Revolusi Danau Toba
REVOLUSI PEMBANGUNAN
WISATA DANAU TOBA
Oleh : M. Anwar Siregar
Masalah yang dihadapi pengembangan destinasi
unggulan wisata Danau Toba adalah bersumber dari revolusi pembangunan, yaitu
revolusi mental visi pemerintahan, revolusi transportasi, revolusi mental
lingkungan, revolusi wisata ekonomi dan antropologis yang masing-masing
berjalan dengan ego sendiri sehingga kemasan keindahan Danau Toba lentur oleh
arus permasalahan mental tersebut.
REVOLUSI WAKTU
Sejarah revolusi waktu terbentuknya kaldera Danau
Toba yang berawal dari Gunung Toba Purba yang mengalami letusan sebanyak 3
kali. Kronologi waktu erupsi mulai pembentukan erupsi kaldera generasi pertama
yang dikenal dengan Kaldera Sibaganding dibagian tenggara Danau Toba yang
terjadi sekitar +/- 840.000 tahun yang lalu (Diehl, dkk, 1987), lalu terbentuk
kaldera erupsi kedua yang dikenal sebagai Kaldera Haranggaol di bagian utara
Danau Toba yang terjadi + 501.000 tahun yang lalu. Letusan ketiga, yang
terdahsyat terjadi sekitar 74.000-75.000 tahun yang lalu dikenal sebagai
Kaldera Sibandang, letusan ini telah mengubah kondisi suhu bumi turun lebih
dari 15oC dan populasi yang hidup bersama erupsi Danau Toba tinggal
10 % hingga beberapa dekade. Sebab letusannnya 35 kali lebih dahsyat dibanding
gunung Tambora dan 150 kali lebih dahsyat dari Gunung Krakatau. Dari gambaran
sejarah geologi Danau Toba, seharusnya menjadi sumber ilmu pengetahuan dan
warisan bumi yang perlu dilestarikan dalam bentuk geopark. Perlu renungan
revolusi pembangunan kota di sekitar Danau
Toba.
REVOLUSI PEMBANGUNAN
Danau Toba mempunyai harapan yang sangat tinggi
sebagai tujuan wisata, apalagi jika dihubungkan dengan sejarah pembentukan Bumi
Sumatera dengan sejarah Toba Purba Supervolcanoes sekitar 74.000 tahun yang
lalu. Namun ada sumber permasalahan yang harus dibereskan terlebih dahulu jika
ingin Danau Toba sebagai wisata mendunia yaitu Pertama, Revolusi Visi
Pemerintahan, yang saling berbenturan kepentingan tujuh Kabupaten, kedua, Revolusi
Manajemen Pembangunan Transportasi, muklat diimplementasikan, ketiga, Revolusi
Mental Lingkungan, bahwa Danau Toba adalah sumber pengetahuan dan penghidupan
dengan menjaga kualitas fisik Danau Toba serta keempat, Revolusi Mental Budaya
Antropologis, yang lebih sering mengidentifikasi budaya diri sendiri, jarang
bersikap ramah dan berwatak keras, terpecah-pecah seharusnya bersatu dan
Kelima, Revolusi Wisata Ekonomi. bahwa Danau Toba memiliki lebih 1001 informasi
keunggulan yang pantas di “jual” kepada Dunia, memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat.
REVOLUSI VISI PEMERINTAHAN
Kabupaten Tapanuli Utara adalah kabupaten induk
bagi beberapa kabupaten yang ada disekitar Danau Toba, sejak dimekarkan terjadi
visi pembangunan pemerintahan yang saling klaim dengan ego sektoral. Disekitar
Danau Toba terdapat tujuh Kabupaten antara lain Tapanuli Utara, Toba Samosir,
Humbang Hasundutan, Dairi, Samosir, Simalungun dan Karo. Bisa dibayangkan apa
yang terjadi dengan visi pembangunannya.
Tujuh Kabupaten dengan Tujuh Kepala Daerah atau
dianologi dengan 7 CEO perusahaan Swasta dengan masing-masing berkehendak
sesukanya untuk menjalankan visi misi mereka tentang potensi pembangunan dan
pemanfaatan Danau Toba sehingga hal ini menyebabkan ketidakserasian. Maka
disini diperlukan revolusi mental pemerintahan, dibutuhkan untuk memberdayakan
potensi Danau Toba sebagai destinasi unggulan wisata, memerlukan revolusi visi
pembangunan dalam pemerintahan, terutama dalam memandang urgensi pembangunan
Danau Toba yang seharus bersinergis dengan menciptakan pola pembangunan yang
humanis untuk kepentingan masyarakat luas.
Karena bukan lagi cerita usang, masing-masing
ingin menunjukkan siapa yang terbaik dalam membangun Danau Toba tetapi
bagaimana membangun Danau Toba untuk kesejahteraan dengan satu sistim manajemen
yang serasi dengan target master plan tepat sasaran. Disinilah peran penting
Badan Otorita Danau Toba untuk merangkum segala ide, visi, misi dan dedikasi
tujuh pemerintahan untuk bersatu kemitraan mewujudkan destinasi Danau Toba
sebagai geopark ketiga di Indonesia.
REVOLUSI TRANSPORTASI
Semua destinasi wisata memerlukan pembangunan
jaringan transportasi yang memadai, hemat waktu, hemat biaya dan menyenangkan
para tamu untuk menikmati segala fasilitas yang ada. Memerlukan pembangunan manajemen
dan infrasturkur, merupakan salah satu revolusi mental pembangunan yang harus
dibenahi di Danau Toba. Jika ingin melihat Danau Toba sebagai unggulan wisata
yang mengagumkan. Kalau sudah menjadi bagus, Kita akan melihat dampaknya juga bagi
kesejahteraan masyarakat di sekitar Danau Toba dengan peningkatan ekonomi dan
kualitas sumber daya manusia, termasuk efek pembangunan jalanan yang bagus dan
cepat akan memberikan efek domino bagi wisata sekitar kabupaten di luar lingkar
Danau Toba khusus ke Pantai Barat misalnya ke Danau Siais di Tapanuli Selatan
dan kawasan sejuta wisata di Tapanuli Tengah.
Kondisi jalan saat ini (2016) belum memadai,
banyak berlubang, macet dan semrawut tata ruang jalan raya antar lintas
kabupaten-kota, memerlukan revolusi manajemen transportasi berupa pembangunan tol
sepanjang 116 km ke Danau Toba hingga Pantai Barat meliputi Sibolga dan
Padangsidimpuan-Tapsel sepanjang 120 km.
Danau Toba dapat dicapai dengan kendaraan roda
empat dari Medan dengan jarak waktu sekitar 4-5 jam dalam kondisi jalan tidak
macet ataupun fisik jalan raya tidak mengalami kondisi berlubang dan dengan
pesawat dari Kuala Namu International Airport ke Bandara Silangit mencapai
waktu sekitar 1 Jam, dari Singapura sekitar 40 menit ke Medan dan dari Jakarta
ke Silangit sekitar 2-3 Jam. Dengan kondisi transportasi tersebut memerlukan revolusi pembangunan jalan
Tol darat dan Udara.
REVOLUSI LINGKUNGAN
Indikasi kerusakan lingkungan akibat
maraknya perambatan hutan, pencemaran air Danau Toba dan hilangnya banyak data
fauna-flora akibat kerusakan lingkungan hutan, terjadinya penurunan kualitas
keanekaragaman hayati dan lingkungan Danau Toba akibat dari kebijakan
pertumbuhan pembangunan yang tidak berbasis lestari lingkungan, lemahnya
pengawasan terhadap pelestarian lingkungan di lingkungan Danau Toba yang dapat
dilihat dengan menjamurnya keramba-keramba milik masyarakar dan swasta,
pembuangan limbah hotel dan pembangunan fisik bangunan langsung ke dinding
kaldera dan ada juga membangun langsung ke air Danau Toba.
Diperlukan revolusi mental masyarakat dan
pelaku ekonomi dengan memandang Danau Toba sangat penting bagi kelestarian
lingkungan dan sumber penghidupan, sebagai rantai salah satu paru-paru bumi
untuk kehidupan manusia di Bumi.
REVOLUSI WISATA EKONOMI
Informasi keunikan Danau Toba dalam beberapa tahun
terakhir ini semakin anjlok dengan berkurangnya kunjungan wisatawan dari manca
negara. 20 tahun lalu Danau Toba merupakan tempat favorit bagi wisatawan
Singapura dan Malaysia jika berkunjung ataupun selesai mengikuti seminar dan
Danau Toba kadang dijadikan lokasi rapat dan seminar bagi kalangan bisnis dari
Singapura kerena keindahannya yang mempesona,
Untuk
mengembalikan keunggulan wisata Danau Toba
yang terpuruk dan nyaris tidak bergema dalam beberapa tahun sejak masuk
era
reformasi ini. Perlu sebuah revolusi mental ekonomi pembangunan wisata
kreatif.
mengembangkan Festival Wisata Danau Toba dengan publikasi dengan bekerja
agen pariwisata terkenal dunia serta bersatu memajukan even Festival
Danau Toba agar menjadi ikon pariwisata dunia
Revolusi
mental wisata dan ekonomi disini adalah
bagaimana masyarakat dapat mengemas Danau Toba sebagai komoditas nilai
jual
tinggi, masyarakat harus merevolusi mental mereka dengan sebagai
masyarakat ekonomi pariwisata dan berpikir dalam mengembangkan berbagai
produk unggulan yang inovatif, peningkatan kualitas sumber daya manusia,
serta pembenahan
aksebilitas ekonomi kemandirian agar wisatawan dapat menikmati suguhan
yang
diberikan dan jadilah masyarakat pariwisata modern dari tradisional
dengan
tetaplah bersikap religius dengan menjaga kualitas lingkungan Danau Toba
yang
bersih dan Indah mempesona. Semoga
Danau Toba mendunia dan menjadi geopark ketiga di Indonesia.
M. Anwae Siregar
Enviromentalist Geologist, Kerja di Tapsel
Komentar
Posting Komentar