Mar 3, 2016

Sains : Kapling Angkasa



PERSAINGAN MEMPEREBUT KAPLING RUANG ANGKASA
Oleh M. Anwar Siregar

Dunia di era sekarang adalah dunia digital, dirgantara dan telekomunikasi harus dikuasai oleh sumber daya manuisa, Salah satunya adalah membangun visi antariksa selain visi poros maritim karena wilayah udara Indonesia saat strategis dalam meluncur satelit Bumi.

SISTEM DBS
Gambar : Satelit diatas permukaan bumi, luas kapling ada berbentuk 90 dan 180 derajat.

Mau tak mau, cepat atau lambat, dampak pemakaian DBS terasa di Indonesia, disini diperlukan “hokum dirgantara” Nasional yang dirasakan mendesak.
Suatu hari kelak, entah kapan, Anda menyaksikan siarang langsung / berita pertempuran atau kudeta di Amerika Latin, misalnya, atau menikmati film hot, keduanya langsung dari studio televise Amerika Serikat di New York. Dan sudah dipastikan Anda bisa juga disuguhi siaran parade militer ulang tahun revolusi oktober langsung dari televise Rusia, itu bisa terjadi cukup dengan memasang antena piring berdiameter kecil, yang harganya kini sekitar 5 juta, yang dalam tahun mendatang bisa mencapai 10 juta. Selain itu juga menggunakan conventer untuk mengubah gelombang berfrekwensi tinggi menjadi gelombang yang bisa ditangkap televise, siarannya dipancarkan melalui DBS (direct broadcasting satellite) alias satelit siaran langsung (SSL) yang tidak lagi lewat stasiun Bumi.
Siaran televise dengan antena leluasa bisa menerobos karena selain lima stasiun milik Indonesia ada 20 satelit milik Uni Soviet (almahum) Rusia sekarang, dan sebanyak 30 satelit yang berada dalam jalur orbit, yang disebut dengan GSO atau geostasioner satellite orbit diatas udara khatulistiwa.
Menurut Prof. Dr. Priyatna S.H., ahli hokum dirgantara internasional, kapling GSO Indonesia yang terpanjang di dunia atau hamper 34.000 km atau 13 persen dari panjang GSO seluruhnya. Sekarang lintasan GSO merupakan daerah tak bertuan, sebagai kawasan diluar konsepsi wilayah Negara. Penempatan satelit di wilayah itu berdasarkan hokum, siapa yang cepat dia dapat. penempatan satelit disepanjang GSO sekeliling Bumi, terdapat 220 satelit, 2/3 diantaranya milik Amerika Serikat dan Rusia, jumlah tersebut menurut teori : maksimun hanya bisa ditempatkan 180 satelit disepanjang GSO seluruhnya (Sumber Kompas).
PEREBUTAN POSISI GEOSTASIONER
Seperti diberitakan Harian Kompas (edisi April 1997). Beberapa waktu lalu ramai dibicarakan “perebutan” posisi geostasioner (slot) satelit komunikasi antara Indonesia dengan kerajaan Tonga.
Sejak pertama Spuntnik diluncurkan tanggal 4 Oktober 1957, jutaan orang di seluruh dunia yang menyaksikan penuh anstusiasme karena disebabkan perseteruan antara Amerika Serikat dan US (Rusia), yang mengelilingi Bumi tiap 96 menit. Selanjutnya diluncurkan Sputnik 2 yang lebih besar. Peluncuran satelitnya ini dilakukan secara rahasia dan sangat tertutup, kebenaran itu terbukti pertengahan Desember 1957 ketika Sputnik 2 melintas pantai Florida yang sempat terfoto oleh Teleskop yang sedang memantau peluncuran roket Amerika Serikat.
Sejak itu perebutan kapling di ruang angkasa, sebelumnya tak terpikirkan ruang angkasa diatas Bumi ini akan dipenuhi oleh benda-benda buatan manusia.
Peluncuran satelit ke ruang angkasa pada ketinggian orbit yaitu low earth orbit (LEO), Sun Synchronous Orbit (SSO) dan Earth Synchronous Orbit (ESO) serta Geosychronous Orbit (GSO).
Satelit ditempatkan di orbital yang bisa bergerak kearah timur atau ke arah barat tergantung sudut inklinasi, yaitu antara bidang orbit dengan bidang khatulistiwa, sudut inklinasi nol jika bidang orbit berimpit dengan bidang khatulistiwa. Jika sudut inklinasi nol derajat sampai 90 derajat (prograde) satelit akan berputar kearah timur. Jika sudutnya lebih besar dari 90 derajat (retrograde) satelit akan berputar kearah barat.
Pada LEOkebanyakan ditempatkan satelit militer atau satelit mata-mata dan satelit penelitian. Jarak satelit ke permukaan Bumi hanya memerlukan waktu 90 menit. Satelit militer itu mampu mengenali kabel telepon atau obyek kecil lainnya dari ketinggian 160 kilometer.
Satelit-satelit di SSO biasanya untuk kebutuhan ramalan cuaca guna mendeteksi SDA. Jarak satelit ke permukaan bumi kurang lebih 750-850 km dan sudut inklinasinya lebih dari 90 derajat. Satelit cuaca bisa mengelilingi Bumi 15-16 kali sehari.
Satu orbital yang paling banyak dipenuhi satelit adalah GSO atau juga disebut CLARKE, diambil dari nama seorang pengarang cerita fiksi sain. Arthur C Clarke adalah yang pertama kalinya mengusulkan digunakannya orbital ini untuk satelit telekomonukasi tahun 1945. Syncon 2, yang diluncurkan tahun 1964 adalah satelit pertama yang menggunakan orbital GSO (Geo Stasioner Satelite Orbit).
Satelit di GSO yang jaraknya 35.788 kilometer dari permukaan Bumi atau 42.000 kilometer dari pusat Bumi. Seakan-akan tetap berada di satu titik di atas Bumi, keadaan seperti diam itu sebenarnya karena periode mengelilingi Bumi sama dengan periode rotasi Bumi, kurang lebih 24 jam sehari (atau tepatnya 23 jam 59 menit 6 detik). Satelit  yang bergerak dengan kecepatan tiga kilometer per detik mampu melihat sepertiga permukaan bumi.
JUMLAH SATELIT
Sampai Januari 1993 ada 125 satelit dari berbagai negara yang sudah beroperasi di GSO. Di tahun 1993 akan ada diluncurkan 20 satelit lainnya. Salah satu kawasan yang pertumbuhannya pesat sekali adalah Asia Pasifik. Saat ini ada 33 satelit yang sudah beroperasi di kawasan Asia Pasifik termasuk diantaranya empat satelit Indonesia yaitu Palapa B2 P di slot 113 derajat BT, (bujur timur), Palapa –B4 di slot 118 derajat BT, Palapa B2R di slot 108 derajat BT dan palapa Pasifik 1 di slot 134 derajat BT. (Sumber Kompas, Januari 1993).
Seperti kita ketahui lokasi GSO untuk satelit sangat terbatas, hanya ada 360 derajat, 180 derajat di BT dan 180 derajat di BB. Berdasarkan teori, jarak dua satelit minimal 2 derajat, jika lebih kecil dari dua derajat bisa saling mengganggu. Jadi sepanjang garis GSO hanya mungkin diletakan maksimun 180 satelit saja. Karena itu tidak heran kalau kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan slot yang paling strategis seperti persaingan Indonesia dengan kerajaan Tonga.
PEREBUTAN KAPLING RUANG ANGKASA
Tahun 1995 kawasan Asia Pasifik akan dipenuhi satelit-satelit lainnya. tahun 1993 kemungkinan akan diluncurkan tiga satelit di kawasan Asia Pasifik. Thailand sudah berencana akan meluncurkan Tahaicom-1, milik perusahaan telekomunikasi Tahailand Shina Warta Co, Desember 1993. Thaicom -1 akan diluncurkan diposisi 101 derajat BT, menggunakan roket Arianne 4 dari Kourou, Guiana Perancis, menyeusul Tahaicom-2 yang akan diluncurkan April 1994.
Hongkong juga merencanakan melepaskan satelitnya, Asiasat 2 tahun 1995. Pada posisi 100,5 derajat BT. karena jarak keduanya cukup dekat ada kemungkinan keduanya saling mengganggu jika dipaksakan beroperasi. Persaingan antara kedua tersebut bukan hanya slot 100,5 derajat BT dan 101 derajat BT, tetapi juga slot 77,5 derajat dan 78,5 derajat yang didaftarkan untuk satelit tahun 2000.
Secara keseluruhan ada lebih tujuh posisi slot yang saling diperebutkan oleh negara-negara Asia Pasifik yaitu 101 derajat bujur timur, 100,5 bujur timur, 134 derajat bujur timur Indonesia yang ditempati oleh Satelit Palapa Pasifik yang didebat oleh Kerajaan Tonga dengan satelit Tongasat.
Persaingan yang hampir sama juga terjadi antara Indonesia dan kerajaan Tonga, Tongasat, perusahaan satelit patungan antara Mat nelson dengan Keluarga Kerajaan Tonga, malah negara kepulauan pasifik itu sudah mengajukan permohonan 6 slot di kawasan Asia Pasifik, empat diantaranya sudah disewa Rimsat dan Unicom, kedua perusahaan satelit Amerika Serikat,, salah satu slot yang didaftarkanya adalah 134 derajat BT. Indonesia yang menempatkan lebih dahulu satelit Palapa Pasifik 1, bekas Palapa B1, diposisi 134 BT derajat tahun 1992, dianggap telah mengambil hak slot Tongasat. Posisi tersebut akan diisi dan diganti oleh satelit Gorisont, bekas milik Rusia yang diberi Kerajaan Tonga dari posisi ke 53 derajat BT ke 134 derajat BT.
Disamping perselisihan dengan Indonesia, kerajaan Tonga juga bersaingan dengan Intelsat, yang merebut dua slot dengan posisi 70 derajat BT dan 83,3 derajat BT, sebelumnya Intelsat menempatkan satelit pada posisi orbit dengan 69 derajat BT dan 83 derajat bujur timur yang sebelumnya ditempati satelit Rusia yang dipakai Tonga untuk pindah ke posisi 134 derajat bujur timur.
Kemajuan teknologi satelit buatan manusia ini akan semakin keras karena beberapa negara berkembang akan kemungkinan maju sebagai negara industri baru seperti Indonesia. Diperkirakan persaingan pada abad 21 nanti mungkin akan terjadi perang satelit, semoga bukan perang senjata yang mematikan agar bumi ini tidak lekas kiamat.
Dipublikasi Majalah tabloid ”SAINTEK ITM” MEDAN, EDISI APRIL 1997

No comments:

Post a Comment

Related Posts :