Jun 13, 2016

Fenomena Banjir dan Longsor

FENOMENA BANJIR DAN LONGSOR
Oleh M. Anwar Siregar
Peristiwa banjir dan longsor di beberapa tempat di Indonesia sudah seperti sebuah rutinitas, namun peristiwa ini harus terus diwaspadai masyarakat. Sebab, variasi curah hujan sangat berbeda di beberapa wilayah Indonesia, sebagian besar intensitas hujan diwilayah kota di Indonesia perlahan tapi pasti akan meningkat hingga menjelang pertengahan tahun ini.
INTENSITAS HUJAN
Hasil pendataan curah hujan oleh BMKG pada bulan Mei ternyata jauh diatas curah hujan yang diperkirakan, sehingga menimbulkan potensi bencana seperti yang terjadi di wilayah Deli Serdang dan Aceh pada bulan ini. Hujan berintensitas lebat biasanya tingkat kerapatan 10-20 mm/jam atau 50-100 mm/ hari, sedangkan hujan berintensitas sedang berkecepatan 5.0-10 mm/jam atau 5-20 mm/hari.
Banjir kini mengancam beberapa wilayah di Sumatera Utara dan Aceh, banjir yang terjadi sekarang merupakan pemanasan menuju bencana banjir besar karena pola curah hujan yang berlangsung saat ini merupakan hujan acak/atau tidak teratur dan berpindah serta dipengaruhi oleh pola tekanan rendah udara yang membuat sirkulasi angin yang berputar dan mendorong awan ke daratan mengakibatkan intensitas hujan yang cukup tinggi masih akan terjadi hingga awal bulan Juni tahun 2016.
Selama tekanan udara dan angin di Laut China Selatan dan Selat Malaka yang berputar hingga melintas ke wilayah Barat di Sumatera Utara akan ada potensi banjir besar, selain itu dipengaruhi juga oleh pola-pola tekanan rendah di sekitar jantung Australia jika ada penguatan yang berdampak pada tersedotnya awan ke Jawa yang terjadi disekitar equator.
Data geologi citra dari hasil interprestasi data satelit Landsat dan Quick Bird, akan tampak frekuensi tekanan udara disekitar Selat Malaka dan pantai Barat Sumatera, intensitas hujan mulai tinggi dengan nampak kota di kawasan Barat seperti Sibolga dan PSP serta Tapanuli Selatan maupun Madina di guyur hujan lebat yang mengakibatkan bencana banjir bandang di Tapanuli Selatan. Frekuensi hujan mencapai 50-70 mm/jam, ancaman bencana banjir ini kini sedang mengancam di depan mata dalam hitungan hari di beberapa wilayah di Pantai Timur Sumatera, terlihat begitu derasnya hujan yang berlangsung pada minggu pertama bulan Mei 2016 di wilayah Medan, Tanjung Morawa, STM Hulu dan Hilir di kabupaten Deli Serdang dan berlanjut ke minggu ke tiga dengan hujan deras disertai longsor di kawasan wisata air terjun dua warna di Sibolangit dan menuju ke daratan tinggi Karo dengan tingkat pola hujan acak namun sangat deras disertai banjir bandang dan longsor yang mencapai intensitas 3 (tiga) jam dan menimbulkan kenaikan debit air sungai melebihi ambang batas.
Sebagai akibatnya, fenomena banjir sedang mengancam karena curah hujan yang tinggi sehingga volume air hujan melebihi daya tampung sungai disebabkan fenomena penggundulan hutan dan penurunan luas lahan hutan (deforestasi) hampir merata di seluruh kawasan hutan di kota-kota yang mengalami musibah bencana banjir bandang dan longsor di Indonesia termasuk pada kejadian maut di lokasi wisata air terjun dua warna di Sibolangit.
DESTRUKTIF BANJIR-LONGSOR
Longsor sendiri disebabkan dampak destruktif pasca laju perubahan lahan dan tata ruang lingkungan yang dapat dilihat dari peruntukkan kawasan dalam tata ruang yang mengalami berbagai musibah bencana alam, sehingga potensi banjir dan longsor menjadi lebih besar, dan berlangsung sepanjang tahun, dan menimbulkan dilema baru yaitu terjadinya penurunan daya tahan tanah menjadi jenuh oleh air dan situasi sekitar daerah baru yang terbangun sudah terjadi kegersangan akibat akan ada selalu penggundulan, untuk perluasan. Karena seperti kita ketahui, jika ada pembangunan pada suatu kawasan baru akan selalu dimulai lebih dulu pembersihan kawasan hutan, pelurusan sungai yang suatu saat nanti akan terjadi dampaknya atau juga terjadi penimbunan pada lapisan tanah asli sehingga menekan sistim mobilisasi air di dalam tanah timbunan yang dibangun tanpa memberikan ruang pemadatan dalam jangka minimal 5 (lima) tahun bagi pembangunan daerah pemukiman baru.
Reboisasi dan rehabilitasi penghijauan baru terlaksana jika proyek kawasan baru selesai pembangunan fisiknya. Gambaran pembangunan kawasan seperti ini memiliki potensi bencana longsor yang lebih besar dan lebih cepat terjadi, dan apabila daerah itu diidentifikasikan memiliki curah hujan yang tinggi, akan terjadi destruktif dahsyat bagi lingkungan.
Fenomena longsor ada hubungan dengan banjir, selain faktor kondisi zona patahan daerah rawan gempa, kerapatan banjir dan longsor adalah fakta nihilnya paradigma holistik. Banjir tak akan berulang dahsyat jika kita mau memahami kondisi fisik geologi suatu daerah sebelum membangun berbagai jenis pembangunan fisik, perluasan-perluasan lahan memang dibutuhkan namun perlu diketahui beban pikul tanah suatu daerah yang berdiri diatas lempeng bumi terlebih dahulu, apalagi kawasan geologi fisik di kota-kota besar Indonesia terbungkus oleh 80 persen daerah zona rawan bencana terutama percepatan puncak pergeseran batuan yang dapat menyebabkan longsor sangat tinggi, cepat bergerak, butuh lama mengalami pemadatan, berusia muda atau belum padat, menimbulkan respon seismik bagi lingkungan sekitarnya lebih kencang, seperti kawasan Sibolangit yang masuk kategori daerah rawan gerakan tanah sangat tinggi, daerah curah hujan tinggi dan daerah lingkup kawasan pembentukan gunung-gunung api di masa lalu dan termasuk daerah zona patahan aktif dari Karo-Simalungun.
FENOMENA BENCANA
Pada dasarnya fenomena banjir disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran atau sungai, sungai merupakan sumber daya yang sangat berpotensi untuk mengatasi banjir, sebab sungai terbentuk oleh proses pengikisan air, kadang terbentuk alamiah dan endapannya membentuk geomorfologi pendataran dan peneplain, sehingga sungai yang terbentuk itu kemudian menampung air, sedimentasi (pengendapan) banjir akan membentuk berbagai jenis karakteristik geomorfologi sungai. Saat terjadi banjir, bukan saja air yang dibawa tetapi juga tanah yang berasal dari hilir aliran sungai, dataran banjir biasanya terbentuk di daerah pertemuan sungai.
Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.
Daerah sungai yang menyebabkan banjir biasanya telah mengalami perubahan fisik disekitarnya yaitu, terjadi pelurusan sungai, sehingga sungai menjadi lebih pendek dan curam, menimbulkan gerusan dasar dan tebing sungai meningkatkan ancaman kestabilan semua bangunan yang ada di hulu dengan pengendapan atau pendangkalan di bagian hilir hingga juga memperpendek kontak aliran dengan dasar sungai menjadi menurun, perubahan lingkungan sekitar sungai yang memungkinkan air naik ke daerah pemukiman yang lebih rendah, serta perubahan geologis yaitu terjadinya perubahan bentuk-bentuk geomorfologi lahan akibat terbangunnya kawasan baru menyebabkan perubahan iklim dari dalam dan luar bumi serta oleh ulah manusia (faktor antropogenik) yang mempercepat kondisi suatu tata ruang geologi mengalami perubahan, mempercepat laju fenomena bencana banjir dan longsor mengancam kehidupan.
Fenomena geologi adalah faktor utama penyebab bencana banjir dan longsor di seluruh wilayah Indonesia termasuk juga di Jepang dan negara lain dimuka bumi. Sebab bencana banjir dan longsor karena keduanya saling terkait satu dengan yang lain, misalnya getaran gempa mampu merekahkan tanah yang mudah terpicu menjadi longsor, serta perubahan iklim global yang mempengaruhi cuaca ekstrim yang lebih cepat memicu longsor dan banjir serta curah hujan yang tinggi oleh kondisi meteorologis menjadikan sulitnya perkiraan dan prediksi bencana alam seperti di era sekarang.
Persoalan banjir dan longsor merupakan persoalan klasik sepanjang tahun, merupakan bukti ketidakmampuan dalam mengatasi krisis dalam suatu perencanaan tata ruang pada tiap wilayah pada jenjang koordinasi antar pemerintahan.
M. Anwar Siregar
Enviroment Geolog, Pemerhati Masalah Tata Ruang dan Lingkungan, Energi Geosfer, bertugas di Tapsel.
Tulisan ini sudah dipublikasi di HARIAN ANALISA MEDAN , tgl 20 Mei 2016

No comments:

Post a Comment

Related Posts :