Jun 13, 2016

Sepak Pojok Gibol 2



SI MULUT BESAR COPA AMERICA-EURO
Oleh M. Anwar Siregar

Perhelatan pesta Copa America dan Euro 2016 kini masih berlangsung, berbagai kejutan terjadi, terbangan kartu merah nyaris mendominasi setiap pertandingan sepakbola Copa America hingga tulisan ini dibuat (11-6).
Judul diatas dibuat merangkum beberapa pelatih yang penulis anggap ada yang bermulut besar dan kadang tidak terbukti. Mulut besar adalah kata yang bermakna orang congkak, sombong, percaya diri yang berlebihan dan tukang pembual besar. Dalam dunia olahraga, hanya ada seorang atlet terkenal dengan julukan ini, dan sangat terkenal dengan termasuk atlet yang mampu mengubah wajah olahraga yang kaku dan mampu juga mengubah wajah dunia setelah dia masuk Islam, dia atlet yang mampu membuktikan dirinya sebagai atlet sejati dengan omongan yang dilontarkan kepada klayak ramai jika akan naik ring, Si mulut besar ini kadang membuat orang kesal dan kadang mengundang kemarahan dengan benturan fisik.
SI MULUT BESAR
Siapakah dia? Masihkah anda ingat atlet legendaris tinju? Yang telah kembali keharibaan Sang khalik. Si mulut besar itu adalah almarhum Muhammad Ali, legenda yang wafat dalam usia 74 tahun itu adalah petinju legendaris sepanjang masa. Si mulut besar ini termasuk entertainer sejati, tidak ada atlet dari berbagai profesi olahraga mampu menandingi kemampuan dia dalam meningkatkan tinju menjadi terkenal, ada juga atlet tenis yang urakan dan juga terkenal si mulut besar namun masih kalah dalam segi apapun di banding Muhammad Ali, yaitu John Mc Enroe, si urakan itu adalah salah satu legendaris tenis, namun Muhammad Ali yang akan saya fokuskan dalam tulisan ini bersama beberapa pelatih sepakbola yang timnya  sedang mengikuti Copa America dan Euro 2016.
Muhammad Ali dalam kenangan saya ketika pertama kali melihatnya di layar hitam putih ketika berumur 10 tahun pada tahun 1981, dia mampu menghajar Sonny Liston sampai KO, Simulut besar ini tidak pernah berhenti membual dan kadang membuat orang tertawa, tiap naik ring maka tradisi teriakan : Ali, Ali, Muhammad Ali, baik ketika pertandingan masih berlangsung diatas ring maupun sebelum pertandingan di luar ring, teriakan berulang itu kadang berlanjut dengan kata pedas, sindiran yang mengejek lawan seperti ayam sayur, lembek dan sangat percaya diri. kata-kata yang dilepaskan sangat menyengat seperti pukulannya yang mampu membuat lawan tak berkutik.
Si mulut besar ini adalah petinju yang mendapat julukan the graatest adalah satu-satunya atlet yang mampu membuktikan ucapannya. Ali adalah atlet yang sering dibicarakan orang di era 60 sampai dengan 80-an walau dia kalah dari Larry Holmes, namun kebesarannya mampu mengalahkan lawan yang mengalahkannya. Jadi, tidak salah sebuatan si besar, yang terhebat, dia mampu mengalahkan pemain-pemain yang legendari dibidang okahraga masing-masing seperti Pele di sepakbola, Inoki di gulat, dan lain-pain, dia entainer sejati.
Sensasi Muhammad Ali mampu membuat lawannya kecut sebelum bertanding, beda dengan olahragawan lainnya, mulut besar Ali juga merupakan perang mental (psywar) yang kadang menimbulkan gemuruh tawa yang mendengarnya karena lawan dianggap seperti kecoa, itu saja sudah membuat siapapun lawannya menjadi kecil, terus bagaimana dengan si mulut besar dari sepakbola?
SI MULUT BESAR PELATIH BOLA

Akan ada kontradiktif antara kemampuan dengan ucapan yang dilontarkan, menganggap diri memang raja yang tanpa mahkota, adalah mulut besar pelatih Oscar Tabarek, pelatih Uruguay ini percaya diri dengan menganggap kekalahan pertama Uruguay hanyalah pemanasan dari Meksiko, belum menutup peluang Uruguay lolos ke fase berikutnya hingga juara, kekalahan 3 : 1 itu tetap membuatnya percaya diri dengan mulut besarnya tidak memerlukan seorang gigi kelinci untuk merobek lawannya, menganggap Uruguay bisa menang karena tim tangguh, dia lupa siapa membantunya lolos ke Copa America.
Tapi apa lacur? Sejak mulai pertandingan pertama tim Uruguay sudah ada pemainnya dikeluarkan, apa kata Oscar Taberek? Tetap dia merasa timnya bisa menang pada pertandingan kedua, dan mulutnya merupakan kumpulan kata bodoh dari seorang pelatih, gambaran pertandingan Uruguay itu saja membuat gimana tim susah mengalahkan Venezuela, sebuah negara yang kaya minyak di Amerika itu mampu mengatasi Uruguay dengan kemenangan tipis 1 : 0, dan coach Uruguay ini tetap tidak berubah untuk memasukan Luis Zuare ke dalam tim.
Venezuela adalah tim yang belum memiliki tradisi juara itu telah menutup peluang untuk menjadi juara. Tragisnya, justrunya tim yang lolos tidak dianggap unggulan. Bukti simulut besar itu tidak mengetahui kemampuan timnya.
Oscar Tabarek, masih juga berkecap-kecap dengan penuh percaya diri ketika diwawancara, bahwa dia tidak memasukan si gigi kelinci ke dalam timnya karena menganggap tidak fit, padahal semua tahu dan melihatnya, Luis sedang melakukan pemanasan dipinggir lapangan, dan fisiknya tetap bugar, menjadikan si Luis itu jadi kesal ketika minta untuk turun membela timnya dan ditanggapi Oscar dengan menyuruhnya diam di bangku cadangan karena pelatih ini masih yakin timnya mengalahkan Venezuela, dilapangan terlihat beberapa pemain Uruguay sudah frustasi, dengan melihat penampilan Edison Cavani yang sejak kick off pertandingan pertama Uruguay dengan Meksiko tidak tampil gemilang, mulutnya juga tajam seperti pelatihnya, sering bicara keras dengan protes ke wasit. Pertandingan akhir Uruguay dengan Meksiko bisa dilihat bagaimana pemain tersebut dan Oscar Taberek tetap percaya diri.
Hasilnya berlanjut ke pertandingan ke 2, kalah 0 : 1 dari Venezuela dan caoach ini menganggap kekalahan Uruguay kurang beruntung? Yang benar saja, omongannya tidak terbukti Uruguay tidak menjadi juara. Akankah ada pelatih yang mengikuti jejak si Oscar? Tanda itu ada pada tuan rumah Euro 2016 yaitu pelatih Tim Prancis, yakni Didier Deschamp, menganggap Prancis bisa juara tanpa Benzema, bedanya tim Prancis mampu mengatasi lawan pertamanya dengan kemenangan tipis atas Rumania dengan skor 2 : 1, berkat asist dan gol Dimitri Payet, pemain berpunggung 8 itu adalah pemain yang bermain gemilang, kontras dengan Edison Cavani yang bermain di PSG.
Optimis timnya bisa juara karena Prancis punya rasa percaya diri, bermain di kandang sendiri, seorang Deschamp memang pelatih tipikal yang selalu optimis walau kadang dia menyebalkan dengan kadang bersikap tidak adil. Terlihat dari rasa tidak sukanya kepada Karim Benzema, dianggap tidak fit, bandingkan dengan beberapa pemain yang dianggap sering melakukan pelanggaran seperti Patrick Evra dan Paul Pogba.
Jika Prancis ingin juara, perlu meningkatkan rasa percaya diri lebih baik lagi seperti seorang pelatihnya yang berambisi juara lagi baik ketika sebagai pemain dan pelatih, Didier Deschamp adalah salah seorang pemain yang mengantarkan Prancis juara Dunia di negeri mereka dan belum pernah merasakan juara Eropa.
Jadi mari kita begadang, untuk melihat pertandingan berikutnya dari beberapa pelatih yang optimis juara Euro Baru pada tulisan berikutnya.
Ok, tunggu tulisan selanjutnya di sepak pojok gila bola (gibol) di blog ini.

No comments:

Post a Comment

Related Posts :