26 Jan 2017

Membumikan Mitigasi



TAJUK PALUEMAS GEOLOG 15
MEMBUMIKAN MITIGASI ADAPTASI PERUBAHAN LINGKUNGAN
Kita tahu, Wilayah Kepulauan Indonesia terbentuk akibat pertemuan antara Lempeng Benua Eurasia (Eropa- Asia), Lempeng Hindia - Australia, dan Lempeng Samudra Pasifik. Lempeng Hindia - Australia mendesak Lempeng Eurasia dari arah selatan, dan Lempeng Pasifik mendesak dari arah timur. Implikasi pertemuan lempeng-lepeng ini di Indonesia adalah terbentuknya sirkumsirkum gunungapi aktif, jalur-jalur pegunungan lipatan, sesar-sesar aktif, dan zona-zona gempa tektonik.
STRATEGI ADAPTASI
Meskipun kesadaran akan pentingnya mempertimbangkan dampak perbedaan dan perubahan iklim semakin meningkat, penanganan dan tindakan adaptasi berdasarkan langkah dan bukti manfaat yang nyata masih perlu dikembangkan dan dikaji lebih jauh.

23 Jan 2017

Mebidang Karo Tidak Aman Gempa

MEBIDANG-KARO TIDAK AMAN GEMPA
Oleh : M. Anwar Siregar
Anda merasakan gempa diwilayah Deli Serdang dalam selang hampir empat bulan ini? Dengan intensitas kekuatan gempa terus meningkat? Penulis merasakan dua kali gempa di wilayah Deli Serdang dan gempa yang terjadi pada malam hari senin tanggal 16 januari 2016 terasa lebih kuat lagi dengan kekuatan mencapai 5.6 SR. Guncangan itu dinikmati saat penulis lagi makan malam dan merasakan meja makan bergoyang ke kanan ke kiri beberapa detik sehingga penulis tersadar cepat untuk memberitahu keluarga dalam hitungan detik harus segera terburu-buru ke halaman depan rumah. Guncangan itu juga di rasakan warga Medan, Sergai dan Tebing Tinggi setelah penulis kontak kolega dan merasakan gempa intensitas IV MMI atau kita merasakan meja bergoyang kuat, lampu yang tergantung pada platfon ikut menari-nari dan tiang listrik terasa mau tumbang.

25 Des 2016

Indonesia Belum Melek Bencana Gempa

INDONESIA BELUM MELEK BENCANA GEMPA
Oleh M. Anwar Siregar
Indonesia memang belum melek bencana, itu dapat terlihat dari pola tata ruang dan perencanaan mitigasi kewilayahan serta budaya yang melingkupi kehidupan masyarakat  Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Budaya melek bencana sepertinya dianggap kemarin sore. Bukti-bukti ini dapat terlihat jelas juga kalau kita perhatikan budaya lalu lintas, menyebarang jalan sembarangan walau sudah disediakan lokasi tempat penyeberangan dan turun seberangan tempat di tengah badan jalan seenaknya, tidak mau mengikuti aturan yang sudah ditentukan melalui papan himbauan yang ada disediakan, ada jembatan penyeberangan masih juga tidak digunakan, serta budaya latihan evakuasi bencana belum menjadi skala rutin kegiatan dalam pembangunan kapasitas masyarakat bagi setiap pemerintahan di Indonesia. Coba perhatikan apakah di setiap kota Anda atau di daerah lainnya di Indonesia secara berkala mengadakan latihan simulasi dan evakuasi bencana? Jangankan latihan bencana, memasukan program kegiatan tersebut dalam pembangunan daerah belum membumi sehingga tidak mengherankan jika terjadi bencana akan ada “kegaduhan”.

14 Des 2016

Memahami Aceh di Daerah Rawan Gempa

Memahami Aceh di Daerah Rawan Gempa

Foto/ilustrasi
Oleh: M. Anwar Siregar
Duka bencana banjir belum berakhir di Bumi Serambi Makkah datang lagi bencana gempa menggun­cang Aceh Pidie Jaya dengan kekuatan gempa kuat mencapai 6.5 Skala Richter di da­ra­tan dan berada pada ruas patahan Anu-Ban­da Aceh dan Ruas Lanteuba-Biru yang membelah kawasan daratan Aceh ke utara. Kekuatan gempa di Aceh Pidie itu telah merusak bangunan yang tidak ran­cang tahan gempa. Dan se­ha­rusnya men­jadi peringatan bagi manusia di Bumi Aceh.
Jika memperhatikan posisi koordinat pusat gempa yang terjadi di Tenggara Pidie dengan gempa-gempa terdahulu yang pernah melanda Aceh Utara dan Aceh Besar  terlihat jelas bahwa posisi ini telah menekan beberapa ruas patahan yang berdekatan di wilayah Propinsi Su­matera terutama di segment patahan daratan. Tekanan ini akan mempermu­dah­kan suatu responsibilitas energi seis­mik lebih kencang ke segmen patahan daratan yang melintasi Propinsi Sumatra Utara yaitu Patahan Renun, Toru dan Ang­kola.
Gempa yang sering terjadi didaratan Aceh-Sumatera akibat pergerakan ke ka­nan dari patahan Semangko yang me­lin­tas dari Aceh sampai Lampung. Gempa 07 De­sember 2016 berbeda pada kejadian gem­­pa di pantai barat Aceh-Simeulue aki­bat patahan naik (thrust faulting) pada dae­rah transisi dua lempeng yaitu Indian Ocea­nic Plate dan Eurasia Continental Plate.

6 Des 2016

Bencana Ekologis


TAJUK PALUEMAS GEOLOG 14
BENCANA EKOLOGIS
Bencana ekologis adalah akumulasi krisis ekologis yang disebabkan oleh ketidakadilan dan gagalnya sistem pengurusan alam yang telah mengakibatkan kolapsnya pranata kehidupan masyarakat.
Saat ini keberlanjutan Indonesia berada dititik kritis karena bencana ekologis yang terjadi secara akumulatif dan simultan di berbagai tempat, tanpa ada upaya yang signifikan untuk mengurangi kerentanan dan kerawanan masyarakat terhadap dampak bencana ekologis.
Tanda-Tanda Bencana Ekologis
Pertanda bencana ekologis justru ada didepan mata dimana masyarakat sebagai stakeholder utama dan lingkungan hidup berada pada kondisi:

28 Nov 2016

Gempa Selandia Baru Ancaman Bagi Australia-Pasifik

GEMPA SELANDIA BARU ANCAMAN BAGI AUSTRALIA-PASIFIK
Oleh M. Anwar Siregar
Gempa bumi berkekuatan 7.8 magnitudo telah mengguncang Selandia Baru pada hari senin dini hari. Data United State Geological Survey (USGS), menyebutkan bahwa gempa bumi yang terjadi diikuti tsunami yang berpusat di wilayah pantai timur laut Pulau Selatan (South Island), satu dari dua pulau terbesar di Selandia Baru merupakan pusat kegempaan besar tempat sering berlangsungnya gempa bumi seperti halnya dengan patahan Semangko di Sumatera dan patahan Longmen Shan di daratan Tiongkok atau patahan San Andreas di Amerika serikat. Gempa bumi pada dini hari senin itu terasa ke hampir wilayah Selandia Baru. Bentangan patahan yang membelah wilayah Selandia Baru memang merupakan wilayah yang mudah terobekan oleh energi seismik gempa disebabkan kondisi pembentukan tatanan geologi daerah Selandia Baru merupakan daerah geologi vulkanik yang tepat berada tepat pada sisi pembenturan empat lempeng besar.

19 Nov 2016

Islam dalam Benturan Peradaban

ISLAM DALAM BENTURAN PERADABAN
Oleh : M. Anwar Siregar
Statemen AS terhadap Islam disebut terorisme akibat propaganda yang salah dari berbagai massa media barat yang selalu menyudutkan islam tanpa opini yang adil dan berimbang. Hal itu juga dapat diketahui dari sikap politik masyarakat barat sudah lama terbentuk oleh opini dan citra tentang Islam sebagai penuh kekerasan. Media Barat dan para pemikir barat yang lebih dikenal orientalisme barat selalu memutar balikkan fakta-fakta tentang Islam dengan mengkonstruksikan citra dengan kekerasan.
Sekarang pertanyaan kepada mereka, siapa yang melakukan tindak kekerasan di Timur Tengah terutama di Suriah? Kenapa masih ada peperangan di sana? Penghancuran lingkungan dan sumber-sumber pengetahuan warisan peradaban dunia di Irak, dan siapa dalang dalam pembentukan ISIS? Kalau mau jujur buatlah opini yang adil dan beradab. Karena ada pembantaian kemanusian di Myamar dan Tiongkok namun Barat hanya berteriak “seperlunya”.

Populer

Laut Indonesia darurat sampah

  LAUT INDONESIA DARURAT SAMPAH Oleh M. Anwar Siregar   Laut Indonesia banyak menyediakan banyak hal, bagi manusia terutama makanan ...