Jun 2, 2016

Bulutangkis : Indonesia bangkitlah


PIALA THOMAS, KERINDUAN DI UJUNG RAKET
Oleh M. Anwar Siregar

“Selamat Datang Piala Thomas”, itulah yang ada dalam benak saya ketika mau mempostingkan judul tersebut, dan ketika tahu Indonesia mampu mengalahkan Korea Selatan dengan skore 3:1, langsung terbayanglah kegemilangan yang akan hadir lagi, sebuah supremasi beregu bulutangkis putra kembali ke Tanah Air, terbayang lagi piala itu di bumi pertiwi dengan sorak penuh kegembiraan, sama ketika zaman Chandra Wijaya CS di era 90-an hingga tahun 2002 atau zaman Rudy Hartono atau zaman Smes King di tahun 70-80-an, berjaya kembali.
Namun apa lacur, begitu partai final dimulai dengan kegagalan tunggal putra pertama, hati saya mulai tidak enak, dan benar saja partai terakhir diambil Denmark, dan saya sendiri sudah merasakan bahwa tunggal kita itu titik lemahnya karena pemain kita adalah karakter yang disukai pemain Denmark, kilas balik teknik cara mengalahkan pemain Denmark yang bertubuh jangkung itu sebenarnya sudah ada warisan yang diberikan oleh pemain-pemain terdahulu Indonesia namun strategi yang diterapkan pemain tunggal kita tidak cocok dan lebih cocok untuk pemain ganda, jelas kekalahan ini menambah rasa pahit yang berulang kembali, Indonesia untuk sekian kali gigit jari lagi, karena sudah 14 tahun sejak tahun 2002 Indonesia tidak pernah juara lagi, dan malah sampai gagal disalah satu penyelenggaraan ajang beregu Piala Thomas, tragisnya Indonesia untuk pertama kali gagal masuk semifinal dan pertama kali merasakan kalah di perempat final. Dan lebih tragis lagi dikalahkan oleh tim yang seharusnya mudah dikalahkan, adalah Jepang, yang menciptakan sejarah dunia bulutangkis putra.
STRATEGIS DENMARK
Jepang kemudian menjadi juara untuk pertama kali piala Thomas di tahun 2014 dengan mengalahkan Malaysia, berkat kreasi anak bangsa yang menjadi pelatih di Jepang dan mampu memberikan pemain berkualitas dan sehingga pemain Indonesia di era sekarang susah payah untuk mengalahkan Jepang dan Jepang lah pahitnya mempertahan gelar juara dengan merasakan bagaimana kekuatan Denmark di perempat final yang kemudian menjadi Juara. Kegemilangan Denmark berasal dari kekuatan rata-rata fisik pemain Denmark yang tinggi diatas 180 cm.
Dalam benak saya sudah terbayang mereka akan memberikan kesulitan bagi Indonesia, hal itu bisa dilihat bagaimana susahnya pemain Asia mengalahkan Denmark selama even berlangsung. Denmark dengan strategi sering mengganti pemain sehingga pihak lawan susah mengantisipasi kelemahan mereka, hal itulah yang terjadi dialami Indonesia, jadi tidaklah mengherankan kenapa atlet kita begitu susah bermain bola-bola rendah di sekitar net yang biasanya begitu lugas di mainkan atlet kita ternyata tidak berlaku bagi pemain tunggal Denmark, sebaliknya untuk permainan ganda memang tidak cocok bagi Denmark.
Terlihat dari kegemilangan Denmark mampu mengatasi dua Tunggal Malaysia di semifinal yang seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi Tim Indonesia dan bukankah Indonesia terlebih dahulu lolos ke semifinal? Kekalahan Indonesia mulai nampak dari sektor tunggal ketika Tommy Sugiarto kalah, taktik pemain Denmark itu masih dilanjutkan di tunggal ke dua dan ketiga, Denmark memang bermain gemilang ketika berhadapan dengan Malaysia dan Indonesia, tertinggal 0-2 dari Malaysia mereka merubah peragaan teknik bermain selama ini menjadi kelemahan pemain Denmark yaitu menyergap bola ke depan dan konsentrasi penuh dengan menyilang bola jauh ke atas belakang untuk menghindari smes keras, sebaliknya atlet Indonesia dan Malaysia menjadi tanggung karena bola kadang bisa di matikan jika bola setengah badan di pukul balik oleh si jagoan Denmark.
Tunggal ke dua memang seharusnya Jonathan Cristie lalu Anthony Ginting di tunggal ke tiga, karena dalam beberapa pertemuan dengan eropa Jonathan kadang menang dibanding Anthony Ginting karena dia tidak cocok Jor O Jorgesen yang nyaris beda 20 cm, saya tidak meredakan perbedaan postur tubuh karena memang teknik Jorgesen tipekal untuk permainan tipe pemain asia yang sering melakukan bola-bola rendah, selain itu atlet kita sudah terbaca dengan produk yang ada dalam kejuaraan ini.
Beda dengan di partai ganda, Denmark dengan pemain jangkung memang akan mengalami kesulitan untuk pengembalian rendah ketika di server dan satu pemain siap menerkam ke posisi pukulan kedut dan penuh tipuan dan lebih cocok untuk bermain ganda untuk Indonesia, dengan pola bola rendah yang nyaris sejajar dengan net atau permaian netting dengan sekali serang smes rendah setengah badan yang memang ciri kekuatan ganda Asia. Bermain bola rendah dekat net memang lebih menguntungkan bagi ganda Indonesia karena Denmark dengan kekuatan fisik mereka yang tinggi itu siap beradu smes-smes tajam, dan untuk sektor tunggal putra, kemenangan yang di dapat Denmark tercatat hampir 50 persen point didapat dari kesalahan yang diperagakan pemain Putra Indonesia termasuk Malaysia dan Jepang. Analisis seharusnya sudah terbaca oleh Tim Indonesia ketika Denmark berduel dengan Malaysia dan Jepang.
RINDU DIUJUNG RAKET
Dan itulah yang menyebabkan piala Thomas seperti semakin menjauh nyaris di ujung raket dan hampir masuk ke jurang yang dalam andaikan diujung raket itu ada jurang atau anggap saja sisi ring raket adalah jurang, atlet kita tidak mampu menggapai ruang untuk mengambil kembali. Dan kegagalan itu semakin jauh, rindu ini melihat piala thomas itu kembali bagaikan sekali lagi di ujung raket, nyaris mulai susah datang, karena dia sudah di tepi jurang yang dalam, susahnya kita mendapatkan piala itu, padahal kualitas pemain kita sudah mulai merata dengan pemain berusia muda dan bahkan ada beda 4 tahun dari kegagalan terakhir Indonesia mempertahankan supremasi beregu putra dunia, jalan sudah begitu lapang ke final, mulai dari penyisihan grup Asia dengan tampil juara penyisihan putra lalu lolos penyisihan final grup Indonesia tampil juara grup lalu mampu mengalahkan Korea Selatan, apalagi kita tahu Korsel mampu mengalahkan raksasa bulutangkis dunia dan juga tuan rumah, namun kenapa ketika di final Indonesia seperti anti klimaks? padahala dari berbagai pertemuan kita selalu menang dengan Denmark dan cuplikan pendorong semangat dan mungkin juga ada gambara pelajaran teknik bermain antara Indonesia dan denmark yang ditampilkan media elektronik, dan kebetulan rata-rata pemain Denmark bertubuh kutilanggap (kurus, tinggi dan langsing tegap).
Tapi itulah yang terjadi, namun kerinduan kita akan kembalinya si Piala Thomas, itu harus dibangkitkan kembali dengan berjuang keras lagi, karena secercah harapan dengan mulai matangnya pemain muda kita yang rata-rata masih umur 18-an tahun dan harus sabar menunggu, para pemain kita sudah berjuang maksimal, talenta mereka masih akan berkembang dengan tetap memberi dorongan semangat, kita patuh memberikan aplaus kepada mereka, semoga dapat dilanjutkan pada perhelatan berikutnya.
 Gambar 1 : Ayo bangkit Tommy, usiamu masih muda, dan jangan pedulikan cibiran orang lain
(sumber foto : Sindo News)
SAATNYA BANGKIT
Feeling Presiden RI memang meleset, menduga Indonesia juara, namun apapun ceritanya kita harus bangkit lagi dengan memberikan dorongan reformasi di PBSi jika diperlukan, tidak perlu seperti PSSI, yang sering mendapat perhatian dari RI 1, ada kunjungan, ada usulan pertandingan sepakbola, ada pembukaan turnamen beda dengan bulutangkis, harus ada dukungan penuh menuju kebangkitan, harus ada sugesti dalam bentuk fisik, perhatian akan kemajuan atlet-atlet bulutangkis kita karena tantangan bulutangkis lebih berat pada tahun 2016, atlet muda kita jangan besar kepala dengan hasil sekarang, ada tradisi yang harus dilanjutkan
Tradisi itu adalah mengembalikan dan mempersembahkan kembali tradisi medali emas olimpiade bulutangkis yang rencananya di adakan di Rio De Janeiro, Brazil yang sangat ini mengalami kegaduhan politik dan sebaran virus zika.
Indonesia harus bangkit untuk mempersembahkan medali yang sempat hilang dari perhelatan olimpiade London, lupakan kenangan pahit itu, bangkit menuju brasil dengan terlebih dahulu tunjukan hasil kebangkiutan mental pada kejuaraan Indonesia terbuka tahun 2016.
Gambar 2 : Atlet muda, ayo bangkitlah dari kegagalan, jangan menyerah karena sesungguhnya kita bukan
yang mudah menyerah, raih prestasi gemilang.(Sumber foto : Sindo News) 
Akhir kata, mari lah bangkit bersama, dan tulisan ini baru saya publikasikan karena saya sejujur memang tidak tahan merasakan pahitnya kegagalan itu dan baru semangat lagi setelah jagoaan Tim bola saya menang penelti pada laga liga championship Eropa dengan Ronaldo CR7 yang menuntas dahaga juaranya dengan memberi rasa kemenangan yang menjalar ke diri saya untuk kembali menulis tulisan ini, selamat buat Real Madrid.
Selamat untuk Indonesia yang mampu hadir di final dengan pemain muda penuh talenta semoga di masa mendatang juara lagi dan juga selamat buat Denmark, untuk pertama kali juara setelah menunggu puluhan tahun atau 67 tahun untuk menjadi juara, sebuah perjalanan yang sangat panjang untuk menjadi juara, dan Indonesia harus bangkit, siapapun lawan harus dilibas termasuk Tiongkok.
Sekarang mari kita menghiburkan diri dengan nobar Piala Eropa dan Amerika di bulan Juni dengan bersama datangnya bulan suci Ramadhan 2016, jangan lupa, selamat menjalankan ibadah puasa.

No comments:

Post a Comment

Related Posts :