Mar 16, 2016

Cerita Ironi Pemimpin Negeri Banjir Asap



CERITA IRONI PEMIMPIN NEGERI BANJIR ASAP
Oleh M. Anwar Siregar

 Gambar : Kabut asap mulai masuk Medan awal Maret 2016

Peristiwa bencana alam yang banyak terjadi sepanjang tahun 2015- ke tahun 2016, telah banyak menimbulkan kerugian infrastruktur dan korban-korban jiwa yang meninggal, luka berat dan ringan serta mengalami traumatik akibat bencana. Hampir semua peristiwa alam yang terjadi di Indonesia akibat kelalaian kita dalam mengantisipasi bencana, tidak mempersiapkan sistim peringatan dini terhadap bahaya bencana tsunami, terjadi bencana dulu baru dipersiapkan.
Kita masih terpaku dengan urusan kepentingan sendiri, semua ingin merebut kursi kekuasaan dan berlomba-lomba mengumpul harta kekayaan dengan segala cara, begitu terpilih lupa pada rakyat, hidup berfoya-foya dengan “sisipan sabu” sehingga ada seorang bupati yang baru dilantik terjebak narkoba. Ada seorang pemimpin tidak mau tahu penderitaan rakyatnya, seenaknya berangkat ke luar negeri padahal baru dilanda bencana gempa, dan ironisnya banyak pemimpin itu berasal dari negeri penghasil asap dan banjir. Cerita ini sebenarnya tidak ada pembelajaran etika yang baik bagi rakyat, dapat menimbulkan krisis kepercayaan. Yang mengherankan kenapa bisa terpilih menjadi pemimpin?
Semua sudah tahu, bahwa negeri ini sudah ditakdirkan hidup berdampingan dengan “petaka” ternyata elitenya belum juga sadar tanpa peduli aspirasi rakyat, hanya didengar dan disahuti ketika unjuk rasa besar-besaran, tampil pahlawan kesiangan jika ada pilkada, selanjutnya cerita bersambung ketika mendengar kabar seorang pemimpin masuk hotel prodeo karena kelalaian menggunakan dana untuk kesejahteraan, kenapa bisa terjadi? Banyak terjadi dari negeri yang sering mengalami banjir sedikit saja hujan turun sudah menjadi sungai.
Illustrasi. Banjir terlihat dari atas menggenangi Kampung Bojong Asih, Desa/Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Minggu (13/3/2016). Meski ketinggian air sudah selutut bahkan hingga dada orang dewasa, sejumlah warga terlihat berusaha melintasi genangan banjir tersebut. Banjir kali ini merendam 11 kecamatan di Kabupaten Bandung dan merupakan banjir terbesar sejak Februari 2005 lalu. (Sumber : Tribun Jabar, Foto : Bukbis Candra Ismet Bey).
Cerita kerusakan alam yang melahirkan berbagai efek domino semakin menggila di negeri khatulistiwa ini, terlihat dengan rusaknya hujan berdampak menghasilkan kabut asap dan bencana banjir tahunan akibat pertambangan yang menggerus zona-zona hijau demi mengejar kemajuan ekonomi yang berlandas azas kapitalisme sehingga rakyat dibiarkan tidak berbusana, membiarkan rakyat hidup kering kerontang dan pembodohan yang tiada henti, biasanya pemimpin ini berasal dari negeri yang banyak menghasilkan bencana gempa, menghasilkan kabut asap raksasa serta ironi yang lebih tragis lagi karena pemimpin ini sepertinya atau dibiarkan bebaskan berkeliaran, yang lebih liar dibandingkan binatang karena merasa tidak bersalah. Sebab utamanya adalah hukum tumpul ke atas.
BENCANA DATANG CEPAT
Tahun 2016, bencana datang lagi lebih cepat, yaitu bencana banjir dan kabut, padahal pemimpinnya sudah mengatakan bahwa tidak boleh ada kebakaran dan penghancuran hutan, namun apa yang terjadi? Lihatlah kejadian banjir di Jawa Barat, banjir melanda di Riau dan Aceh. Ironisnya, fungsi lembaga yang seharusnya mencegah penurun emisi kabut dari kebakaran hutan serta deforentasi hutan dibubarkan dan disatukan ke satu lembaga kementerian, apakah hal ini benar-benar bertujuan menghapuskan atau setidaknya mengurangi emisi? Ternyata tidak, sumber masalah semuanya karena terletak pada kemampuan pemimpin negeri penghasil kabut asap terbesar di dunia ini adalah etika kebijakannya yang saling tabrak, tidak sinkronisasi izin-izin konsesi lahan yang menimbulkan banyak masalah khususnya pada bidang kehutanan dan lingkungan serta pertambangan dalam suatu tata ruang.
Sebutan negeri banjir dan kabut asap itu bukan mengada-ada, memang nyata dan unik. Disebut nyata karena memang banyak penggundulan hutan-hutan di Indonesia dipicu oleh perkembangan dan pesatnya kemajuan insudtri terutama pengadaan kertas dan bahan bangunan serta pembukaan lahan perkebunan sawit serta lingkungan hunian, yang memperparah hutan menjadi botak. Laju peningkatan penduduk yang meningkat berakibat pada perluasan kota. Efeknya hutan yang masih perawan ikut di garap beramai-ramai untuk memuaskan nafsu si manusia.
Impilkasinya kita sudah tahu, jadilah Indonesia negeri banjir dan asap terbesar di khatulistiwa sepanjang tahun, menghancurkan diri sendiri karena menghilangkan sumber daya hayati dan juga menghancur sumber daya ruang untuk kesehatan, banyak peraturan yang dibuat para pemimpin di negeri asap namun kenapa masih banyak melakukan pembakaran? Dulu diawal tahun 90-an banyak penggundulan hutan hingga mencapai 800.000 hektar dan seludupkan ke luar negeri, ironisnya orang yang membotaki hutan Indonesia justrunya negeranya juga menikmati kabut asap lintas negara. Namun kenapa sekarang terbalik menjadi pembakaran hutan? Jangan salahkan sumber daya gambut yang berada di sempadan hutan tetapi kebijakan itulah mesti dibereaskan dan pantaslah kita sebut Indonesia negeri unik, sebab kebijakan pembangunannya yang sangat membingungkan. Tapi rakyat manuk saja.
UNIK TAPI MISKIN
Keunikan Indonesia bukan karena keindahannya saat ini tetapi keironisasi yang sering terjadi di negeri ini, bencana datang bertubi-tubi itu tidak memberikan pembelajaran apalagi kesadaran yang kuat bagi pemimpin di negeri ini. Bencana dapat menimbulkan kemiskinan dan dapat memberikan peluang bagi pemimpin negeri ini untuk membukakan kran utang-utang luar negeri semakin menggurita dan beban utangnya sudah pasti kepada rakyat yang semakin miskin dan menimbulkan kebodohan.
Kaya sumber daya tetapi miskin, itulah salah satu keunikan Indonesia, seharusnya kekayaan itu memberikan kesejahteraan namun hal ini terbalik, jadi unik kan? Tidak ada bangsa di dunia ini seperti Indonesia, suatu ciri khas yang membedakan dengan negara lain di dunia terbaru diabad sekarang. Miskin, pengutang terbesar, korupsi menggila dengan menimbulkan bencana alam akibat keserakahan ekonomi, merusak sumber-sumber daya kehidupan dami kepentingan kapitalisme dan menjajah bangsa sendiri dengan membiarkan negara lain mencuri, menikmati dan mengeruk sebanyak-banyaknya harta kekayaan sumber daya alam Indonesia sehingga Indonesia seperti melawan kemajuan, alias mundur. Dan negara lain berkembang cepat bersama waktu, apakah cerita ironi ini akan menjadi bahan tertawaan negeri lain?
Diperlukan pembelajaran segala aspek kehidupan untuk membangun tatanan masyarakat yang adil sebagai tujuan cita-cita bangsa, setiap pemimpin harus belajar dari kesalahan bangsa di masa lalu, memetik yang terbaik dari kejadian masa lalu, sehingga bencana banjir dan asap tidak sering berulang cepat datang ke negeri ini.
M. Anwar Siregar
Geolog.


No comments:

Post a Comment

Related Posts :