SETELAH
PALU, WASPADA MEGATHRUST HALMAHERA
Oleh M. Anwar Siregar
Secara khusus, di kawasan Halmahera telah
mengisyaratkan sebuah kondisi batuan semakin matang untuk memudahkan melepaskan
energi seismik bergerak dengan kecepatan tingi ke permukaan bumi. Megathrust
Halmahera kini dalam hitungan puluhan, untuk berpotensi serupa dengan tsunami
Palu dan Donggala.
MEGATHRUST HALMAHERA
Dalam dua bulan ini, kawasan timur Indonesia terus
silih berganti mengalami guncangan gempa bumi. Puncaknya, terjadi gempa tsunami
di Palu-Donggala dengan kekuatan mencapai 7.4 SR. Ini berarti akan ada
pergeseran patahan sepanjang Palu-Koro-Mayu hingga Ransiki-Sorong di Papua. Dan dampaknya akan menekan lantai dasar
samudera di wilayah Pasifik-Philipina.
Potensi megathrust gempa Halmahera dapat saja
terjadi, mengingat lajur gempa dapat dilihat dari daratan Sulawesi dengan titik
patahan Palu-Koro tempat terjadinya pergeseran deformasi batuan yang
menyebabkan terjadi gempa dan tsunami Palu-Donggala, yang bertemu dengan
patahan Saddang di Kabupaten Mamuju (SulBar) serta Patahan Matene Walanae yang
melintasi Soroake dan Luwuk memanjang dan berinteraksi langsung dengan sesar
Sorong-sesar Ransiki di Teluk Tomini, lalu memanjang lagi melewati Laut Maluku
dan Halmahera.