkin lagi menampung
neraca air hujan sehingga menimbulkan banjir.
Faktor politik wild lokal, banyak ijin
pertambangan diberikan pada lokasi daerah bencana, penambangan ijin legal
banyak juga tidak memenuhi standar mitigasi penambangan yang berbasis
lingkungan, kadang mengambil wilayah yang diluar konsesi yang diberikan, begitu
juga dalam pemberian ijin pembukaan lahan perkebunan dalam satu dekade terakhir
yang menyebabkan banjir di musim hujan, yaitu penghancuran hutan di hulu masih
terus terjadi sehingga kerusakan lingkungan pada ekosistim sungai yang berada
dikawasan perkebunan tidak mampu menjaga keseimbangan, dan gambaran ini dapat
juga dilihat dari kerusakan lingkungan ekosistem pantai terutama rusaknya hutan
bakau di tepi karena tergerus oleh perijinan pengembangan propertis hotel.
Semua sudah tahu bahwa fungsinya adalah keseimbangan dan keberlangsung
ekosistim pesisir dan lautan, dan keberlangsungan rantai makanan, melindungi
abrasi laut dan keberlanjutan sumber daya laut. Tidaklah mengherankan jika
sering terjadi banjir Rob bagi kota di sekitar pantai dan menerus ke inti dalam
kota.
Gambar : Kabut Asap Yang Malanda Sumatera Utara, cermin kelola hutan yang salah urus
(Dok. Foto Penulis)
Faktor lainnya yang ikut memperparah banjir di
Indonesia adalah faktor ketahanan sipil, yaitu menurunnya ketahanan sebagian
penduduk, karena telah memiskin dan rentan kembali bermukim atau cenderung
menempati kembali kawasan rawan bencana sehingga menyebabkan pemulihan tata
ruang lahan semakin lama dan semakin parah, sehingga memerlukan kebijakan pemerintah dan masyarakat untuk pengendalian pemanfaatan ruang dan pelaksanaan investasi pembangunan fisik
dan non fisik menjadi sangat penting.
Gambar : Penggundulan Hutan di Hulu, menyebabkan bencana banjir (Dok. Foto Penulis)
TIDAK BERBASIS GEOLOGIS
Faktor
yang tidak kalah penting adalah penyusunan tata ruang wilayah setiap daerah
harus mengacu kepada data-data geologis yang benar dan sah, guna menekan
tingkat kebencanaan lingkungan dari dampak bencana banjir. Sebab, aspek
kebencanaan dalam penyusunan tata ruang di Indonesia masih bersifat pragrmatis,
spekulasi dan lemahnya kontrol pembangunan sehingga tidak berbasis kerentanan
geologis dan masih sebatas wacana.
dengan
tidak berbasis geologis maka kecepatan pengurangan resiko bencana menjadi
terkendala dan banyak terjadi disudut kota di Indonesia dan memang pantas kita
sebut lagi bahwa Ini Bencana Indonesia, Bung!
Renungkanlah, jangan menjadikan berita bencana
setiap tahun, namun hal ini tidak akan pernah berhenti jika masyarakat dan
pelaku ekonomi serta para stakeholder terus saja mengedepankan ego sehingga
mengakibatkan rancunya pola perencanaan tata ruang yang telah disusun secara
detail menjadikan pameo Ini Berita Indonesia, Bung!. Tidak elok bung, malu awak
jadinya.
Selamat menikmati perjuangan bencana akibat ulah
manusia itu sendiri.
M. Anwar Siregar
Enviromnetalist Geologist, Pemerhati Maslah Tata
Ruang Lingkungan dan Energi Geosfer
Komentar
Posting Komentar