Jul 3, 2016

Sepak Pojok Gibol 20 : Mitos Der Panzer



MITOS KUTUKAN TURNAMEN BESAR DER PANZER
Oleh : M. Anwar Siregar

Ajang Euro 2016 kini telah memasuki beberapa puncak klimaks kecil, dengan munculnya berbagai kejutan yang membuat mungkin banyak penggemarnya menjadi kecewa, atau juga bergairah untuk terus menerus mengadakan begadang hingga urusan sama pasangan terpaksa di tinggalkan dan ini juga dapat memberikan kejutan dalam suasana hati yang tidak menyenangkan bagi seorang gila bola.
Mitos dalam sepak bola kadang membuat dan menghadirkan beragam cerita dan data, analisis dan sejarah yang terus bergulir bersama dengan sang waktu. Si kulit bundar itu terus bergulir untuk menghasilkan sejumlah kejutan dan catatan yang tidak tahu kapan akan berakhir. Dia mungkin akan berakhir bersama sang waktu jika tidak bergerak lagi, maka diatas permukaan lapangan atau juga permukaan bumi tidak ada lagi sorak kegirangan dan kesedihan, namun yang muncul mungkin sebaliknya kutukan dari dampak kehidupan yang telah diperbuat selama kurun turnamen kehidupan berlangsung.
Turnamen dalam bentuk kehidupan itu lebih besar menghasilkan banyak kutukan, untuk turnamen sepak bola sebenarnya juga bagi dari turnamen kehidupan yang menghasilkan turunan mitos, kutukan dan sejarah yang sering yang berulang.
KUTUKAN
Banyak pemain maupun tim dan lub kadang merasa seperti sedang menghadapi kutukan, kutukan yang kadang membuat rasa percaya diri meredup dan membuat prestasi menjadi kelam bersama sang waktu. Kutukan adalah bagian dari kehidupan, dia hadir karena sejarah panjang yang telah diperbuat oleh pendahulu, dan terus berlanjut dan mengelayut pikiran karena beban mental yang harus dipikul, begitu juga oleh salah satu pihak bahwa kutukan yang dialami pihak lawan belum tentu menjamin bahwa mereka akan mudah mencapai keinginan, karena ada juga beban mental yang dipikul untuk mempertahankan demi kelangsungan prestasi.
Kejadian ini banyak dialami dalam dunia oleharaga maupun dalam kehidupan. Dalam turnamen sepak bola di Eropa maupu Dunia, sering kita menyasikan ada tim klub dan negara sering tidak mampou melanjut estafet puncaknya karena sudah seperti tertekan karena sering mengalami kegagalan pada turnamen yang sama, pada fasa yang sama atau juga sama dengan babak-bak selanjut seperti sudah tergariskan untuk tidak tergantikan atau terlewatkan. Benarkah kutukan itu berlaku selamanya bagi sebauah turnamen sekelas ajang EURO?
Kutukan itu adalah mitos yang harus dihapuskan daftar riwayat hidup, jangan terus mengganggu kehidupan. Ini berlaku bagi Der Panzer, si panser Jerman itu wajib menghilangkan kebiasaan pendahulunya yang telah menciptkan sejarah pahit yang berulang pada suatu turnamen yang sama pada sebuah tim yang sama.
Banyak juga pemain mengalami hal ini, Anda ingat Si Lionel Messi? Dia adalah salah satu pemain terhebat yang dilahirkan hanya untuk juara, namun tingkat level yang lebih tinggi dia hanya mampu lebih banyak gigit jari, benarkah Lionel Messi itu mengalami kutukan jika berbaju tim nasional? Dia sering gagal pada partai puncak, yang dia nikmati bukan kenikmatan yang tiada tara, malah sebaliknya dia lebih sering menikmati antiklimaks, padahal foreplay sudah dibuat matang namun dalam penetrasi justru dia ambivalen. Padahal semua orang tahu jika dia sudah panas itu ibarat menunggu ketakutan bagi lawan, dan kenikmatan bagi mereka yang mendambakan kenikmatan seperti layajnya urusan pribadi. Penetrasi yang tidak tahu kenapa sering meleset seperti adul penalti itu, atau pun juga tendangan bebas yang sebenarnya merupakan skill dia yang mumpuni itu sepertinya menjadi imponten, adalah cerita kutukan di balik semua kegagalannya? Penulis bersama semua penggemarnya mungkin menjadi kebingungan karena semua hal ini, padahal semua telah tercipta matang bagi perjalanannya ke puncak kenikmatan, tetapi begitulah kehidupan, tidak selamanya akan ada dipuncak kegemilangan. Butuh renungan bagi Lionel Messi.
Messi, engkau seorang yang penuh bakat, dilahirkan untuk selalu menjadi juara, kerinduanmu untuk menggapai juara Copa America dan Dunia butuh penghapusan kutukan, tidak tahu dari mana mantera penghilang kutukan itu agar engkau dikenang semakin abadi, Saya sebagai penulis blog ini bukan seorang dukun apalagi superparanomal yang mampu memberikan obat, saya hanya menulis rasa itu untuk menikmati peuncak kenikmatan dalam bentuk menulis. Puas rasanya dapat ide tentang judul tersebut idatas, dan itu adalah kenikmatan tersendiri bagi saya. Selamat berjuang untuk mempertentang keinginan pensiun di Tim Tango Argentina, kesedihan yang mendalam bagi semoga berlalu dengan hadir bersama Barcalona, itu tim yang berasal dari negeri Matodor ysang telah berpulang ke kampung lebih cepat lebih baik agar ada juara yang baru berwajah lama atau berwajah baru, yang pasti tidak ada berwajah plastik.
Kutukan ini banyak juga dialami klub-klub, dan timnas peserta Euro. Salah satu adalah tim mantan juara yang berambisi menjadi juara Euro baru, dengan berusaha keras untuk melupakan masa lalu yang kelam dengan terus menghadir generasi ke generasi untuk menghapuskan kutukan itu agar hilang dan berlanjut dengan kegemilangan prestasi yang mantap bagi mereka.
Terlihat bagaiman serunya pertandingan antara ke dua mereka yang harus diakhir oleh hukuman kutukan yang berupa kutukan penalti dan keduanya juga seperti mengalami kutukan yang berbeda, terlihat beban bagi semua pemain yang untuk kualitas diri agar kutukan berlaku untuk masing-masing.
MITOS DER PANZER
Tadi dini hari kita sudah melihat bagaimana beban kutukan dua negara yang masing-masing untuk mempertahankan tradisi. Yang satu berusaha keras untuk mempertahankan tradisi kemenangan dan yang satu berusaha keras menghapus tradisi kelam yang sangat mengganggu kehidupan mereka sehingga perlu perjuangan keras untuk membuktikan bahwa generasi mereka adalah ujung tombak terbaik saat ini, yang dikirm ke medan laga hanya untuk merebut supremasi sepak bola terbaik Eropa.
Dalam mitos perlagaan antara mereka kini seperti ada bayang-bayang mitos baru, sejumlah kegagalan tembakan yang tidak mengenai sasaran ternyata berulang untuk mereka. Teringat mitos gagal pada angka akhir sering membuat hampir sebuah kelanjutan baru tradisi baru. Ketika Jerman unggul satu tembakan kemenangan namun tidak terjadi, begitu seterusnya berlanjut pada tembakan ke delapan baru penyelesaian kemenangan. Mitos terputus dan menjadi mitis dan beban bagi Italia kembali.
Untuk sekian kali Italia merasakan kutukan adu penalti. Mereka sering kali gagal dalam adu penalti di berbagai turnamen, dan itu adalah taktik Jerman untuk menggiring Italia ke zona adu penalti. Sebabnya banyak, kiper sudah lambat kecepatannya, ada beban trauma jika adu penalti, sejarah membuktikan Jerman Jago Penalti. Kiper-kiper mereka rata-rata tangguh. Pemain Italia banyak tidak terlatih adu penalti dan banyak belum berpengalaman.
Maka mitos Jerman tidak pernah menang pada kontra Italia pada suatu turnamen itu akhirnya terputus. Tradisi kini dipegang Jerman, dan beban akan dipikul langsung oleh Italia jika bertemu dengan Jerman pada suatu laha turnamen tertentu. Kemenangan Jerman itu adalah gambaran dimasa depan antara mereka. Jerman tidak perlu lagi cemas, segala sesuatu dapat berubah, tidak ada yang abadi.
Jerman sebenarnya bisa menang normal jika Boateng tidak membuat kesalahan dengan mengangkat tangan seperti burung yang siap terbang namun sayap terasa seperti berat mengangkat badan. Kesalahan lain, adalah ego Mario Gomez seharusnya mau sedikit saja mengoper bola kepada Thomas Muller ketika posisi Gianluigi Buffon sudah terbuka dengan menendang bola ke gawang yang sudah terbukan 65 persen disust sisi kiri gawang Italia, dengan begitu prediksi gpl tercipta 90 Persen dan skor dapat menjadi 2 : 0, Maka perpanjangan penalti tidak perlu dilakukan dengan kemenangan Normal Der Panzer dapat menciptakan tradisi menang normal dan mitos baru untuk mereka dan Italia akan berpikir lagi jika bermain secara normal pun bisa kalah, apalagi penalti.
Mitos Jerman yang susah menang atas Italia itu masih ada yaitu menang normal. Namun secara keseluruhan Jerman sudah lebih baik mengurangi beban mereka dan semakin panas membara untuk melepaskan segala amunisi terhadap Prancis atau Islandia atau Wales dan Portugal.

No comments:

Post a Comment

Related Posts :